20

344 12 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


"Udah dipastikan, dia memang ada sesuatu sama cewek penghibur itu, Bos."

"Yakin?"

"Iya. Dia bikin keributan di tempat biasa karena cewek penghibur itu dimenangin orang lain."

"Dia juga ikut balapan?"

"Nggak. Dia baru datang pas balapannya selesai."

"Kalo gitu, gue harus siapin rencana baru."

"Dia baru aja bawa cewek penghibur itu ke apartemennya."

"Mulai gerak."

"Siap."


^^^


Kali ini Dihani yang lebih dulu bergerak mencium Ranggadewa.

Ranggadewa terkejut melihat keagresifan Dihani. Dia semakin bergairah saat tangan dan mulut Dihani ikut andil lebih liar hingga mendorongnya menuju kamar mandi tanpa melepas ciumannya. Ketika Ranggadewa melepas jaket dan kaosnya, tangan Dihani bergerak menuju perut bawahnya membuka pengait celana jeans-nya. Dia tidak menyangka jika Dihani bisa jadi lebih liar seperti saat ini.

Mereka pun melakukan adegan panas di bawah shower yang mengeluarkan air dingin. Lagi dan lagi Ranggadewa melakukannya tanpa pengaman. Setelah selesai, mereka berpelukan seperti biasanya untuk menggapai napas masing-masing.

"Sudah tenang?" tanya Dihani berbisik di telinga Ranggadewa.

"Heh?"

"Turunkan aku," pinta Dihani.

Ranggadewa segera melaksanakannya.

Mereka saling tatap.

Tangan Dihani menyentuh dada Ranggadewa.

"Kalo udah tenang, bawa aku ke kasur. Aku mau istirahat."

Ranggadewa mematikan keran shower lalu membopong tubuh Dihani menuju kasur. Setelah menarik selimut, Ranggadewa mulai memeluk tubuh Dihani yang membelakanginya dengan erat.

"Tadi, apa kamu benaran mau pergi sama dia?" Ranggadewa bersuara.

"Iya, itu pekerjaanku." Dihani menjawab sambil memejamkan mata menahan ada sesuatu yang mengganggunya. Sebenarnya itu adalah kebohongan.

"Gimana sama aku?" Ranggadewa menuntut.

"Sama. Kan, kamu udah bayar aku."

"Terus... gimana sama yang kemarin sepulangnya kita dari rumah sakit? Itu aku nggak bayar kamu."

Dihani bungkam. Dia baru mengingatnya. Ranggadewa membalikan tubuh Dihani. Ditatapnya Dihani lekat. Dihani merasa jantungnya ingin loncat keluar. Dia tidak tahu harus berbuat atau berkata apa. Tangan Ranggadewa menyentuh bibir Dihani.

"Menikahlah denganku. Aku nggak bisa melihat orang lain menyentuhmu. Izinkan aku bertanggung jawab." Ranggadewa mengatakannya dengan nada memohon.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang