👣 malam itu (2)

1.1K 251 78
                                    

Andra masih berdiri memeluk Soraya yang duduk di kursi depan warung makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andra masih berdiri memeluk Soraya yang duduk di kursi depan warung makan. Kali ini tubuhnya agak mendingan enggak gemetaran kayak sebelumnya. Merasa aman setelah seseorang yang dikenal muncul dan terus menenangkannya. Walau tidak ada yang bicara, selain para bapak dan pemuda yang membicarakan tentang begal yang sering terjadi di kawasan sini.

Sebagian orang berkata Soraya sangat beruntung bisa selamat tanpa mengalami luka serius, karena kebanyakan korban begal daerah sini selalu berakhir tragis. Seminggu lalu bahkan ada yang sampai meninggal di lokasi kejadian. Andra ingin membantah perkataan mereka, lalu urung karena tindakannya hanya akan membuat Soraya ketakutan lagi. Mungkin mereka benar Soraya beruntung dia baik-baik saja, mengalami luka ringan, dan kehilangan barang-barang pribadinya, tapi trauma yang dialami gadis ini tidak bisa dibilang baik. Dia jelas syok berat dengan insiden yang dialaminya.

Andra menyadari ketidaknyamanan Soraya mendengar para kerumunan membicarakan insiden itu, dari gerak-geriknya di pelukannya. Ia mengusap kepalanya. Membungkuk dan berbisik ke telinganya supaya dia berdiri dan mau ikut pindah ke tempat lain bersamanya untuk menyingkir dari kerumunan. Untung Pak Tono, selaku RT setempat, memahami situasi, sehingga menyuruh yang lain agar memberi mereka privasi.

Soraya yang belum berani menunjukkan ekspresinya pada Andra terus sembunyi di dekapannya. Andra pun tak bisa protes. Hanya  membiarkannya terus sembunyi selama dia mau.

Mestinya Andra harus segera kembali ke tempat kerja. Sandra yang menggantikan dirinya pasti repot karena dia belum kembali, lalu Wicak pasti berpikiran yang enggak-enggak. Mungkin temannya itu mengira dia sedang bermesraan sama Kayla karena Wicak paling sering godain Andra sama keponakan boss mereka. Apalagi dialah yang terus mendesak Andra supaya pacaran sama Kayla, biar Wicak bisa mepet teman cewek itu.

Urusan kerja bisa dia atur belakangan dan percaya bahwa Sandra akan memaklumi keterlambatannya. Lagi pula, Andra enggak mungkin meninggalkan Soraya sendirian dalam keadaan begini. Biarpun mereka enggak dekat-dekat amat, seenggaknya keberadaan Andra di sini bisa mengurangi sedikit kecemasannya.

Melihatnya yang begini terus buat perasaan Andra enggak karuan. Seolah gadis ini saudara perempuannya yang harus ia lindungi. Andra mendesah usai membayangkan keadaannya andai dia punya saudara.

“Kalau aku kebetulan gak di sini, kamu pasti gak mau pulang. Iya, kan?” Andra bertanya sambil mengamati dan merasakan kepala Soraya yang bergerak naik turun di dadanya. Membuatnya sedikit bingung antara harus tersenyum geli atau tidak atas sikapnya ini, yang hanya diam dan mendengarkan dirinya, berbeda sama perilakunya yang sering Andra lihat di kafe.

Yang cerewet, blak-blakan, dan terus memaksa dirinya supaya mau pergi kencan dengannya.

“Kita pulang, yuk?”

Alih-alih mengiyakan, Soraya justru menggeleng. Alis Andra meninggi, heran pada reaksinya yang berbeda dari tebakannya.

“Lho, kenapa? Emang kamu gak mau pulang?”

Lionhearted [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang