03 • Sebuah Permintaan.

432 57 4
                                    

"Pi, Jevan lupa cerita."

Suara sendok bergesekan dengan piring menjadi pengiring celetukan Jevan ditengah-tengah suasana makan malam keluarga Na Ayudhya.

Kainan, si kepala keluarga menatap putra tertuanya, lewat tatapan mata dia seolah bertanya dan menunggu hal apa yang Jevan lupa ceritakan. Sedangkan anggota keluarga yang lain, Kesha - Sang Mami - dan ketiga adik Jevan, - Justin, Rubby serta Juan - , ikut menunggu, bersiap menjadi pendengar yang baik.

"Seminggu yang lalu Jevan ketemu Bang Danny."

"Oh iyaa!! Lo belum jawab pertanyaan gue, Kak Danny tuh siapa ya Bang."Justin dengan makanan dimulutnya itu menyambar pembicaraan, buru-buru dia menyelesaikan kunyahannya agar bisa berbicara jelas dan leluasa.

"Tapi Pi, kebetulan banget temen kerja Justin tuh adeknya si Kak Danny ini. Kecil banget dunia kan ya tapi kok Rubby sama Juan masih jomblo aja."Justin melanjutkan ucapannya, matanya mengerling jahil ke arah saudara kembar dan adiknya.

"Belom pernah kesiram kuah opor panas kan lo?Gue siram, sini."Sahut Juan sewot, tangannya sudah bersiap melemparkan semangkok opor ayam yang masih terasa panas. Justin tidak mengindahkan, malah menjulurkan lidahnya. Semakin mengejek.

"Mark this, lo putus, gue party."Kata Rubby menimpali.

"Baru punya pacar aja belagu, belum tentu bakal naik pelaminan juga."Juan menambahi dengan nada sengitnya, mencebikkan bibirnya ke arah Justin hingga kakak keduanya itu balas melototinya.

Justin baru akan mengeluarkan sanggahan namun sudah dipotong lebih dahulu oleh Kesha, Maminya itu sudah memberikan tanda peringatan lewat sorot matanya.

"Kalian kalo mau ribut nanti, sekarang waktunya makan."Tidak ada nada tinggi, hanya ucapan berintonasi tegas Kesha mampu melerai keributan ketiga anak tersebut. Tiga anak yang selalu saja mempunyai hal kecil untuk diributkan.

Hening terjadi beberapa saat sebelum Justin, si paling berisik di pertahtaan keluarga itu bersuara. "Jadi Bang, si Kak Danny itu siapa?"

"Jangan banyak bicara saat makan, Kak."Nada bicara Kainan begitu dingin dari biasanya. Semua yang dimeja makan merasakan hal itu.

Jevan mengeluarkan dehaman singkat, menyudahi kegiatan makannya lalu diam mengamati Kainan yang duduk tepat di sebrangnya.

"Jujur enggak nyangka Bang Danny masih bisa ngenalin Jevan, bahkan tadi sempet tanya-tanya kabar Papi Mami. Katanya pengen ngerasain nasi gorengnya Mami lagi, padahal udah belasan tahun kita enggak ketemu masih inget aja nasi goreng Mami tuh emang paling legend."Seloroh Jevan.

Justin, Rubby dan Juan saling melemparkan pandangan. Mereka bertiga seperti bertelepati mencari jawaban dari hal yang tidak mereka mengerti sama sekali. Nama Danny terasa asing ditelinga mereka tetapi Jevan justru seperti sangat akrab dengan sang pemilik nama.

"Aturan kamu suruh main kesini aja Jev, Mami pengen tahu gedhenya Danny kayak gimana."Ujar Kesha antusias. Berbanding terbalik dengan Kainan yang masih diam tak menunjukkan ekspressi apapun.

Jevan tersenyum lebar, "Boleh nih Mi? Nanti Jevan telfon tadi udah tukeran nomor untungnya."

"Jangan ngelewatin batas."Tukasan singkat Kainan membuat suasana makan malam sedikit menegang. Laki-laki berusia lebih dari setengah abad itu beranjak dari kursi dan masih tanpa expressi.

"Pi, it's have been a long time passes by and you still act like this? I don't cross the line, the problem is you and Uncle Hananta, then why i should keep the distance with Danny."Interupsi Jevan semakin menaikan intesitas ketegangan. Jevan tampak tenang di kursi duduknya, Kainan juga masih belum menunjukkan expressi berarti kecuali mata elang tua yang menghujam tajam.

MARRY & HAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang