15. PELINDUNG TERBAIK UNTUK NAYLA

288 25 1
                                    

HALLO BESTIE!

AKU UPDATE LAGI NIH!

SEPERTI BIASA! SEBELUM BACA UTAMAKAN VOTE DULU, YA. KALAU KALIAN NGGAK SUKA SAMA CERITA INI BOLEH KOK PINDAH CERITA YANG KALIAN SUKAI, TAPI TOLONG BANGET HARGAI AUTHOR DENGAN CARA JANGAN SIDER.

HAPPY READING❤️

15. PELINDUNG TERBAIK UNTUK NAYLA

Setelah turun dari angkot Nayla memacuh langkahnya cepat memasuki gerbang SMA Anagata. Entah kenapa sejak pagi tadi ia merasa ada seseorang yang mengawasinya. Nayla sempat menghentikan langkah dan menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan, sayangnya, tidak ada satu orangpun yang mencurigakan disekitarnya. Kemudian Nayla langsung berlari masuk ke dalam kawasan SMA Anagata.

"Syerina tunggu!" Nayla menghampiri Syerina yang berjalan di koridor SMA Anagata, dengan nafas Nayla yang terlihat ngos-ngosan.

Langkah Syerina berhenti, dia menoleh ke sahabatnya itu. "Lo ngapain sepagi ini udah lari-lari? Dikejar utang lo?"

"Ngaco lo!" Nayla menunduk, berusaha menetralkan kembali pernafasannya. "Nggak kasihan lo lihat gue lari-larian gini?"

Syerina menyengir, kemudian mengeluarkan botol minum berwarna biru muda dari dalam rangselnya, dan menyodorkannya pada Nayla. "Nih, minum dulu!"

"Makasih, Syer."

Nayla menegak minuman dibotol Syerina hingga habis tak tersisa, bahkan pemiliknya sampai molongo dibuatnya. Setelah menyelesaikan minumnya, Nayla mengembalikan botol itu pada Syerina. "Tumben banget lo minum kayak sapi? Lo kenapa sih?" tanya Syerina seraya memasukan kembali botolnya kedalam rangsel.

"Gue ngerasa ada orang yang lagi ngikutin gue."

"HAH? SIAPA?!" tanya Syerina, dengan suara keras.

"Hust! Jangan kenceng-kenceng suara lo." Nayla langsung membekap mulut Syerina dengan tangannya, jika tidak begitu bisa-bisa semua murid SMA Anagata akan dengar. "Gue nggak tau siapa orangnya, tapi sejak pagi tadi gue ngerasa ada seseorang yang ngikutin gue."

Syerina melepas tangan Nayla yang hampir saja membuatnya sesak nafas. "Lo punya pengagum rahasia?" tanya Syerina, setengah berbisik.

"Nggak."

"Atau lo punya penguntit?"

"Nggak, Syer."

Syerina mengetukan jari telunjuknya di bibir, seolah sedang berpikir sangat serius, kemudian satu pertanyaan kembali melintas di kepalanya. "Atau lo punya bodyguard khusus dari Ayah lo?"

"Nggak mungkin, Ayah aja nggak peduli sama gue."

"Kalau menurut gue mulai sekarang lo harus lebih hati-hati, Nay. Lo cantik, takutnya ada orang jahat yang berniat macam-macam sama lo!"

"Astagfirullah, Syerina! Jangan nakut-nakutin gue!"

"Astagfirullah? Lo Nonis kalau lupa," timpal Syerina, menyadarkan sahabatnya itu.

"Maaf, keceplosan." Nayla menepuk pelan bibirnya dua kali, rasa panik membuat Nayla hampir saja lupa jati dirinya. "Terus gue sekarang harus gimana? Masa gue nggak bisa kemana-mana?"

Tangan kanan Syerina tergerak menyentuh bahu Nayla, sedikit memberikan usapan lembut untuk menenangkan. "Lo lupa kalau lo punya sahabat kayak gue? Syerina, penerus perusahaan Wijaya, perusahaan terbesar kedua di kota ini. Apa aja bisa gue lakuin termasuk bayar bodyguard buat jagain lo."

"Ya, emang lo calon penerus perusahaan Om Wijaya. Tapi nggak segitunya juga, Syerina Intan Wijaya. Udah deh ngomong sama lo malah bikin gue makin panik!" Nayla melepas tangan Syerina yang memegang bahunya. Kemudian berlalu meninggalkan cewek itu, tanpa sepatah-kata lagi.

NARASI UNTUK REYNAL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang