“Kamu udah pulang?”
Sapaan pertama yang selalu dia dengar kalau pulang ke rumah. Andra mengangguk samar, lantas melihat ke arah sang ibu yang duduk di depan TV sendirian. Menonton acara kuis kesukaannya yang rutin tayang setiap hari dari jam 6 sampai 7 malam.
Andra memperhatikan kondisi rumah yang sepi. Hanya ada ibu di rumah malam itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan bapak yang biasa ngopi di teras belakang atau duduk di ruang tamu meladeni para tamu yang rutin mampir ke rumah cuma buat ketemuan Pak Galih. Bapaknya itu kerja di kecematan sebagai Pak Camat, jadi wajar kalau banyak tetangga ingin bertemu sama bapaknya di rumah selain di kantor.
Si Mbak Lala juga enggak kelihatan hidung batangnya. Biasanya suka duduk di sebelah ibu menemaninya menonton TV. Mbak Lala aslinya anak dari teman bapak yang dimintai tolong buat jagain ibu sementara, semenjak ibu Andra sering sakit. Tentu saja, Mbak Lala juga dapat uang bulanan dari bapak selama menemani ibu. Kadang-kadang dia juga menginap di rumah, di kamar belakang yang belum lama ini dibangun sejak ibu butuh diteman.
Orang tuanya cuma punya anak satu, Andra doang, yang jarang tinggal di rumah karena punya pekerjaan—Andra hanya di rumah selesai jam kerjanya, biasanya dari malam sampai pagi—sehingga bapak terpaksa minta tolong temannya buat mengizinkan anaknya kerja sebagai perawat ibu. Lagian, Mbak Lala itu udah kayak anak cewek ibu. Sejak kecil dia sering dirawat sama ibu sebelum punya anak laki-laki, dan setelah Andra lahir pun Mbak Lala tetap dianggap anak cewek ibu. Bahkan dulu Mbak Lala sering main bareng Andra di rumah.
Andra sama Mbak Lala cuma beda dua tahun doang. Mereka udah kayak saudara, tapi bagi orang lain mereka kayak pasangan, terutama ibu yang suka jodoh-jodohin Andra sama Mbak Lala. Gara-gara mereka sama-sama belum ada pasangan juga.
“Bapak gak di rumah, Bu?”
“Bapakmu barusan keluar sama temannya. Katanya ada urusan mendadak di RT sebelah.”
Andra mengangguk. “Terus Mbak Lala?”
“Lala pulang.” Ibu langsung berpaling dari TV ke wajah Andra. “Tumben nanyain Mbak Lala. Ada apa, toh?”
Ada apa maksud ibu tuh, sesuatu yang lain yang mengarah ke romantisme. Sementara ada apa maksud Andra tuh, sesuatu yang biasa saja.
“Gak papa. Biasanya dia nemenin Ibu.”
Ibu tersenyum geli. “Ada apa-apa juga gak papa kok, Ndra.” Andra menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Enggak sopan kalau dia bereaksi begitu sama ibunya. “Oh ya, Ndra. Tadi ada kiriman undangan buat kamu.”
“Dari siapa?”
“Andini,” kata ibu, “mantan kamu.”
Andini mantannya dulu waktu kuliah. Mereka pacaran selama 1 tahun lebih 5 bulan, hampir dua tahun dari semester dua sampai lima. Andra memang sering mengajak mantan pacarnya buat main ke rumah, dan ibunya hampir kenal semua mantan-mantan Andra dulu, kecuali beberapa orang yang menolak diajak ke rumah dengan alasan belum siap ketemu orang tua Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lionhearted [✔]
Romansa[Hotsy-Totsy 2.0] Soraya ngebet pengen rasain dunia orang pacaran, lantas mendekati sang barista kafe langganannya. Menurutnya, Andra lumayan cocok jadi pasangannya setelah dia gagal mendapatkan cinta pertamanya. Sementara Andra yang sedang di fase...