𝓕𝓸𝓾𝓻

3.9K 325 9
                                    

    Obito tanpa lelah memperhatikan kegiatan pria di hadapannya, bagaimana ia memompa ASI, memindahkannya ke botol, bahkan detail kecil pihak lain memasang kancing kemejanya tak luput dari pandangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Obito tanpa lelah memperhatikan kegiatan pria di hadapannya, bagaimana ia memompa ASI, memindahkannya ke botol, bahkan detail kecil pihak lain memasang kancing kemejanya tak luput dari pandangan. Ketika botol berisi ASI diberikan, ia baru tersadar dan segera menerimanya, lalu pergi. Ia harus cepat karena takut membuat kesalahan lagi.

   Pria itu berjalan hati-hati ke kamar anak-anak, hanya bisa selalu tersenyum melihat kedua putranya berbagi kasih. Ia berharap banyak bisa selalu melihatnya.

   Mengambil posisi tepat di samping si kecil dan segera memberikan botol ASI yang diinginkan. Naru kecil segera menerimanya dan menikmati sembari terlelap. Sampai botol kosong, si kecil benar-benar telah nyenyak, Obito menariknya pelan dan hati-hati, kemudian menyimpannya di nakas.

   Tak lama Kakashi datang, tanpa berkata apapun. Ia menarik selimut untuk anak-anak, kemudian membalas tatapan yang sejak awal tak lepas darinya. Hanya sekedar menghela napas, lalu pergi.

   Obito segera mengikutinya. Ia membantu Kakashi membereskan mainan anak-anak hingga akhirnya mengutarakan maksud kedatangannya.

   "Kakashi, aku ingin bicara," ujarnya pelan-pelan.

   Kakashi menoleh dan tersenyum setelah menupuk boks mainan anak-anak di samping televisi, "Apa kau ingin minum?" tanyanya.

   "T ... tidak. Kakashi, bisakah kita duduk bersama dan bicara?" tolak Obito.
   Kakashi mengangguk, menghampiri Obito. Ia duduk tenang dengan jarak, kembali menunduk dan menunggu pihak lain untuk kembali bicara. Pada jari-jarinya yang dimainkan ada rasa cemas, ia bicara dengan nada keras sebelumnya, takut jika pihak lain akan melayangkan pukulan atau bahkan membunuhnya. Ia masih harus memikirkan anak-anaknya yang baru tumbuh.

   "Obito," panggilnya pelan saat pria lain tak kunjung bicara, "Maaf, karena membentakmu sebelumnya," ujarnya tanpa berani menangkat wajah.

  Obito terkejut, tentu saja. Mengapa harus Kakashi yang meminta maaf. Jelas jika pria itu menyimpan trauma yang besar. Obito mendekat, mencoba untuk meraihnya namun Kakashi segera bergerak turun dan memeluk erat kaki orang lain.

   "Aku mohon, Obito jangan pukul aku di sini. K ... kita bisa mengatur waktu ... aku akan datang ke tempatmu kapanpun kau mau untuk menghajarku ... Tapi jangan di sekitar anak-anak ... Kumohon Obito ... Kumohon ..." Kakashi mulai memohon, bahkan menangis.

   Obito membeku. Jadi, sejahat itu dirinya. Meskipun Kakashi hanya sebatang kara namun juga manusia, dan ia telah memperlakukannya seperti binatang, sebelumnya. Kakashi pasti sangat terluka.

    Obito melepas genggaman tangan selembut tahu dari kakinya, ia ikut turun, mengecup punggung tangan itu penuh kasih dan memeluk pihak lain dengan erat, "Maafkan aku ..." ucapnya penuh sesal.

   Kakashi menahan napas, merasakan eratnya pelukan yang menguburnya. Samar-samar di dengarnya alunan maaf berturut-turut. Lebih terasa seperti mimpi.

𝐒𝐔𝐁𝐃𝐔𝐄𝐃 (𝚈𝚊𝚘𝚒)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang