14

110 1 0
                                    

~~~o~~~

Setelah mengantar Nura, Intan dan Raffa kembali ke rumah Intan yang di kampung tidak lupa menjemput sang anak yang dititipkan pada tetangga sebelah rumah.

"Yank, kamu gamau gitu pindah ke kota lagi?" Tanya Raffa pada Intan yang sedang bermain dengan anaknya.

"Kenapa mas?"

"Kebiasaan deh, dari dulu kalo ditanya mesti jawabnya pake pertanyaan..." Keluh Raffa.

"Hehehe maaf mas, ya habisnya aku bingung kudu jawab gimana" Terang Intan.

"Ya tinggal jawab mau apa engga kan gausah pake tanya lagi" Raffa sewot.

"Dih sewotnya muncul lagi,  3 tahun kemaren kemana mas? Wkwkwk" Canda Intan.

"Gatau ya 3 tahun terakhir kita seperti bukan kita ga sih yank?"

"Yaiyalah, orang kita dipisahin sama pelakor yang menjelma menjadi istri sah. Udah gitu suami aku nih mendalami sekali perannya"

"Cemburu yank?"

"Gimana ya enaknya? Kamu pengennya dicemburuin ga mas?"

Kriiiinggg
belum sempat menjawab godaan Intan, dering handphone milik Raffa berbunyi. Ia segera mengangkatnya, mereka membicarakan soal perusahaan dan pekerjaan.

Intan yang merasa bosan pun melanjutkan bermain main bersama sang anak.

"Sayang besok aku harus kembali ke kota, kamu mau ikut ya ayo, engga juga ga masalah selama aku masih mampu ngelaju" Raffa selesai menelpon.

"Hahhh besok banget mas! Kok mendadak sih mas?" Intan terkejut.

"Iya sayang, mulai besok aku yang disuruh megang perusahaan kakekku" Jelas Raffa.

"Kita tinggal dimana mas? Kontrakan aku yang dulu kayaknya udah ada yang nempatin"

"Di apartemen lah"

"Apartemen siapa?"

"Punyaku lah"

"Hah mas Raffa punya apartemen?"

"Hilih sok sokan lupa ik, biasanya juga sering maen disana bahkan kita bikin Rain juga di tempat itu kan"

"MAS RAFFA DIJAGA MULUTNYA!" Intan malu sekaligus kesel.

"Ya habisnya aku sebel sama kamu. Sok sokan lupa"

"Loh ku kira itu apartemennya Hesti"

"Gila kamu duh... Gini ya yank, kalo memang itu punya Hesti mana mungkin aku ngajakin kamu ke apartemen itu"

"Hmm yaudah deh mas aku nurut sama Mas Raffa aja. Tapi kalo berangkat pindahannya besok banget ya aku ga bisa ikut dulu mas, aku belum siap-siap juga kan buat pindahan"

"Oke aku tunggu sampe kamu siap yank"

Keesokan harinya Raffa terbangun tetapi tidak menemukan sang istri di sampingnya. Ia mengucek mata dan merenggangkan tubuhnya kemudian segera bangkit dari ranjang untuk mencari Intan yang ternyata berada di dapur sedang memotong wortel. Raffa memeluk Intan dari belakang.

"Mash, geli" Keluh Intan.

"Geli enak yank?" Goda Raffa.

"Apaan sih mas, mandi sana lho, udah ku siapin juga pakaian buat kamu kerja mas"

"Mana yank?"

"Itu di belakang pintu kamar, tadi barusan aku seterika"

"Oke yank aku mandi dulu ya"

"Heem"

Intan melanjutkan kegiatan memasaknya sampai matang. Mumpung anaknya masih tidur jadi masih bisa di sambi pikirnya.

Setelah masakannya matang, ia menyajikannya di mangkuk dan piring saji setelah itu ditaruh diatas meja makan bertepatan dengan Raffa yang selesai mandi dan sudah bersiap akan berangkat, tidak lupa ia sarapan terlebih dahulu.

~~~

Ketika Raffa kerja, Intan dirumah bermain dengan Rain, menyusui Rain, dan menidurkan Rain di jam tidurnya. Setelah Rain tertidur ia segera mengemasi barang-barangnya dan memasukannya dalam koper tidak lupa punya Raffa dan Rain juga ia kemasin.

Ia mengambil gambar dan memfotokannya pada Raffa menunjukkan bahwa ia telah siap untuk pindah ke kota.

Sore hari menjelang malamnya Raffa pulang ke kampung Intan membawa mobil miliknya hadiah yang ia dapatkan dari kakeknya saat ia lulus dari SMA.

Ya Raffa terlahir dari keluarga yang kaya raya, saat sekolah ia memang membanggakan kekayaan orangtuanya, namun ketika kuliah ia tersadar bahwa apa yang dia punya ini bukanlah miliknya tetapi milik ortunya. Maka dari itu sejak kuliah ia perlahan-lahan meninggalkan fasilitas mewahnya untuk hidup sederhana. Semua aset yang diberikan orangtuanya secara cuma-cuma, ia titipkan pada orang kepercayaannya.

Begitupula dengan Intan. Tetapi Intan memang sejak kecil dibiasakan untuk tidak silau dengan harta dan kekayaan. Intan kecil dididik oleh ayahnya untuk hidup sederhana, bahkan setiap kali Intan libur sekolah ia tidak pernah diajak liburan ke luar negeri seperti para orang kaya lainnya. Melainkan ia hanya diajak liburan ke panti asuhan dan menginap disana.

Teman RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang