STEP. 16

5 3 0
                                    

Mohon diingat. Alur cerita ini mengikuti budaya Korea.

- - -

Akhirnya Ji Yoo mengambil keputusan untuk pergi ke New York. Ji Yoo pun sudah memberitahukan keputusannya ini pada keluarganya.

Ibu meminta Ji Yoo pulang ke rumah untuk makan malam bersama. Kali ini, A Yeong ikut dalam acara makan malam keluarga ini.

- - -

Ji Yoo datang lebih awal, dia dan ayah pun duduk di bangku taman untuk berbincang.

"Ayah memang jarang di rumah dan mengobrol dengan kamu. Namun, membayangkan kamu akan pergi sangat jauh dari rumah, membuat ayah merasa cukup aneh. Mungkin karena kamu akan pergi jauh seorang diri, jadi ayah tiba-tiba merasa sangat khawatir." ujar ayah secara jujur.

"Iya, aku juga merasa aneh. Sekarang ini hati dan pikiran aku rasanya kosong. Aku sama sekali tidak merasa gugup, hanya merasa... kosong. Apa mungkin karena aku masih merasa kalau ini enggak nyata ya? Tapi selain itu, aku merasa baik-baik saja dan bersemangat." Ji Yoo pun mengungkapkan apa yang dia rasakan dan pikirkan.

"Ayah percaya selama di sana kamu bisa menjaga diri dengan baik. Karena selama ini kamu sudah tumbuh mandiri dengan baik."

"Rasanya benar-benar aneh mendengar ayah bicara seperti ini." Ji Yoo memicingkan mata pada ayah, "Aku jadi teringat dengan seseorang yang juga tiba-tiba bersikap tidak seperti biasanya."

"Siapa?"

"Ada deh!"

"Sebenarnya ayah juga merasa aneh. Ayah sadar ini pertama kalinya ayah bicara seperti ini kepada kamu. Kamu juga tahu kan, seberapa sering  pun kakak kamu menjadi juara saat sekolah, ayah tidak pernah mengucapkan hal lain kecuali 'kerja bagus'."

"Oppa juga pernah bilang ke aku, kalau oppa tidak mengharapkan pujian dari ayah. Asalkan ayah bisa datang saja oppa sudah senang."

"Mendengar itu, sepertinya ayah memang ayah yang buruk ya?" ucap ayah dengan perasaan yang terasa berat.

"Tidak apa-apa. Ini kan pertama kalinya ayah menjadi seorang ayah. Lagi pula tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini, sama halnya dengan anak-anak. Aku juga selalu merasa kalau aku bukan anak sempurna yang dapat membuat ayah dan ibu merasa bangga." Ji Yoo tersenyum pahit.

Ayah sejenak menengok ke arah Ji Yoo yang sedang tertunduk, lalu ayah kembali menghadap ke arah taman.

"Kamu sudah sangat membanggakan keluarga kita. Orang-orang di rumah sakit selalu mengatakan pada ayah betapa cantik dan kerennya kamu. Kamu sudah bekerja keras selama ini. Maaf, ayah baru mengatakannya sekarang."

Ji Yoo hanya terdiam dan tidak berani menatap wajah ayahnya. Dia takut saat melihat wajah ayahnya dia akan mulai menangis.

"Ayah." panggil Ji Yoo.

"Apa?"

"Aku akan baik-baik saja kan di sana?"

"Ayah tidak bisa memberi jawaban yang pasti. Namun yang pasti, akan ada saatnya kamu menghadapi hal buruk, ada saatnya juga kamu mendapatkan hal baik. Yang terpenting adalah apa kamu akan menyerah atau tidak. Jadi ayah harap meskipun kamu menghadapi hal yang buruk di sana, kamu bisa membuat itu menjadi sebuah pelajaran dan bangkit kembali." nasihat ayah.

Setelah mendengar ucapan ayah, Ji Yoo mengangguk dan mulai tersenyum.

"Apa ayah boleh memeluk kamu?" pinta ayah.

"Kenapa tiba-tiba? Aku kan enggak akan pergi sekarang."

"Nanti ayah akan minta peluk, dan sekarang ayah juga minta peluk."

Back to Yoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang