Chapter 09

273 64 9
                                    

Laki-laki tampan itu seperti magnet yang menarik perempuan di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki tampan itu seperti magnet yang menarik perempuan di sekitarnya.

Itu hanya perumpamaan, tapi entah sejak kapan sudah seperti hukum alam.

"Saat ini, apa ada perempuan yang tengah dekat denganmu, Tuanku?"

Ia terdiam sesaat, sebelum kemudian terkekeh pelan.

"Kenapa tiba-tiba? Apa kau ingin menuliskan tentangnya di dalam buku juga?"

Aku tertohok. Yang mana membuat tawanya makin terdengar keras.

"Ada, kau bisa cek media sosialnya jika kau mau, Nona Penulis."

Perempuan manapun pasti akan menyukai laki-laki tampan, perempuan cantik berambut hitam itu misalnya.

Dia sangat cantik, sungguh.
Matanya yang menyipit manis kala ia tersenyum, bibirnya yang tipis, serta kulitnya yang putih bersih.

Bohong kalau aku tidak merasa minder. Pernah dalam benakku berfikir untuk menjauh saja kala melihat foto cantiknya terpampang di media sosial.

Aku mengulas senyum miris. Berulang kali melihat foto itu, kemudian melihat diriku sendiri di depan cermin.

Aku tidak semanis itu. Aku tidak seindah itu. Aku tidak secantik itu.

Tapi, bagaimana mungkin dengan berani aku mendekatinya?

Mendekati pria yang juga disukai oleh perempuan cantik seperti dirinya?

Aku menghela nafas panjang.

"Ada apa?"

Iris mata legam itu menatapku. Ia nampak begitu indah dengan balutan pakaian hitam yang menutupi tubuh tegapnya. Bulu matanya bergerak tiap kali ia berkedip, lentik sekali.

"Apa aku cantik?"

Dia tidak mengatakan apapun. Walaupun dia tau aku membutuhkan jawaban, dia tetap menutup bibirnya rapat-rapat. Aku tidak tahu apa yang ada difikirannya.

Aku tidak tau seperti apa aku di matanya.

Apa aku cantik seperti dia? Apa aku indah seperti dia? Apa senyumanku semanis senyumannya?

Katakanlah.

Katakanlah sesuatu.

Agar rasa sesak ini tidak datang menggangguku.

Agar aku memiliki alasan yang membuatku layak untuk mengejarmu.


































Namun, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya yang manis itu.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang