6. KITA YANG TAK SAMA

459 54 13
                                    

HAI BESTIE!

SEMOGA MASIH SENANG DENGAN CERITA INI.

YUK ABSEN HADIR DULU DI SINI!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN JUGA!

HAPPY READING❤️

6. KITA YANG TAK SAMA

Jam menunjukan pukul enam lebih empat puluh lima menit. Itu tandanya gerbang SMA Anagata akan segera ditutup lima belas menit lagi, dan sialnya Nayla belum juga sampai di sekolah. Cewek itu sekarang berdiri di pinggir trotoar, menunggu angkutan umum yang lewat. Seharusnya tadi Nayla sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu, tetapi lagi-lagi ia harus berdebat kecil dulu dengan adiknya.

Nayla menoleh ke kanan-kiri, dalam hati ia terus berdo'a semoga saja dia tidak akan telat pagi ini. Pandangan Nayla kemudian jatuh pada taksi yang melaju tidak jauh darinya, sepertinya kali ini dia tidak akan jadi terkena omel Bu Rika. Tanpa berpikir panjang, Nayla langsung melambaikan tangan untuk menghentikan taksi itu. Tidak butuh waktu lama taksi itu sudah berhenti di depannya.

"Pak, SMA Anagata bisa?"

"Maaf, Neng. Tapi saya lagi bawah penumpang. Kalau Neng mau saya bisa antar sampai perempatan depan."

"Saya mohon, Pak! Saya sudah telat banget. Sebentar lagi gerbang sekolah saya juga ditutup." Nayla menatap supir taksi itu dengan raut memelas.

Supir taksi itu terlihat kebingungan, disatu sisi dia juga merasa kasihan dengan Nayla, tetapi disisi lain dia juga sudah membawah penumpang yang harus ia antar sampai tujuan. Sampai lima detik kemudian suara seseorang dibelakangnya terdengar.

"Suruh naik aja, Pak. Saya sama dia satu arah."

Supir taksi itu terlihat menoleh kebelakang, lebih tepatnya ke seseorang yang menjadi penumpangnya, lalu mengangguk. "Baik, Neng. Mas ini juga satu arah sama Neng."

"Oke! Makasih, Pak!" tanpa menunggu lama Nayla langsung membuka pintu bagian belakang taksi, kemudian masuk ke dalamnya tanpa mempedulikan siapa seseorang yang berada di sebelahnya. Setelah itu taksi mulai kembali melaju.

Nayla menghela nafas lega, akhirnya ia tidak akan terkena hukuman dari Bu Rika lagi. Dengan senyum yang mengembang di bibirnya Nayla menoleh ke seseorang yang duduk di sampingnya, Nayla hanya ingin mengucapkan terima kasih karena orang itu sudah mau berbagi taksi dengannya. Namun, senyum Nayla seketika berubah menjadi raut terkejut saat mengetahui siapa sosok di sampingnya.

"Lo?!"

"Hm."

"Ini beneran lo? Gue nggak hafal Ayat kursi lagi!" Nayla mengucek matanya berulang kali untuk memastikan seseorang yang sekarang bersamanya ini beneran Reynal atau hanya halusinasinya saja. Dan ternyata memang benar Reynal. Tetapi, mengapa bisa cowok itu naik taksi?

"Lo pikir gue setan?!"

"Mirip sih!" gumam Nayla, pelan. Semoga saja Reynal tidak mendengarnya.

Reynal melipat tangannya di depan dada, dengan kedua mata yang terpejam, tetapi tidak tidur. Pagi ini Reynal harus terpaksa naik taksi, karena motor kesayangannya disita Papanya selama satu hari, akibat Papanya menganggap Reynal tidak becus menjaga Reyna, sampai kembarannya itu memukul Askara. Reynal kira, jika motornya disita dia masih bisa berangkat sekolah menggunakan mobilnya. Namun, sayangnya tidak, Mamanya ternyata juga ikut-ikutan menyita mobilnya. Karena Mamanya juga menganggap semua sikap bandel Reyna karena meniru Reynal. Anak pertama memang selalu salah, begitulah pikir Reynal.

NARASI UNTUK REYNAL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang