9

556 8 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***


[JAKARTA, 2012]


Dihani terbangun dengan keringat dingin.

Dia selalu memimpikan kejadian pemerkosaan dirinya beberapa hari terakhir. Dia jadi sulit tidur. Obat tidur bahkan tidak mampu membantunya. Dipandanginya gelas minumnya dalam diam. Tiba-tiba dia ingat bisa tidur nyenyak dan bisa melupakan kejadian itu dengan melakukan seks. Tanpa pikir panjang, dia meraih handphone-nya.

"Ya, Di?" suara Giri terdengar di seberang.

"Kapan giliran gue, Bang?"

"Minggu depan. Minggu ini Lala dulu."

"Bisa tukeran?"

"Ada apa? Lo ketagihan?"

"Gue susah tidur."

Terdengar Giri menghela napas di seberang.

"Oke. Nando akan jemput lo."

"Makasih, Bang."

"Iya."

Nada sambung pun terputus.

Dihani segera menuju kamar mandi.


^^^


Kepala Ranggadewa menoleh ke arah handphone-nya yang berdering. Nama Putri, adik pertamanya, di layarnya membuatnya langsung mengangkatnya.

"Ada apa, Put?"

"Mas harus ke rumah sekarang. Ada Rihaya di rumah."

"Apa???" terlalu terkejut membuat Ranggadewa sampai berdiri.

"Buruan, Mas."

Setelah itu, nada sambung terputus.

Ranggadewa langsung menyambar jaketnya dan berlari menuju motornya. Dia buru-buru menuju rumah orang tuanya. Motor Ninja hitam miliknya melesat dengan cepat. Sesampainya di rumah orang tuanya, dia menyelonong masuk. Dilihatnya Haya duduk di dahapan papa, mama, dan kedua adiknya di ruang tamu.

"Arbie..." Maira memanggil putranya sambil berusaha menjalankan kursi rodanya. Air mata mulai membasahi pipinya.

Ranggadewa langsung menuju tempat mamanya. "Hai, Mama."

Maira langsung memeluk Ranggadewa erat. Ranggadewa membalas pelukan mamanya dengan erat pula.

"Akhirnya kamu menunjukan batang hidungmu."

Suara dingin papanya membuat Ranggadewa melepas pelukannya pada mamanya lalu menoleh ke arah papanya.

"Kasih kabar pernikahan lewat telpon. Pembatalan pernikahan, mantan tunangan yang langsung datang tanpa memberitahu lebih dulu. Di mana sopan santunmu." Papanya melanjutkan dengan bengis.

"Papa," Putri berusaha menenangkan papanya.

Ranggadewa menahan kemarahannya. Kemudian, dia menuju Haya. Dia menarik tangan Haya untuk meninggalkan kediaman keluarga Hantara. Haya tidak bisa berbuat apa pun karena tenaganya tidak sebanding dengan Ranggadewa. Sesampainya di motor, Haya segera melepaskan tangannya dari genggaman Ranggadewa.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang