STEP. 15

4 3 0
                                    

Hari terus berlalu, dan Ji Yoo semakin sibuk dengan pekerjaannya.

Meski Ji Yoo masih belum sepenuhnya melupakan apa yang terjadi, namun kini dia sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

- - -

Ibu meminta Ji Yoo untuk pulang dan makan siang bersama di rumah. Awalnya Ji Yoo merasa khawatir, mengingat makan siang bersama sebelumnya berjalan dengan buruk.

Tetapi akhirnya Ji Yoo menuruti permintaan ibunya untuk pulang ke rumah, karena sudah lama juga dia tidak bertemu dengan keluarganya.

Makan siang kali ini hanya Ji Yoo dan kedua orang tuanya.

"Oppa kamu sangat sibuk hari ini, jadi dia tidak bisa datang. Sedangkan kakek, sudah ada janji bermain golf bersama para koleganya. " ujar ibu.

Makan siang bersama kali ini pun berjalan dengan cukup sunyi. Hanya ada suara kecil dari sendok dan sumpit yang bersentuhan dengan piring dan mangkuk.

"Ayah dengar kamu putus dengan Ji Hoon." tidak ada yang menyangka ayah akan memulai percakapan lebih dahulu.

Ji Yoo menghela nafas, "Beritanya sudah seminggu yang lalu. Ayah terlambat."

"Sejak kemarin ayah kan sibuk seminar. Lagi pula ibu kamu juga baru cerita ke ayah kemarin malam." ayah membela diri.

"Ibu juga tahu itu dari Jeong Han." ibu menambahkan.

"Kenapa kalian putus?" tanya ayah tanpa berbasa-basi.

Ibu menepuk lengan ayah, sembari memberi tatapan penuh arti. Mungkin ibu merasa pertanyaan ayah itu terlalu terus terang.

"Ayah benar-benar ingin tahu, atau hanya sekadar basa-basi?" Ji Yoo balik bertanya.

"Kalau kamu tidak ingin cerita juga tidak masalah." ujar ayah.

Sebelum mulai bercerita, Ji Yoo menarik nafas terlebih dahulu.

"Kami berdua sama-sama sibuk. Jadi kami memutuskan untuk berpisah. Mungkin kelihatannya karena itu. Tapi alasannya sebenarnya... Karena aku dan dia sama-sama mulai merasa tidak yakin dengan hubungan kami ke depannya."

Ji Yoo lanjut bercerita setelah menaruh sendok makannya.

"Sekarang aku semakin sibuk, dan Ji Hoon... dia juga ingin bekerja lebih keras untuk mewujudkan impiannya. Dia bilang, dia takut karena kesibukan ini kami berdua akan saling melukai perasaan masing-masing. Jadi... dia minta putus lebih dulu."

Kedua orang tua Ji Yoo terdiam setelah mendengar cerita Ji Yoo.

"Enggak perlu merasa kasihan dan khawatir sama aku. Sekarang aku sudah merasa lebih baik kok! Menyibukkan diri memang cara paling ampuh untuk orang yang habis patah hati."

Orang tua Ji Yoo masih hanya terdiam dan tidak memberi tanggapan apa pun.

"Apa ayah tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Ji Yoo.

"Mengatakan apa?"

"Aku pikir ayah akan bilang, 'Ya, baguslah akhirnya kalian putus' atau semacamnya."

"Apa di mata kamu ayah sekejam itu?" ujar ayah dengan agak merasa pahit, "Ayah sudah memutuskan untuk tidak ikut campur dengan masalah kehidupan pribadi kamu lagi. Silakan lakukan apa saja yang menurut kamu itu adalah yang terbaik."

"Tidak biasanya ayah bicara seperti ini." ucap Ji Yoo sembari memandang ayah dengan curiga.

"Mulai sekarang kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau. Apa pun, asalkan itu tidak melanggar hukum dan tidak merugikan orang lain." lanjut ayah.

Back to Yoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang