09

329 61 4
                                    

Warning
•Alur tidak semuanya mengikuti webtoon-nya,ada beberapa yang kemungkinan dipercepat atau dirubah
•Fiksi
•Kalau kalian suka bisa tekan tombol bintangnya ya atau komen juga gapapa !
Happy reading!
Dan makasi udah mau bacaa!

ꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤꕤ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָ𓏲ָꮺꮺꮺꮺꮺꮺꮺꮺ

Pagi yang baru, dengan kegaduhan akibat Runa yang menjahili Zin serta Zin yang merengek pada Mijin karena Runa dan Yui selalu mengganggunya.

Runa menarik kursi yang berada di depan bangku Zin dan duduk di depan bangku Zin seraya menatap pemuda itu.

"Zinn."

Zin menatap Runa dengan tatapan malas "hah?"

Runa mengalihkan tatapannya dan menatap Mijin yabg sedang belajar membuat Zin mengikuti apa yang Runa lihat.

"Kalau misalnya Mijin buat aku gimana?"

Zin yang mendengarnya langsung menggerbak mejanya membuat Mijin menatap ke arah Runa dan Zin yang saling menatap dengan tatapan tajam, ah tidak. Lebih tepatnya Zin yang menatap Runa dengan tatapan tajam sedangkan Runa hanya menatapnya dengan tatapan remeh, di tambah Runa melipat tangannya di depan dada dan menyilangkan kakinya serta dagu Runa yang sedikit terangkat seakan sedang meremehkan Zin.

"Mijin mirip malaikat, jadi cocoknya sama aku."

"Kau?? Cewek seperti Hulk cocok dengan Mijin??" Seru Zin membuat Runa mengerutkan keningnya.

Runa menatap Zin dengan tatapan dinginnya membuat Zin menelan ludahnya, sepertinya ia sudah salah berbicara.

"Kau bilang apa?" Tanya Runa seraya tersenyum manis.

"Ce-cewek hulk..?"

Sedetik kemudian kepalan tangan Runa sudah berada di depan wajah Zin dan mengenai wajah pemuda itu hingga ia terjatuh. Runa menatapnya dengan senyuman manisnya berbeda dengan teman-teman sekelasnya yang menatapnya ngeri.

"Runa! Zin!! Aku sudah bilang kan, kalian tidak boleh bertengkar!!" Seru Mijin seraya melipat tangannya di depan dada dan menunjukkan ekspresi marahnya.

Runa yang melihatnya langsung memasang ekspresi sedih seperti anak kucing yang terlantar.

"Zin mengatakan kalau aku seperti hulk.. membahas berat badan kepada perempuan saja sudah tidak etis apalagi itu.." ujar Runa lirih seraya menunjuk puppy eyesnya, bahkan imajiner telinga dan ekor kucing terlihat pada Runa.

"Eh? Iya juga.." gumam Mijin pelan sedangkan Runa masih memasang wajahnya sedihnya, ia melirik ke arah Zin sekilas dan tersenyum miring.

Jika Mijin melihat Runa seperti anak kucing yang butuh kasih sayang, maka Zin melihat Runa sebagai seekor rubah yang sangat licik. Terutama saat Runa meliriknya seraya tersenyum tipis.

"Mijinn! Jangan dengarkan rubah itu!" Seru Zin seraya memegangi wajahnya yang terasa nyeri.

"Eh aku? Mijin.." Runa menatap Mijin kembali membuat Mijin menghela napasnya dan mengelus kepala Runa dengan pelan.

"Zin, bagaimana bisa kau memanggil Runa dengan rubah? Kau berlebihan."

Runa yang mendengarnya langsung tersenyum kemenangan sedangkan Zin mendecih pelan seraya meminta maaf kepada Runa dengan nada yang sangat tidak ikhlas.

guess who i am. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang