17

339 13 2
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


Dihani merasakan ada sentuhan lembut di pipinya lalu kecupan lembut. Perlahan dibukanya matanya yang masih berat. Ada wajah yang tidak asing ada di hadapannya sedang tersenyum memamerkan giginya yang masih belum lengkap.

"Tante Dihan bangun."

Suara imut anak dari Putri membuat Putri meletakan sendoknya di meja makan lalu menuju kasur.

"Mbak Dihan udah bangun? Mbak baik-baik saja?"

Dihani kaget melihat Putri ada di sana bersama anaknya yang baru menginjak umur tiga tahun. Kepalanya menoleh melihat sisi di sampingnya. Dia tidak menemukan sosok Ranggadewa.

"Mas Arbie berangkat ke Bali bersama mantan tunangannya." Putri memberitahu saat menyadarinya.

Dihani memasang senyum menahan rasa malunya.

"Mbak Dihan bener-bener nggak pa-pa?" tanya Putri lagi meyakinkan.

Dihani menganggukkan kepala.

"Aku udah siapin sarapan. Mbok di rumah yang masakin. Mas bilang Mbak belum makan dari kemarin."

"Terima kasih, Mbak Putri." Putri hanya tersenyum.

"Mbak Dihan makan dulu. Ayo."

Dihan menganggukkan kepala lalu beranjak dari kasur mengikuti Putri menuju meja makan. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat menyadari dia tidak memakai pakaian yang semalam.

"Mbak Putri, saya ke kamar mandi dulu."

"Oh, iya."

Dihani langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Dia segera bercermin. Benar saja dia sudah memakai kaos milik Ranggadewa. Celananya juga sudah berganti jadi hot pants jeans tetapi tidak seksi yang biasa dia pakai saat bekerja malam. Buru-buru dia memeriksa pakaian dalamnya. Dia juga sudah memakai bra dan celana dalam lagi yang berbeda dengan miliknya sebelumnya. Padahal seingatnya, dia masih telanjang saat pergi tidur setelah melakukan aktifitas yang menggairahkan dengan Ranggadewa setelah berhasil menenangkannya.

Ranggdewa? Atau Mbak Putri?

Dihani bertanya-tanya dalam hati siapa yang sudah memakaikannya pakaian lagi.

"Mbak Dihan. Masih lama kah?"

"Sebentar."

Dihani segera keluar.

Putri sudah bersiap untuk pergi dengan menggendong anaknya.

"Mbak Dihan, maaf. Aku harus pergi. Silahkan dimakan. Setelah itu, kalo masih mau istirahat lagi, silahkan. Kalo mau pulang, tinggal keluar aja. Apartemennya akan mengunci otomatis kalo Mbak Dihan keluar. Sandi-nya cuma Mas yang tahu."

"Oh, iya."

"Kiss bye, Sayang." Putri mengatakannya pada anaknya.

Anaknya itu langsung melakukannya pada Dihani dengan riang.

Dihani membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang