Pelajaran (MoChaeng)

281 46 2
                                    

"Chaeng...," Momo sedari tadi terus merengek kepada Chaeyoung yang sekarang sedang fokus bersemedi. Chaeyoung berkali-kali gagal untuk memanggil media agar bisa digunakan Momo sebagai perantara untuk sihirnya dan semua barangnya.

"Chaeng!!" Momo menggoyangkan badan Chaeyoung.

Chaeyoung menghela napas kasar. Lalu dia membuka matanya. "Ada apa Mo?"

Chaeyoung berusaha sabar sekarang.

"Kau sedaritadi mencueki aku terus!"

Chaeyoung menatap tidak percaya kearah Momo. "Yaampun. Ini aku sedang memanggil barangku kesini. Kita pergi gak bawa apa-apa."

"Yang lain kan juga sama."

"Kak Jeongyeon, Kak Dahyun, sama Tzuyu itu kan pakai baju yang disakunya bisa menyimpan semuanya. Lagian mereka bertiga memang gak punya tempat tinggal tetap jadi ya semua barang mereka bawa," jelas Chaeyoung.

"Ada baju kayak gitu?"

Chaeyoung mengangguk. "Jadi tunggu sebentar saja ya. Agar aku bisa fokus."

Oh iya sekarang Chaeyoung dan Momo berada dipinggir sungai. Sungai di Negeri Andresea sebening susu, berbeda dengan sungai lainnya yang Momo tau.

Chaeyoung berhasil memanggil semua barang beserta media perantara berupa gelang berwarna merah.

"Wow." Kagum Momo.

Chaeyoung tersenyum bangga. Lalu dia memberikan gelang merah itu kepada Momo. "Ini sebagai media perantara sihir mu. Karena orang yang tidak diberkahi ilmu sihir harus wajib menggunakan perantara."

Momo mengangguk tidak ingin mendengar penjelasan lebih dari Chaeyoung. Tipikal Momo.

Momo langsung memakai gelang dari Chaeyoung. Tiba-tiba tangannya terasa sangat dingin. Momo menatap Chaeyoung. "Kau memantrai gelang ini?!"

Chaeyoung tertawa. "Hahaha, reaksimu sangat lucu. Tentu aku tidak memantrainya, itu biasa terjadi sebentar lagi tanganmu akan baik-baik saja."

Beberapa saat kemudian. "Woah benar."

Chaeyoung mengangguk. Dirinya masih sibuk mencari sesuatu didalam tas koper besarnya.

"Jadi kau sudah mempunyai tempat tinggal?"

Chaeyoung mengangguk. "Yap, dekat kastil. Lebih tepatnya di pasar kota. Aku menjual lukisan, tentu saja dengan menyamar. Kalau tidak aku akan ditangkap oleh pengawal Raja."

Momo mengernyit bingung. "Katanya Raja sudah tidak menganggap kalian semua kecuali Jihyo sebagai anaknya."

"Benar. Tapi ada sesuatu antara aku dengan Raja, sehingga Raja terus berusaha agar aku kembali tinggal di kastil," ucap Chaeyoung. "Dan Jangan tanyakan apa itu."

Momo mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ahh ketemu!" Chaeyoung mengambil buku sihir tebal persis dengan punya Jeongyeon.

Momo langsung merubah raut wajahnya. "Buku? Jangan bilang kita akan belajar sihir dari buku."

"Ini buku langka. Hanya ada 9 diseluruh negeri, seharusnya kau bersyukur," ucap Chaeyoung.

"Ahhhhh tidak tidak. Cukup disekolah aku membaca buku. Masa disini harus membaca buku juga," keluh Momo.

Chaeyoung menggelengkan kepalanya sebentar. "Harus pakai buku pokoknya."

Momo mempoutkan bibirnya kesal dengan Chaeyoung. "Ah baiklah-baiklah."

Momo membaca buku tersebut dengan ogah-ogah an. Momo mencoba satu mantra tapi itu tidak berhasil, dia mencoba lagi tapi tidak ada yang terjadi.

"Gelang ini palsu ya Chaeng?" Momo menatap Chaeyoung curiga.

"Mana ada. Kau gagal karena kurang fokus saja. Belajar sihir memang susah," ucap Chaeyoung berjalan mendekati Momo.

"Ikuti aku. Pejamkan matamu, lalu ucapkan volare." Tubuh Chaeyoung terangkat keudara.

"Woahhh!" Momo melihat dengan kagum.

"Lihat? Kalau kau fokus kau akan bisa," ucap Chaeyoung.

Momo mengikuti apa yang Chaeyoung katakan.

"Volare."

Momo membuka matanya. Mantranya masih gagal. "Ahhh tidak berhasil!"

Chaeyoung terkekeh. "Cobalah lagi."

Setelah beberapa kali percobaan akhirnya Momo berhasil terbang. Momo berteriak senang.

"AKU BERHASIL!!!!!!"

Chaeyoung terkekeh. "Ya, kau berhasil."

****

Maaf kalau gaje hehe

Love and Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang