07

204 1 0
                                    

Cukup sudah kau sakiti aku lagi,
Serpihan perih ini akan ku bawa mati.
Sudahi Perih Ini - D'masiv

~~~

Belum sempat Raffa melancarkan aksinya tiba - tiba pintu diketuk. Intan segera berlari ke kamar mandi sementara Raffa membuka pintu yang ternyata adalah salah seorang ART yang memberitahukan bahwa Raffa dipanggil Tuan besar yakni papinya Hesti, bapak Wisnu Hermawan.

Raffa segera menemui Pak Wisnu. Mereka membicarakan perihal pasca kematian Hesti bahwa Raffa harus sadar diri karena dia hanyalah seorang yang 'dipungut' oleh Hesti sehingga ia tidak berhak atas apapun harta dari Hesti. (Emang jahat bgt sih Pak Wisnu dan Bu Sukma maminya Hesti).

"Baiklah saya akan segera angkat kaki dari sini jika itu yang anda mau" Kata Raffa.

"Oke saya beri waktu 3 hari untuk membereskan barang - barang mu dan sebutkan berapa nominal uang yang perlu saya ganti selama kamu menghidupi anak saya?"
Tanya Pak Wisnu menantang.

"Saya ngga butuh uang dari anda, saya hanya ingin pergi membawa Rain anak kami" Kata Raffa dengan nada dingin.

"Hmm oke bawa aja, justru itu hal yang sangat menguntungkan karena saya ga usah repot repot cariin baby sitter untuk merawat anak haram itu" Kalimat yang terlontar dari mulut pria tua ini menyulut emosi Raffa.

"MAKSUD ANDA APA!! MENGATAI ANAK SAYA ANAK HARAM???" Tanya Raffa mengebrak meja.

"Oh jadi kamu belum tau ya, saya jadi ragu memberitahunya" Ujar Pak Wisnu.

"Apa?" Raffa penasaran.

"Apapun fakta yang saya bicarakan, kamu tetap harus membawa bayi laknat itu pergi dari rumah ini, sesuai dengan pilihan kamu!" Suara Pak Wisnu meninggi.

"Apapun yang anda katakan saya akan tetap membawanya pergi dari sini!" Kata Raffa dengan suara tajam. 'Karena bayi itu adalah buah cinta gw sama Intan' lanjutnya dalam hati.

"Sebenarnya bayi itu bukan bayi Hesti dengan kamu tetapi dengan mantan pacarnya yang bernama Brian" Jelas Pak Wisnu dengan nada penuh kemenangan.

Raffa yang mendengar penuturan dari pria tua itu auto relax. 'Oh jadi dia belum tau, oke gw ikuti alurnya' batin Raffa.

"Loh bukannya jelas jelas itu bayi saya? Tau darimana anda? Jangan sok tau kalo belum ada faktanya!" Raffa pura-pura bego di depan Pak Wisnu.

Pria tua itu memberikan hasil tes dna yang pernah diminta Raffa pada pihak RS.
'Lah kok malah ada didia' pikir Raffa heran.

"Sore itu, setelah saya dan istri saya melakukan pengecekan darah, suster memberikan kertas ini pada saya" Jelas papi Hesti.

'Oh pantesan waktu itu gw tanya katanya sudah diantar ke keluarga pasien' pikir Raffa lagi.
"Kenapa anda tidak segera mengabarkan ke saya?" Tanya Raffa.

"Dan kamu akan meninggalkan Hesti setelah mengetahui fakta itu diawal? Tentu tidak akan saya biarkan! Asal kamu tau, selama ini saya baik sama kamu dan memberi perusahaan ke kamu hanya untuk membuat Hesti bahagia dan sebenarnya saya tidak sudi memiliki menantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan kami dan ga jelas asal usulnya!!!" Bentak Pak Wisnu.

.... Suasana hening setelah Raffa dibentak seperti itu. Raffa diam bukan karena tersinggung atau meciut, akan tetapi ia sedang merencanakan sesuatu. Beberapa saat setelah pembentakan itu suara Pak Wisnu terdengar kembali,

"Sekarang kamu silakan angkat kaki dari ruangan saya dan segera bereskan barang barangmu kemudian segeralah pergi dari rumah ini dan juga kembalikan perusahaan milik saya! Oh iya, jangan lupa bawa bayi laknat itu keluar dari sini!" Perintah Pak Wisnu.

"Bahkan gausah nunggu 3 hari, sore ini juga saya akan pergi dari sini!" Ujar Raffa dingin dan segera menuju kamarnya untuk memberesi barang barang miliknya dan Rain anaknya.

Di lain tempat,
Intan berhasil melarikan diri dari Raffa, setelah ia keluar dari kamar mandi di rumah Hesti, ia segera meminta bantuan pada salah satu pelayan untuk mengantarnya ke pintu depan tanpa diketahui orang-orang banyak.
Setelah itu ia singgah terlebih dahulu ke rumah Nura untuk berbincang sebentar dengan Nura dan Starla (Starla join sama Nura di rumahnya sekarang), selesai perbincangan seru itu Intan segera berpamitan untuk kembali ke kabupaten tempat ia mengabdikan diri.

Duh duh duh udah tua bukannya tobat malah kumat to Pak Wisnu...

Teman RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang