Etalase kaca bening setinggi pinggang orang dewasa menampilkan deretan Disert Box. Setiap lapisan di dalamnya berbeda warna, di atasnya beragam toping. Tampak lezat dan menggungah selera.
Dewi Fortuna masih berpihak, toping yang sangat diinginkan Jingga masih ada stock meskipun tinggal satu.
"Blackforest cake satu, Kak."
"Baik, Kak. Ditunggu, ya."
Jingga mengangguk. Setelahanya, dirinya menatap jam di ponsel. Baru pukul 17:12 tapi suasana terlihat tidak seperti biasanya. Di luar sana langit mendung, semoga Jingga bisa pulang tanpa terkena hujan di jalan karna memang dirinya tak membawa payung atau jas hujan. Jika harus pesan Taxi itu akan membuang-buang uang, Jingga tidak suka. Lagipula, jarak dari dari Outlet bernama Happyippie Bakery itu tidak jauh. Jingga juga sering ke tempat itu hanya dengan berjalan kaki, sekalian olahraga. Pikirnya.
Sebelum Galaksi pergi ke Apartementnya, Jingga sempat ditawari agar diantar saja untuk membeli camilan kesukaannya itu. Karena memang sifat Jingga yang keras kepala, akhirnya Galaksi mau tak mau membiarkan adik sematawayangnya itu berjalan sendiri. Umurnya sekarang sudah menginjak dewasa, jadi Jingga tidak perlu dikhawatirkan berlebihan. Jingga bisa mandiri.
Tidak lama pegawai toko roti yang mengenakan pakaian serba pink itu kembali membawa satu kantung yang pasti di dalamnya roti pesanannya. Urung mengeluarkan lembaran uang, suara pemuda yang baru datang mengalihkan atensi Jingga.
"Kak, Blackforest cake satu."
Jingga menoleh mendapati cowok yang baru ditemui sekitar dua hari yang lalu, Jingga ingat dirinya hampir meninju rahang tegas di sampingnya.
Cowok tampan di sampingnya mengenakan seragam dengan dasi miring, poni basahnya jatuh hampir menutupi mata beriris cokelat dengan bulumata lentiknya. Hidungnya mancung, tampilannya juga terlihat keren.
"Maaf sekali, Kak, untuk stock Blackforest cake kami sudah habis. Tapi tenang saja, ada varian lain."
Suara halus karyawan itu mengembalikan kesadaran Jingga yang baru saja tenggelam dalam pikiran— mendeskripsikan cowok di sampingnya.
Bisa dibilang Jingga sering ke Outlet ini, tapi baru kali ini dirinya bertemu dengan cowok itu. Mungkin sebuah kebetulan?
"Nggak mau, Kak, pacar saya mau dissert box yang satu itu," eluhnya.
"Nathan?" Setelah sedari tadi diam, kini Jingga ikut bersuara. Mendahului ucapan karyawan itu yang mungkin akan kembali merayu dengan menawarkan varian lain. "Buat Kia?" Jingga kembali bertanya meskipun Nathan hanya menatapnya.
Pertanyaan Jingga sekarang lebih terdengar basa-basi. Karna memang Kia pacarnya, kalau bukan, siapa lagi? Ada kesamaan lagi antara Jingga dan Kia dan mungkin masih banyak lagi yang belum keduannya ketahui.
Melihat Nathan mengangguk pasrah, akhirnya Jingga kembali berucap, "Buat lo aja, gue bisa pilih yang lain." Jingga menyodorkan pesananya ke arah Nathan sembari tersenyum.
Meskipun kemarin malam Jingga dibuat naik darah oleh Nathan, tapi hal itu tidak membuat dirinya benci apalagi mendengar kue itu untuk Kia. Mungkin Nathan akan beri hadiah kecil itu untuk minta maaf dan Jingga akan senang melihat hubungan siapapun membaik.
"Serius?" tanya Nathan. Dirinya menoleh ke arah benda di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap gadis mungil di sampingnya. "Oke, lo pilih yang lain nanti gue bayarin. Buat ucapan makasih karna lo mau ngasih ini." Nathan menggedikan dagunya.
Mereka berdua akhirnya keluar dari Outlet serba pink dan biru itu, masing-masing menenteng kantung di tangannya. Mereka berjalan bersamaan di tepi jalan, di bawah langit yang mulai semakin gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Glimpse Of Us
Fiksi RemajaDekripsi menyusul, kalau penasaran langsung baca saja.