Truth

6.2K 506 2
                                    

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback

"Agam sini dulu, papa mau ngomong sama kamu".
Seorang laki-laki dewasa melambaikan tangan kepada anak laki-laki berusia 13 tahun yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Anak laki-laki itu mengalihkan tatapannya dari tv dan menatap sang papa.

"Kenapa pa?"
Respon dingin itu diberikan Agam kepada papanya. Sifatnya yang dingin dan cuek sudah biasa Arnold, papa Agam dapatkan.

"Ikut papa ke ruang tamu sebentar ya".
Ucap Arnold lembut, dia menatap anak laki-lakinya dengan penuh sayang.

Agam hanya mengangguk, kemudian beranjak berdiri mengikuti papanya yang sudah berlalu terlebih dahulu.

Disana, tepatnya di sebuah sofa duduk seorang wanita yang masih terlihat muda dibandingkan dengan papanya. Wanita itu tersenyum saat pandangan mereka bertemu. Dia berdiri dan kemudian mengahampiri Agam.

"Hai Agam".
Sapa wanita itu. Arnold menghela nafas melihat sang anak tidak merespon. Dia menghampiri wanita itu, berdiri di sampingnya.

"Ini Tante Arfa, teman papa".
Ucap Arnold memperkenalkan wanita yang bernama Arfa itu.

Anak laki-laki yang diumur 13 tahun sudah memiliki tinggi 160 cm itu menatap kedua orang dewasa di depannya secara bergantian. Muncul senyum tipis yang terlihat tulus di wajahnya.

"Papa mau menikah?"
Perkataan spontan dari Agam membuat kedua orang dewasa itu terkejut, terutama Arnold.

"Pa-pa"

"Ngga perlu bohong sama Agam Pa, kalau itu keputusan papa pasti Agam terima".
Ucap Agam santai. Dia yang akan beranjak pergi dari ruang tamu tertahan oleh suara Tante Arfa.

"Papa kamu juga mau mendengar pendapat kamu Agam".
Ucap Tante Arfa sambil menggenggam tangan papa Agam yang terlihat bingung.

"Pendapat Agam?"
Tanya Agam. Dia yang melihat kedua tangan itu saling menggenggam hanya tersenyum.

Papa Agam menganggukkan kepala tanda dia butuh pendapat dari anak satu-satunya.

"Agam sayang sama papa. Agam tidak pernah tau rasa sayang dari mama. Mama meninggal karena melahirkan Agam dan papa sudah merawat Agam selama 13 tahun ini. Jadi buat apa Agam tidak menyetujui keputusan papa untuk menikah. Papa juga berhak bahagia".
Penjelasan yang diberikan Agam membuat Arnold tersenyum hangat. Arnold mendekat kepada sang anak dan memeluk anak laki-lakinya dengan sayang.

"Papa sayang Agam".
Ucapnya sambil mengelus kepala sang anak.

"Papa ngga perlu peluk Agam. Papa sudah punya Tante Arfa untuk di peluk".
Jelas Agam membuat Arnold melepas pelukannya. Arnold mengusap sudut matanya yang berair.

Wake Up, Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang