Chapter 07

296 69 9
                                    

"Aku bingung dengan apa yang kau mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bingung dengan apa yang kau mau. Sebenarnya kau ingin aku maju atau mundur saja, Tuanku?"

Ingatan itu terus terbayang. Tentang aku yang begitu keras mengejarnya serta dia yang memberi dinding pembatas kendati ia selalu menyambutku dengan senyum ramah.

"Semuanya terserah padamu, Nona. Aku tidak pernah memintamu untuk menyukaiku."

Kala itu aku berfikir untuk menyerah. Membisikan kata demi kata pada diri sendiri bahwa aku tidak seharusnya mengejar orang yang tidak ingin di kejar.

Akulah yang jatuh hati padanya.

Menuliskan segala sesuatu tentang sosoknya di dalam buku, menjadikannya objek tulisanku.

Apa yang ia katakan benar.

Dia tidak pernah sekalipun memintaku untuk jatuh cinta padanya.

Tapi kenapa?

"Kau saja yang jadi kadoku, bagaimana?"

Kenapa saat aku sudah mau menyerah dia mengatakan hal itu, sialan?!

Ia mengatakan itu dengan begitu mudahnya.

Dengan tatapan yang tertuju padaku serta bertopang dagu. Terkekeh kala melihat ekspresi konyolku, membuat gigi gingsulnya mengintip dari celah bibirnya.

Jantungku berdegub kencang, sontak saja mematikan video call agar dapat menjerit sekeras-kerasnya. Bantal guling kesayangan ku jadikan pelampiasan.

Demi Tuhan, jantungku rasanya mau meloncar keluar.

Tidak, tidak bisa begini.

Aku segera menenangkan diri.

Dengan segenap jiwa dan raga aku kembali menekan tombol panggilan yang tertera di layar.

"Kenapa dimatikan?"

Suaranya mengudara, diselingi kekehan pelan.

Sumpah, anda tidak bosan jadi orang tampan, Tuan?

"Kau berbahaya."

Ia tertawa lepas. Aku terkejut melihat bagaimana sosok sedingin dia tertawa begitu lepasnya. Ini pertama kalinya aku melihat ia tertawa seperti itu di hadapanku.

Kesan dinginnya menguap seketika.

"Aku memang tidak pernah memintamu untuk menyukaimu."

Tatapan kami saling bertabrakan. Tanpa sadar membuat genggamanku pada selimut mengerat.

Perasaan yang berbunga-bunga tadi langsung berubah seketika.

Aku tidak faham mengapa ia bisa mengulas senyum lembut saat mengatakan hal menyakitkan seperti itu.











































"Tapi aku juga tidak pernah sekalipun menolakmu."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang