Pulang.

97 127 20
                                    

"Jadi sampe malam ini Tenggara belum pulang, Tante?" tanya Matheo pada Mama Tenggara.

"Iya," jawabnya panik terlihat dari raut wajahnya bahkan mata Sienna itu terlihat sembab. "Kalian bisa bantu cari, nggak?" lanjutnya.

"Tante tenang aja, ya? Kita akan cari Tenggara," sahut Jaygar mencoba menyakinkan.

Ketiga Sahabat Tenggara sudah berada di kediaman keluarga Tenggara karena dari pagi tidak ada kabar, mereka juga panik takut ada hal yang tidak diduga.

"Terimakasih, kalian memang baik dari dulu," kata Sienna. Anaknya memang tidak salah dalam memilih teman, buktinya dari dulu ketiganya selalu ada disamping anak sulungnya.

"Tenggara gimana?" Senja muncul dari arah rumahnya, ia mendengar suara teman - temannya dari arah teras.

"Belum pulang," jawab Matheo.

"Kita mau nyari ini," imbuh Aljinan. "Kita bertiga bakal mencar soalnya tempat yang sering dikunjungi Tenggara cuma tiga itu."

"Gue ikut nyari." Jingga juga hawatir dengan tetangganya, walau mereka jarang akur tapi apa salahnya saling membantu.

"Nggak." Jaygar menggeleng tidak setuju. "udah malem," lanjut Jaygar. Tidak baik jika sudah larut tapi anak gadis berkeluyuran apalagi dengan lelaki.

Ketiga laki - laki itu langsung berpamitan untuk berangkat mencari keberadaan Tenggara, dengan menaiki montor masing - masing membuat mereka lebih cepat sampai tujuan dengan membelah kemacetan kota Jakarta.

"Tante,,," Sedikit ragu bagi Jingga untuk mengatakan hal ini tapi Jingga tetap memberanikan diri. "aku nyari Tenggara, ya?"

"Nggak, Nak Jingga." Sama seperti temannya, ternyata Jingga tidak mendapat ijin juga.

"Lebih baik kamu istirahat aja besok sekolah," nasehat Sienna seraya mengelus rambut Jingga lembut.

"Deket aja kok, sekitar taman sini. Janji nggak jauh!" Kekeh Jingga, memang dasar ia anak keras kepala jadi ia akan terus berusaha mendapat persetujuan.

"Janji?"
"Janji!!!" Jingga bersungguh dengan janjinya, ia juga tidak akan berani pergi jauh malam hari.

"Itut!" Bocah dalam dekapan Sienna bersuara. Sebelumnya ia hanya menatap perbincangan begitu saja namun ternyata dia tau maksud dari ini semua.

"Ata mau ikut? Nggak ngantuk?" kata Jingga, ia mencoba mendekatkan pada Althair yang meneluk leher Sienna.

"Nda, Ata mo itut, Ma!" Althair melepas lengannya justru sekarang ia meminta Jingga untuk mengambilnya dari sang Mama.

"Nak Jingga nggak apa - apa kalau bawa Althair?" Sienna memastikan agar anak bungsunya tidak merepotkan jika diajak.

"Nggak, Tante." Jingga meraih tangan mungil Althair kemudian menggendong tubuh mungil itu. Terlihat Althair sangat senang dan nyaman dalam dekapan Jingga.

Senyum manis tersungging dari bibir Sienna, ia merasa senang sekaligus tidak enak kepada Jingga. "Tante pesenin taxi online buat kalian."

ㅤ૮₍'˶• . • ⑅ ₎ა

Ketiga sahabat Tenggara mencoba mencari di tempat biasa mereka berkumpul, Selain di tempat makan kadang mereka juga berkumpul di tempat lain. Namun kali ini mereka kembali dengan tangan kosong, Tenggara sama sekali tidak ada.

"Gue heran, si Tenggara kemana? Gue cari di Bestcamp nggak ada," kata Aljinan yang masih mengenakan helm miliknya.

Mereka berkumpul di pinggir jalan sesuai perjanjian sebelumnya. Berharap ada titik terang namun ketiganya kembali dengan pasrah.

A Glimpse Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang