14

404 10 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


Ranggadewa berlari kencang masuk ke dalam rumah sakit yang biasa digunakan secara pribadi oleh keluarga Hantara. Dia tidak perduli menabrak beberapa orang yang ada di sekitar rumah sakit. Ketakutan mendorongnya lebih kuat. Sesampainya di bangsal VVIP rumah sakit, matanya menangkap sosok kedua adiknya, papanya, dan beberapa dokter dengan jas putihnya.

Kedua adiknya sedang menangis.

Papanya duduk lemas di bangku ruang tunggu.

Ranggadewa berjalan mendekat dengan napas yang kelelahan. Dia tidak sadar ada sosok Haya juga di sana.

"Mas..." Panggilan lirih Dinda membuat semua orang menghadap Ranggadewa.

"Mama...mama..." kalimat Dinda terputus karena isak tangis.

"Mama mana?" tanya Ranggadewa dengan mata yang mulai memerah.

Kedua adiknya menjawab dengan air mata.

Papanya berdiri dan langsung menggampar Ranggadewa dengan keras. Ranggadewa terhuyung mengenai pinggiran kursi ruang tunggu. Rasa sakit tidak dihiraukannya.

"Gara-gara kamu, aku harus kehilangan istriku! Dasar anak kurang ajar!" papanya meluapkan kemarahannya. Lalu dia melayangkan pukulan ke wajah Ranggadewa beberapa kali dan Ranggadewa hanya bergeming diam.

"Papa, udah. Papa." Putri berusaha menahan Papanya tetapi gagal.

"Kamu membunuh Mamamu sendiri! Tega sekali kamu melakukannya! Dasar anak durhaka!" papanya terus memukuli Ranggadewa hingga Ranggadewa jatuh ke lantai dengan darah di ujung bibir dan memar di dekat mata serta di tulang pipi.

"Mama... kenapa mama... kenapa...?" Ranggadewa kehilangan fokusnya dengan air mata yang meluncur bebas di kedua pipinya tanpa disadarinya.

Kedua adiknya berhasil menarik papanya menjauh dari Ranggadewa. Sedangkan Dinda membantu Ranggadewa berdiri.

"Apa yang terjadi?" tanya Ranggadewa dengan tatapan kosong pada Dinda.

Dinda tidak menjawab dengan kata-kata melainkan melihat ke arah Haya.

Ranggadewa langsung mencengkram kedua bahu Haya keras.

"Apa yang sudah kamu lakukan?" desis Ranggadewa.

Haya ketakutan dan sulit mengeluarkan suaranya.

"Katakan! Apa yang kamu lakukan pada Mama!"

Dinda berusaha menarik Ranggadewa.

"Mas, tahan."

"Mama di mana?" Ranggadewa melepas cengkramannya lalu menghadap Dinda.

"Jangan pernah berani menemui istriku! Pergi!" papanya sudah melarangnya lebih dulu dengan ancaman.

"Papa..." Putri menggenggam tangan papanya.

Papanya langsung masuk ke ruangan di mana istrinya berada. Putri dan Dinda terpaksa meninggalkan Ranggadewa.

Ranggadewa melihat Mamanya dari pintu kaca dengan lemas.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang