8

633 10 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


Ranggadewa kaget melihat kehadiran Haya.

"Dari mana kamu tahu aku tinggal di sini?"

"Leo."

Ranggadewa lupa memberitahu Leo – wakil direktur di kantor utamanya di Bali, jika pernikahannya telah dibatalkan. Jika dia sudah memberitahu Leo, pasti Leo tidak akan memberitahu apa pun pada Haya. Dia baru mengingat handphone-nya.

"Kamu tidak menyuruhku masuk?" lanjut Haya karena Ranggadewa hanya diam.

"Oh. Masuk."

Ranggadewa agak tidak nyaman karena apartemennya belum dibersihkannya sejak kepergian Dihani tadi pukul tiga pagi. Sedangkan ini baru pukul enam pagi dan Haya sudah muncul. Ketika Haya akan menuju sofa, tangan Ranggadewa dengan cepat menariknya.

"Di sana aja," Ranggadewa membawa Haya menuju meja makan.

"Tempatmu tetap sama. Selalu berantakan." Haya menggoda.

"Hmm..." Ranggadewa menganggukan kepala.

"Kamu tidak senang aku datang?"

"Kamu ada perlu apa ke sini?" Ranggadewa mengalihkan.

"Perlu?" Haya mengatur emosinya. "Aku perlu tahu kebenarannya."

Ranggadewa memandangi Haya.

"Aku sudah mengatakannya."

"Lalu... kamu akan bertanggung jawab pada gadis yang sudah kamu perkosa?"

"Haya. Hubungan kita udah berakhir. Apa pun yang jadi urusanku, sekarang kamu udah nggak bisa ikut campur."

Haya tersakiti mendengarnya.

"Kamu jahat banget."

Ranggadewa tidak tega melihat mata Haya yang mulai berkaca-kaca. Akan tetapi, dia harus tega menyakiti Haya sebelum sesuatu yang lebih menyakitkan menimpanya. Haya tidak boleh ada di sekitarnya. Berbahaya jika laki-laki brewok itu mengetahuinya.

"Kamu sudah tahu. Jadi, pergilah."

Haya meneteskan air mata sambil menahan kemarahannya.

"Siapa gadis itu?"

"Haya, cukup."

"Aku harus bertemu dengannya."

"Apa yang mau kamu lakukan? Menambah kekacauan?" Ranggadewa jadi ikut emosi.

"Iya! Liat aja! Aku akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Haya mencak-mencak dipenuhi kemarahan. Setelah itu, dia pergi.

Ranggadewa membanting gelas yang ada di atas meja dengan kasar. Dia marah pada dirinya sendiri. Semuanya jadi kacau. Dia bahkan belum menyampaikan sesuatu yang penting pada Dihani.

Kenapa gua nggak bisa tahan nafsu pas lagi sama itu cewek, sih? Sekarang pun gua pengen yang lebih. Sial!

Batinnya.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang