48.

1.1K 214 41
                                    

Vote, komen dan follow
Maafkan typo
Selamat membaca

Langit mulai gelap pertanda malam akan tiba, lampu lampu yang berada di gedung sekolah mulai dinyalakan begitu juga dengan lampu yang ada di lapangan basket tempat ketiga orang itu bermain sebelumnya.

Mereka sekarang terlihat sedang duduk di pinggiran lapangan dengan botol air mineral di genggaman mereka.

"Kau yang traktir Lis"
Seulgi menepuk punggung Lisa pelan sambil terkekeh.

"Iya aku tau, ck...diamlah sudah lima kali kau mengatakan hal itu"
Gadis jangkung tersebut menatap sahabatnya dengan tatapan kesal.

"Mereka masih lama?"
Jisoo bertanya sambil meneguk air mineralnya, ia melepaskan karet gelang yang mengikat rambutnya hingga rambut hitam panjangnya tergerai indah.

"Kau terlihat aneh jika rambutmu tidak dikuncir"
Seulgi mengomentari penampilan Jisoo saat ini. Bagaimana tidak? Jisoo selalu menguncir kuda rambutnya. Alasannya ia merasa gerah jika membiarkan rambut hitamnya tergerai.

"Iya, kau terlihat seperti seorang gadis saja"
Lisa menambahkan.

"Aku kan memang gadis, siapa bilang aku bukan seorang gadis? Bahkan kalian juga seorang gadis"

"Iya kau dan kita juga gadis tapi- ah lupakan"
Belum sempat Seulgi membuka mulutnya untuk berbicara, ia melihat sang pujaan hati berjalan ke arahnya lengkap dengan ransel dan map di tangannya, diikuti dua gadis lain.

"Sudah selesai?"
Seulgi bangkit dari posisinya dan menghampiri sang pujaan hati begitu juga dengan Jisoo.

"Kau lelah? Apa kau lapar? Ah, bodohnya aku, sudah pasti kau lapar, mau makan apa? Biar kubelikan untukmu, apa daddy mu tidak akan marah jika aku mengajakmu ke suatu tempat?"
Jennie terkekeh dengan pertanyaan beruntun yang dilontarkan sang kekasih.

"Iya aku lelah, aku lapar, aku mau roti panggang, daddy tidak akan marah karena daddy ada di luar kota hari ini"
Jawab Jennie beruntun seperti pertanyaan sang pacar.

"Lis, lebih baik kita duluan saja, aku geli melihat mereka"
Lisa terkekeh dengan ucapan Seulgi, tanpa mengatakan apa apa ia pun menarik tangan Rose agar ikut dengannya.

Beberapa saat Rose terdiam lalu menatap tangan Lisa yang menggenggam tangannya. Ia dapat membayangkan jika itu Jisoo yang sedang menggenggam tangannya.

"Kau melamun?"

"E..eh, t..tidak"
Rose gelagapan lalu mengikuti arah tarikan Lisa agar menjauh dari sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu. Jujur saja, ia masih belum ikhlas melihat Jennie dengan Jisoo tapi mau bagaimana lagi?

"Gemasnya pacarku ini"
Jisoo mencubit gemas pipi gembul Jennie dengan kedua tangannya. Hingga membuat gadis itu memekik protes.

"Mau ku gendong? Kau lelah kan"
Kapten basket tersebut mengikat tinggi rambutnya kembali lalu berjongkok memberikan kode agar Jennie naik ke punggungnya.

Ya ampun Jisoo, kau sangat berlebihan, Jennie masih bisa berjalan tapi kau malah ingin menggendongnya, ada ada saja.

"Tidak apa apa, aku bisa berjalan bae..."
Jennie menarik Jisoo agar berdiri lalu mengelus pipinya dengan tangan, sudut bibir gadis bermata kucing itu  tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Jangan tersenyum seperti itu padaku, kau membuatku gugup"
Perlahan senyuman Jennie luntur dari wajahnya. Ia menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga beberapa saat mereka terdiam dengan posisi seperti itu.

Jisoo memiringkan kepalanya lalu mendekatkan wajahnya ke arah Jennie, ia tersenyum tipis, mata rusa itu beralih ke bibir gadis bermata kucing yang berada di depannya itu. Posisi wajah mereka semakin dekat hingga Jennie sendiri bisa merasakan deru nafas Jisoo.

Beautiful & Annoying {Jensoo}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang