Chapter 04

394 94 5
                                    

"Hujannya lebat sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hujannya lebat sekali."

Ini dia.

Tetesan air hujan yang jatuh adalah suara favoritku.

Aku terdiam begitu lama, mengamati bagaimana hujan itu turun menghantam dedaunan.

Aku selalu suka hujan. Selalu suka bagaimana air itu mengalir di jendela kamarku. Terasa begitu menenangkan, sangat berbeda dengan isi kepalaku yang selalu ramai.

Tapi, udara dingin yang ada hanya akan membuatku sakit.

Bukankah sudah ku katakan bahwa aku tidak tahan dengan udara dingin?

"Tidak ingin bermain hujan?"

Suara berat itu membuyarkan lamunanku. Aku berkedip dua kali, iris coklat gelap itu kembali menyambut.

Duh, jantungku kembali berdebar kencang.

Tatapanku turun kebawah, mengamati tangannya yang menyusun pola rubik. Kemudian kembali menatap iris gelapnya.

Tanganku gatal, aku ingin cepat-cepat menulis sesuatu tentangnya.

"Terakhir kali aku bermain hujan, aku harus mendekam di kamar karena flu dan alergi, Tuan."

Terakhir kali, lebih tepatnya lima hari yang lalu.

Rasanya lucu sekali mengingat hal itu. Padahal sudah berulang kali diperingati untuk tidak bermain hujan. Tapi aku bukanlah tipe anak yang mengikuti aturan. Aku yang keras kepala itu berlari dengan riang di bawah hujan dan sakit setelahnya.

Tawaku berhenti kala menyadari bahwa ia tengah menatapku lama sekali. Memperhatikanku berbicara, seperti yang biasa ia lakukan.

"Ada apa?"

Kau tau? Jika ditanya apakah hal paling sulit untuk ditebak di dunia ini, maka dengan sangat lantang aku akan menjawab lelaki di hadapanku kini.

Padahal aku sangat percaya diri pada kemampuanku dalam menebak fikiran orang-orang.

Namun, ia terlalu rumit. Aku bahkan tidak tahu apa yang ia fikirkan saat ini.

"Tetapi, kau masih tetap suka hujan walau kau tau bahwa kau akan sakit setelahnya, Nona."

Tatapannya terasa tajam dan juga dingin. Bahkan walau bibirnya mengulas senyum, tatapannya selalu bermakna sebaliknya.

Aku tau, dia tidak tertarik padaku.

Lebih tepatnya belum.

Tanpa sadar aku tertawa pelan. Sial, dia pasti menganggapku perempuan aneh.

"Begitu pula dengan perasaan Nona Penulis ini padamu, Tuanku."

Tapi, yah, siapa peduli dengan hal itu?  Sejak awal aku memang sudah aneh.















































"Aku tetap memilih untuk menyukaimu walaupun sikap dinginmu itu dapat menyakitiku."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang