01

691 92 1
                                    

Warning
•Alur tidak semuanya mengikuti webtoonnya,ada beberapa yang kemungkinan dipercepat atau dirubah
•Fiksi
•Kalau kalian suka bisa tekan tombol bintangnya ya atau komen juga gapapa !
Happy reading!

ꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָꮺꮺꮺꮺꮺꮺꮺꮺ

Runa membuka pintu apartemen yang di belikan oleh kakak-kakaknya, ia masuk kedalam seraya membawa kandang hewan peliharaannya sedangkan dibelakangnya terdapat pelayan yang membawakan koper miliknya.

Runa hanya membawa satu koper saja, karena katanya ia diperbolehkan untuk membeli barang-barang yang ia butuhkan ketika ia sudah sampai dan agar dirinya tidak repot-repot membawa banyak barang.

Dan tentunya hal itu juga agar membuat dirinya tidak kesusahan karena harus mengemasi semua barang-barangnya atau pakaian-pakaiannya.

Runa meletakkan apa yang ia pegang sedari tadi. Matanya bergulir menatap seluruh ruangan yang akan ia tinggali itu dengan seksama.

"Aku suka, kau bisa menaruh koperku di sana. Terimakasih." Ucapnya seraya tersenyum ramah, pelayan yang membawakan koper Runa mengangguk pelan.

Ia segera melakukan perintah Runa dan pamit undur diri. Hening setelah kepergian pelayan yang membawakan kopernya, Runa menjentikkan jarinya dan tak lama datanglah si nomor sembilan.

"Disini aman nona, tidak ada cctv dan alat perekam tersembunyi." Lapor si nomor sembilan kepada Runa.

Runa hanya menganggukkan kepalanya paham namun matanya masih menatap pintu yang ada di depannya.

Runa menatap si nomor sembilan "dia mencurigakan, kau urus dia secepatnya."

Si nomor sembilan mengangguk, ia pamit undur diri. Runa yang melihatnya hanya memangku tangannya sambil berpikir, orang yang mencurigakan itu bisa saja membuat masalah kalau ia tidak membereskannya terlebih dahulu.

Mengapa Runa curiga? Karena sebenarnya daritadi Runa tau apa yang dilakukan oleh pelayan itu. Pelayan yang membawakan kopernya selalu menatapnya dan barang-barang yang ia bawa, tak jarang juga pelayan itu terlihat penasaran dengan koper yang Runa bawa, padahal kopernya terlihat biasa saja, sama seperti koper yang orang lain bawa.

Terlebih lagi pelayan itu melihat ke suatu titik ruangan. Runa melangkahkan kakinya ke arah pintu kamarnya.

Saat membuka pintunya, Runa langsung menunduk. Matanya langsung menatap dingin ke arah seseorang yang berpakaian serba hitam dan memegang pisau di tangannya, hendak menusuk Runa.

Tanpa pikir panjang Runa langsung menendang pisau yang di pegang oleh orang berpakaian serba hitam itu dengan keras, bunyi dentingan akibat pisau yang terjatuh mulai terdengar, memecahkan keheningan yang ada.

Orang yang berpakaian serba hitam itu juga mulai menyerang Runa, ia langsung menargetkan untuk meninju wajah Runa.

Namun tidak secepat itu, Runa langsung melindungi wajahnya dengan kedua tangannya dan langsung bergerak mundur. Dari apa yang ia lihat dan ia rasakan, ia yakin bahwa yang ia lawan kali ini adalah seorang pria. Apalagi dengan melihat postur dan tenaganya itu.

Runa tersenyum miring, ia berlari dengan cepat untuk menerjang lawannya. Ia mengepalkan tangannya membuat lawannya berpikir jika ia akan meninjunya.

Namun pemikiran itu salah, Runa langsung berputar dan menendang lawannya dengan kuat di perutnya. Dan tolong jangan lupakan bahwa saat itu Runa sedang memakai sepatu high heels.

Saat lawannya lengah, Runa langsung menginjak punggung kaki lawannya dengan kuat. Membuat sang lawan merintih kesakitan dan kehilangan ke seimbangannya.

guess who i am. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang