25

269 10 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


Giri dan Nando sudah menunggu di lobi rumah sakit. Keduanya tidak bisa masuk ke dalam rumah sakit karena penjagaan Djoko Hantara terlalu ketat. Tim keamanan di bawah naungan Hotel Hantara dikerahkan agar tidak ada yang mengganggu. Ketika itu, mata mereka berdua melihat sosok Ranggadewa bersama Dihani berjalan keluar.

"Di...!" Giri langsung bersemangat melihat Didi.

Ranggadewa menyerahkan Dihani pada Giri.

"Tinggalkan rumah sakit, biar gue yang selesaikan di sini." Kata Ranggadewa sambil melepas pinggang Dihani.

Giri menganggukkan kepala lalu membawa Dihani masuk ke dalam mobil.

Ranggadewa memandangi kepergian Dihani bersama Giri dan Nando. Selama ada dia di sana, semua anggota tim keamanan papanya tidak ada yang berani bergerak. Dia segera menuju motor Ninjanya untuk pergi juga. Setelah menutup ritsleting jaketnya, tiba-tiba dia berhenti bergerak dan berdiri mematung di tempatnya dalam diam.

Dia tidak percaya sudah mengatakan maaf pada papanya bahkan memanggilnya papa juga. Padahal selama 12 tahun ini dia tidak pernah sekali pun memanggilnya begitu. Dia tidak percaya hanya sentuhan Dihani mampu meluluhkan segala amarahnya. Kini, dia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya sendiri.


^^^


Dinda jadi ikut bungkam melihat mbaknya dan papanya yang mematung diam di tempat berdiri masing-masing masih di depan ruangan pemeriksaan. Para dokter dan suster sudah meninggalkan tempat itu karena ketua tim keamanan meminta mereka memberi waktu sebentar. Dia bersama anggotanya pun memberikade lorong tersebut agar tidak ada yang ke sana untuk mengganggu.

Dinda yang sempat mendengar masnya mengatakan maaf lebih dulu bahkan memanggil papanya itu Papa saat baru tiba tadi merasa senang dan kaget jadi satu. Putri juga tidak menyangka jika masnya akan melakukannya lebih dulu. Kata maaf dan memanggil Papa sesuatu keajaiban baginya. Jika saja mamanya masih ada di sini dan menyaksikannya juga, pasti langsung sembuh dari lumpuhnya, batinnya.

Djoko Hantara masih membeku di tempatnya. Kata maaf dari putranya itu masih terus terngiang di telinganya dengan jelas. Kata itu mampu merobohkan segala tembok yang didirikannya selama 12 tahun terakhir. Ternyata apa yang dikatakan istrinya benar adanya. Dia yang tidak mempercayai perkataan istrinya sebelum meninggal akhirnya sekarang dia langsung membuktikannya sendiri.

Maafkan aku, istriku...

Maafkan keegoisanku...

Maafkan aku...


^^^


Dihani menggenggam alat tes kehamilan yang disimpannya di dalam tas sejak pagi sebelum Djoko Hantara menyuruhnya datang ke rumah sakit dengan erat. Perlahan dia meluruh ke lantai kamarnya dengan lemas.

Positif.

Kini, dia tengah hamil. Mengandung anak Ranggadewa.

Dia baru menyadarinya. Sudah dua bulan dia tidak PMS bahkan bulan ini pun dia sudah terlambat lagi. Kesibukannya membuatnya tidak menyadari jika dia tidak PMS juga. Dia juga tidak menyadari bahwa ada perubahan pada dirinya. Mulai sering menangis, suka makanan yang manis yang biasanya paling dibencinya, hingga merindukan Ranggadewa.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang