08 • Besok Kita Nikah!

498 78 15
                                    


"Jer, laporan perencanaan buat program bulan lalu tolong kirim ke email pribadi gue. Sekalian suruh Delvira kirim data laporan penjualan kuartal pertama tahun ini, lusa harus siap di meja kerja gue. Oh ya sekalian, data-data pembelian team purchasing sampe bulan lalu kirim juga."

Jerricho menggangukkan kepalanya paham sembari membereskan berkas-berkas yang barusan selesai di cek oleh Danny. Sekarang hari  Sabtu, seharusnya dirinya libur, pergi ke suatu tempat untuk merileksasikan pikiran setelah lima hari bekerja. Tapi sialnya, Danny malah mengajaknya membedah berkas laporan yang dirasa laki-laki itu janggal, Danny berkata jika dia menemukan aliran dana diluar transaksi perusahaan. Walaupun belum menemukan titik terang namun cukup menyita waktu mereka berdua hingga tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Masih ada waktu buat main bareng ayang. Ngerasain malam minggu."Jerricho bermonolog di dalam hati.

"BAGUS!! KERJA AJA TERUS SAMPE LUPA NGENALIN CALON MANTU!!"

Baik Danny ataupun Jerricho, secara spontan dan sinkron, keduanya langsung menoleh ke arah pintu. Clarissa tengah berdiri bersedekap dada, matanya menyorot tajam - tentu saja itu dilayangkan untuk putra sulungnya -. Dengan langkah gontai, Clarissa menghampiri dua anak laki-laki yang tidak tahu waktu tersebut. Bisa-bisanya mereka memilih berkutat dengan sekumpulan berkas ketimbang keluar menghabiskan waktu libur. Terlebih Danny, sudah dua minggu Clarissa menunggu anak itu memperkenalkan sosok yang dikatakan Aruna sebagai calon istrinya Danny, namun sampai sekarang Danny belum menunjukkan seinchi pun wajah calon menantunya itu. Clarissa sudah kepalang penasaran siapa gadis yang mampu meluluh lantahkan kerasanya hati Danny,  awalnya Clarissa pikir Danny akan berakhir dengan Aruna.

Sejatinya, Clarissa bukan orang bodoh yang tidak mampu menangkap signal asmara antara Danny dan Aruna, dia tahu entah keduanya ataupun salah satu dari mereka memiliki perasaan lebih dari sahabat. Tapi setiap kali ditanya keduanya kompak menjawab hanya sebatas teman. Clarissa tidak bisa berbuat apa-apa lagi bukan?

"Jer, kamu tuh harusnya nolak kalo disuruh kerja weekend gini. Gak mau jalan bareng pacar emang?"

"Jerri kan cuma budak korporat, siap 24/7 kapanpun bos perlu, tan. Untung ayangnya Jerri bisa ngerti coba kalo enggak, udah putus."Sebuah jawaban berupa sindiran Jerricho lontarkan, bahkan menanggalkan formalitas kalau Clarisaa ini adalah istri dari Boss Besar tempatnya bekerja, sekaligus ibu dari atasannya yang tidak lain adalah Danny.

"Langgeng ya kamu sama Karina. Enggak kayak anak tante yang sulung tuh, suruh ngenalin pacar aja susahnya minta ampun. Sampe takut tante kalo dia tuh belok."

Danny hanya mampu menghela nafasnya. Sebenarnya dia tidak peduli akan sindiran yang Clarissa ucapkan tapi mengingat disini ada Jerricho, sudah pasti akan terjadi per-roasting-an tanpa akhir. Jerricho adalah cowok julid handal, dikenal sebagai tukang roasting tanpa peduli siapa sang object sasaran. Andai Clarissa dan Jerricho berada di usia sama, Danny pastikan mereka berdua adalah partner julid terbaik.

"Jadi Dann, mana cewek kamu? Jangan sampai Mama cari tahu sendiri, geledah CCTV kalo perlu."

"Ma! Jangan kelewatan, itu udah privasi aku."Danny berkata dengan nada tak suka, ketara jelas dengan kilatan matanya. Clarissa mengabaikannya.

"Emang Mama salah kalo pengen tahu sekalian kenalan sama calon mantu?! Mama cuma mau lihat rupa cewek yang bisa naklukin hati kamu sampe berani ciuman di cafetaria."

"Sebentar."Jerricho menginterupsi. Sebenarnya dia enggan mau bergabung ke dalam topik sensitif seperti ini. Terlebih dia tahu seberapa kesalnya Danny kalau sudah mengungkit-ungkit perihal pacar, cewek, calon mantu dan segala konteks permasalahan yang menjurus pada pernikahan.

MARRY & HAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang