Secangkir coklat panas terhidang di atas meja. Jemari tanganku bergerak menarik selimut keatas, menutupi kedua lenganku yang terasa gatal lantaran hawa dingin yang menusuk.
Bolehkah aku mengumpat? Alergi sialan ini benar-benar membuatku tersiksa.
Aku sudah mematikan seluruh perangkat elektronik yang dapat membuatku kedinginan. Tapi percuma saja karena hujan lebat di luar sana lah yang menjadi faktor terbesar turunnya suhu hingga membuat seluruh badanku menggigil.
Sial, kenapa aku harus terlahir dengan tubuh yang tidak tahan dingin?
Iris mataku yang semula menatap rinai hujan kembali menatap sosok memukau dengan rubik di tangan.
Dilihat berkali-kalipun ia masih tetap tampan. Aku tidak bisa berhenti mengangguminya, sungguh.
"Tuanku."
"Hm?"
Ketika iris gelap itu menatapku, udara terasa hangat seketika. Sungguh berbanding terbalik dengan tatapan tajamnya.
"Tahukah kau bahwa aku tidak tahan dingin?"
Tanpa ku beritahu pun sepertinya ia sudah tau. Melihat betapa tebalnya selimut yang melingkupi tubuhku saja sudah cukup menjelaskan betapa lemahnya aku dengan udara dingin.
Ia kembali mengulas senyum. Entah sudah keberapa kalinya aku melihat gigi gingsul itu muncul tiap kali ia membuka mulut. Tidak peduli, sebab aku memang suka sekali.
"Apa hubungannya antara kau yang tidak tahan dingin dengan diriku, Nona?"
Aku berkedip pelan, sedikit merasa geli dengan hawa dingin yang menggelitik. Tanpa sadar aku tertawa pelan kala menyadari isi kepala.
Satu alisnya naik, sebuah isyarat bahwa dia bingung dengan tawaku yang keluar tiba-tiba. Tangannya yang kokoh itu sampai berhenti memainkan rubik, membuat pola warna itu gagal tersusun sempurna.
"Aku hanya penasaran...."
".... Kira-kira lebih dulu mana antara kau yang jatuh cinta padaku atau aku yang mati membeku karena sikapmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Romance"Menurutmu, kira-kira lebih dulu mana antara kau yang jatuh cinta padaku atau aku yang mati membeku karena sikapmu?" Original by Lyliana Emeraldine