Chance

5.3K 435 2
                                    

Uhuuk uhuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Uhuuk uhuk

Agam tidak bisa menghentikan rasa sesak yang ada di dadanya. Agam memegang dadanya yang terasa terhimpit oleh benda tak kasat mata. Bahkan matanya kini tampak memerah karena rasa sesak itu membuat Agam kesulitan untuk bernapas.

"Ssst se-gam please gue ngga bisa na-.. huh"
Belum selesai Agam berbicara, rasa sesak di dadanya perlahan menghilang. Cengkaraman yang menyesakkan mulai memudar dengan sendirinya.

Agam berusaha mengatur nafasnya. Dia mengambil udara sebanyak banyaknya takut jika rasa sakit itu hadir kembali. Tanpa memperdulikan sosok di depannya yang tampak tenang. Setelah merasa cukup tenang, Agam kembali mendongakkan kepalanya. Menatap sosok tak kasat mata yang pasti merupakan pelaku dibalik semua yang terjadi pada Agam.

"Udah?"
Satu patah kata yang segam ucapkan membuat Agam mengernyitkan alis tak mengerti.

"Apenih udah-udah aja, mana gue paham maksud Lo apa".
Sifat menyebalkan Agam kembali. Segam tanpa sadar menggelengkan kepalanya heran.

"Lo udah tau semua informasi penting tentang gue".
Jelas segam.

"Gini deh segam, gue sebenernya ngga peduli tentang semua informasi mengenai kehidupan Lo, kisah keluarga Lo, percintaan Lo bahkan pertemanan Lo. Di sini yang gue mau tau itu gimana bisa gue ada di dunia antah berantah. Gimana bisa gue masuk ke dalam tubuh Lo. Trus sekarang yang gue mau itu cuma cara keluar dari dunia ini".
Agam berusaha untuk serius menanggapi masalah yang sedang dihadapinya. Dia tidak mungkin terus menerus berada di sini sedangkan dia tidak tahu keadaan tubuhnya di sana bagaimana.

Tokk tokk tokk

Suara ketukan dari arah pintu membuat Agam terkejut. Dia menatap segam dan pintu kamarnya bergantian.

"Agam, nak kamu sudah selesai belum. Ayo ke bawah makanannya udah bunda siapin".
Suara bunda Agam dari balik pintu membuat Agam semakin bingung.

"O-oke Bun, tunggu sebentar lagi ya".
Jawab Agam pada akhirnya.

"Okee bunda tunggu di bawah yaa. Jangan lama-lama, kamu harus makan buat pemulihan".
Jelas bunda Arfa. Setelah itu terdengar langkah kaki menuruni tangga.

"Lo belum jelasin apa-apa ke gue".
Ucap Agam singkat. Tanpa mempedulikan segam yang masih tetap berada di sudut kamarnya, Agam segera mengganti seragam sekolahnya dengan kaos dan celana pendek berwarna hitam. Bersikap seolah itu kamar Agam sendiri, tanpa peduli bahwa sang pemilik kamar memperhatikannya.

"Gue cuma punya lima kesempatan buat ketemu sama Lo. Tadi adalah kesempatan pertama gue. Jadi tersisa empat kesempatan kita bisa bertemu".
Penampakan Agam itu tiba-tiba berbayang menghilang secara perlahan dari pandangan Agam. Agam hanya bisa terdiam, masih sulit mencerna apa yang terjadi.

"W-what tadii dia ngomong apa? Kesempatan? Empat kali?"
Masih dengan kepala penuh dengan pertanyaan, Agam berjalan keluar dari kamarnya. Dia menatap pintu di sebelah kamarnya yang masih tertutup. Rasa penasaran membuat Agam akhirnya berani membuka pintu kamar itu. Seorang anak sekitar umur 5 tahun tertidur pulas dengan guling di dalam pelukannya.

Wake Up, Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang