👨‍⚖ komitmen (2)

956 207 91
                                    

Ansel terus menggerutu di depan gara-gara Soraya jalannya kayak siput

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ansel terus menggerutu di depan gara-gara Soraya jalannya kayak siput. Meski begitu dia tetap menunggu saudaranya itu sambil terus mengandeng tangannya biar jalannya hati-hati, biar enggak nyungsep ke depan—kan enggak lucu juga kalau Soraya jatuh di depan banyak orang. Lagian siapa suruh pakai rok super ketat terus high heels 3 cm, kalau malah ngerepotin dirinya sendiri.

“Ibu yang nyuruh,” kata Soraya setiap kali Ansel mengomentari pakaian wisudanya.

Soraya enggak bisa menolak permintaan ibu buat pakai pakaian ini, yang sudah dibeli dari bulan lalu. Iya, semua pakaian pas di badannya, cocok malahan terus warnanya juga cantik, kalem, enak dipandang, dan enggak terlalu mencolok atau norak ibaratnya—dia langsung jatuh cinta pas pertama kali lihat—tapi rok panjangnya ini sungguh merepotkan dirinya.

Ketat banget, asli! Sampai rasanya dia susah buat jalan selangkah ke depan apalagi mundur. Salahnya juga sih, kemarin-kemarin menolak cobain pakaian dulu. Kalau dari awal tahu roknya menyiksa begini, pasti sebelum wisuda sudah dia bawa ke tukang jahit. Giliran mau pakai rok lain malah enggak ada yang cocok sama bagian atasnya, malah kelihatan aneh. Terus sayang banget kalau enggak dipakai.

Ya udah deh, Soraya pakai pakaian ini meski harus minta bantuan Ansel buat gandeng tangannya dari parkiran sampai menuju gedung acara wisuda siang hari itu.

Soraya menarik napas dalam-dalam. Dia bisa mendengar suara detakan jantungnya.

Deg ... deg ... deg ... berulang kali. Membuatnya semakin gugup dan tak sabaran ingin segera masuk ke dalam gedung itu untuk menerima penobatannya—ceilah—sebagai sarjana. Soraya sangat excited! Saking excited-nya semalaman dia sampai enggak bisa tidur.

Sejumlah mahasiswa yang baru datang bergegas lari dengan senyum di wajah kala menjumpai teman seperjuangannya yang sudah berbaris di deretan antrian wisuda sebelum masuk ke dalam gedung. Sebagian banyak lagi sibuk foto bareng atau bikin video buat nanti diposting di sosmed masing-masing. Malahan ada juga yang joget-joget keluar dari barisan buat video Tok Tok dengan latar belakangnya teman-teman satu fakultasnya.

Antusiasme para mahasiswa di sana tak luput dari rasa kagum Soraya terhadap dirinya sendiri serta kepada teman-teman seperjuangan yang lulus tepat waktu. Setelah berbulan-bulan berjuang merampungkan skripsi, bahkan mungkin ada yang sampai lewat dari dua, tiga semester, atau bisa jadi lebih dari semester itu. Merasakan pahit dan manisnya perjuangannya, tekanan-tekanan yang mereka dapatkan entah dari teman, dosen pembimbing, dan keluarga yang mendesak supaya cepat lulus. Akhirnya hari ini mereka semua resmi dinyatakan sebagai sarjana.

Soraya bangga atas prestasinya satu ini lantaran untuk mendapatkan gelar di belakang namanya, dia harus melewati banyak cobaan. Dia yang mampu bertahan sampai sejauh ini, bersyukur telah diberi kemampuan untuk menghadapi tekanan dari segala sisi.

“Bunga tuh,” kata Ansel, menggiring Soraya mendekati teman dekatnya yang sudah di dalam barisan mahasiswa wisuda lainnya.

“Makasih, Mas.” Soraya mencoba berlari kecil mendekat ke arah barisan setelah melepaskan genggamannya pada tangan Ansel.

Lionhearted [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang