"Dia tidak menolakku!"
Ku ucapkan kalimat itu berulang kali. Dengan girang melompat kesana kemari, sempat menjerit pelan kala mengingat semua tentangnya semalam.
Cara ia memandang, bibirnya yang terbuka ketika mengucapkan kata, tawa pelan hingga tatapannya yang tajam.
Bolehkah sekali lagi aku berusaha untuk dapat menjadi kekasihnya?
Jika tidak bisa, jadi pasangan hidupnya juga tidak apa.
"Dia berkata bahwa dia tidak menolakku! Bukankah itu secara tidak langsung dia memberiku kesempatan untuk mendekatinya?!"
Aku menjerit tertahan. Ku gigit bantal guling dalam pelukan. Yang mana membuat gadis di layar telfon sana menghela nafas lelah.
"Dia tidak menolakku!"
"Kau sudah mengatakanya empat kali."
"Dia tidak menolakku!"
"Tuhan...."
Sekali lagi aku menjerit mengingat kata-kata dari sang Tuan.
"Apa dia tampan hingga kau sampai segitunya?"
"Sangat!"
Aku tidak bohong, sungguh.
Ia nampak menghela nafas panjang. Jemari tangannya mengambil permen dari mulutnya.
"Hei."
Aku bisa merasakan tatapan matanya. Dia terlihat tajam dan galak sekali, mengingatkanku dengan tatapan mata sang tuan.
"Coba fikirkan berapa banyak perempuan yang ingin mendapatkannya? Berapa banyak perempuan yang ingin melelehkan hatinya?"
Aku terdiam, tiba-tiba teringat dengan perempuan cantik yang sempat mengajaknya berkencan.
Dengan dalih meminta untuk diantarkan ke toko kacamata.
Sialan.
"Bagaimana jika ada perempuan yang jauh lebih dekat dengan dirinya sekarang?"
Detik itu senyumku luntur.
"Dan bagaimana jika perempuan-perempuan yang mendekatinya memiliki paras yang sangat cantik, jauh lebih cantik dari kau."
Aku termenung. Selama beberapa detik memikirkan kata-kata itu. Apa yang ia katakan memang benar.
Bukankah wajar jika pria tampan di dekati oleh wanita cantik?
Alisku menyatu.
"Tunggu dulu, aku cantik?"
"Arghh!"
Ia menarik rambutnya frustasi. Ada apa dengan gadis ini? Apa sudah waktunya dia menjadi gila?
"Pokoknya, kau harus bekerja lebih keras lagi, Nona Penulis."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Romance"Menurutmu, kira-kira lebih dulu mana antara kau yang jatuh cinta padaku atau aku yang mati membeku karena sikapmu?" Original by Lyliana Emeraldine