Bunga kira Soraya enggak akan datang ke acara pernikahan saudaranya saat bertemu kedua orang tuanya itu dan tidak mendapati presensi sang teman bersamanya. Hampir saja dia kecewa dan menduga sahabatnya itu ingkar janji tanpa mengiriminya pesan dulu alasannya batal hadir, andai Om Thomas tidak memberitahunya kalau Soraya datang cuma dia tertinggal di belakang.
Akhirnya Bunga menunggu di depan pintu masuk. Tak sabar ingin menyeret gadis itu untuk segera memenuhi janji mereka semalam buat foto bareng pengantin. Pakaian mereka sudah matching. Warnanya sama walau beda jenis dan rambut mereka pun sengaja dibuat serupa. Kalau Soraya enggak kasih ide begini, paling hari ini rambut Bunga disanggul.
Setelah menunggu beberapa menit di samping pintu masuk, orang itu pun muncul. Bunga bergeming sesaat melihat sahabatnya itu datang bersama seorang laki-laki. Jelas dia mengenali siapa laki-laki bersamanya yang digandeng itu. Bunga mulai bertanya-tanya. Sejak kapan mereka kelihatan lengket?
Baru kemarin pula Soraya curhat kalau Mas Andra pilih kasih. Dia mengeluh selama dua jam lebih di telepon ngomongin soal Andra. Katanya sang barista kafe itu lebih suka jalan sama cewek cantik super gaul yang OOTD sekali dibanding sama cewek biasa-biasa saja yang blak-blakan kayak bocah kecil—alias Soraya itu sendiri. Karena Bunga kurang tahu detail masalah mereka hingga menyebabkan sahabatnya itu cemburu, dia hanya menimpali setelah menyimak dan memberinya dukungan sebagai seorang teman.
Bunga kurang suka mengompori kecemburuan sang teman. Sebaliknya kalau dia tahu detail masalahnya, paling dia akan menyalakan api ke kompor gas.
“BUNGAAA ...!” Begitulah Soraya setiap menyapa dirinya di mana pun mereka. Excited, nyaring, dan sedikit jingkrak dengan girang. Seakan mereka ini sudah lama tidak bertemu. Semangatnya yang berapi-api itu selalu mendominasi. Membuat sebagian orang refleks berpaling ke arahnya dengan ekspresi sama, terheran-heran sama kelakuan temannya ini. “Hihihi. Cantik banget, sihhh ...!”
Bunga tersedak ketika Soraya memeluknya erat dan mencubit gemas pipinya. Seolah dia adalah perwujudan dari boneka babi kesukaannya.
Bunga yang sudah bertahun-tahun temanan sama Soraya saja selalu dibuat heran sama kelakukannya inil, apalagi Andra yang langsung speechles di tempat.
“Tuh, kan! Style rambutnya cocok kalau dipakai sama kamu,” serunya begitu excited. Sampai dia beberapa kali menoleh belakang demi memuji tatanan rambut Bunga atas rekomendasinya semalam.
Ngomong-ngomong, gaya rambut mereka sama. Punya Bunga lebih rapi sih, dibanding Soraya yang dibantu ibu pas di rumah.
“Udah, ayo! Keburu teman kantor Mas Bondan datang.” Bunga melirik ke arah Andra yang menonton di belakang Soraya. “Kok bisa bareng Mas Andra?”
Soraya berbalik untuk sekadar menarik Andra agar tetap berada di sampingnya. “Bisa, dong. Hehe.” Tubuhnya tiba-tiba condong ke depan ke arah Bunga. “Tau gak? Istrinya Mas Bondan mantannya Mas Andra.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lionhearted [✔]
Romansa[Hotsy-Totsy 2.0] Soraya ngebet pengen rasain dunia orang pacaran, lantas mendekati sang barista kafe langganannya. Menurutnya, Andra lumayan cocok jadi pasangannya setelah dia gagal mendapatkan cinta pertamanya. Sementara Andra yang sedang di fase...