𝓟𝓮𝓸𝓷𝔂 𝑋𝐼𝐼𝐼

89 12 4
                                    

𝙾𝚗𝚌𝚎 𝚄𝚙𝚘𝚗 𝚊 𝚃𝚒𝚖𝚎
𝙷𝚎 𝙿𝚛𝚘𝚙𝚘𝚜𝚎𝚍 𝚑𝚎𝚛

Hades berjalan menuju kamar Persephone, ya ini adalah waktu sebelum Persephone dipulangkan ke rumah nenek Eris. Sang Raja Dunia Bawah yang sudah tau kalau wanita yang ia cintai sedang tidur dikamarnua, karena itulah ia langsung membuka pintu kamarnya. Keadaan yang benar-benar sama dengan waktu sebelumnya.

Persephone yang tertidur di kasurnya dengan lelap. la terlihat sangat lelah dan suntuk.
Bantalnya juga basah karena dibanjiri air mata, dan perban ditangannya yang terbuka.

Hades yang khawatir dengan luka Persephone langsung kembali membalut lukanya dengan perlahan supaya sang gadis tidak terbangun dari tidurnya. Namun sepertinya rasa perih tak bisa dihindarkan, Persephone terbangun saat Hades sedang membalut lukanya, la langsung menarik tangannya dengan wajah yang terlihat ketakutan.

"A-apa yang anda lakukan?!" Pekik Persephone.
'Oh astaga ini terulang lagi.' gumam Hades dalam hati
"Perbanmu terbuka, aku ingin membalutnya lagi" Jawab Hades yang terlihat meyakinkan di mata Persephone. "M-maafkan aku...
Persephone langsung memberikan tangannya untuk diobati oleh Hades.

"Baiklah, sudah."
Persephone tak bergerning, ia hanya memandangi dan membolak-balikkan tangannya yang baru saja diperban oleh Hades
"Terima kasih." ucapnya singkat.

"Nona Persephone, ini terakhir kalinya aku akan mengajukan pertanyaan ini."
Merasa terpanggil, Persephone pun menoleh.
"Pertanyaan apa?"
"Apa yang terjadi padamu di hari itu?" tanya Hades yang pura-pura tidak tau.
"Tidak tidak ada." Persephone menjawabnya sambil memalingkan pandangannya.

"Biar ku tebak, Apollo kan orangnya?"
Mata Persephone terbelalak, mulutnya terbuka, la hanya bisa menatap Hades dengan penuh tanda tanya. "K-kenapa anda bisa tau? A-apa berita itu s-sudah tersebar luas?" tanya Persephone dengan nada khawatir.
"Tidak ada yang tau tentang peristiwa ini."

"Lantas dari mana anda tau kalau saya melakukan hal yang tidak pantas dengannya?"
"Itu rahasia."
Persephone hanya bisa pasrah, ia tak tau apa lagi yang harus ia lakukan sekarang.

"Saya mohon... Saya rela melakukan apapun untuk anda, asalkan anda mau tutup mulut atas kejadian ini."
Hades menyunggingkan senyum miringnya.
"Kalau aku memintamu untuk menyerahkan tubuhmu padaku, apakah kamu mau memenuhinya?"
Persephone terdiam. Tubuhnya mulai bergetar, ia juga meremas lengannya sendiri hingga muncul guratan merah di sekitar sana.

"K-kalau itu saya tidak bisa... Tolong apapun selain itu."
Ia terus menunduk ketakutan, sambil berharap kalau permintaan yang Hades ucapkan tadi hanyalah khayalannya semata.
"Jika kamu menceritakannya padaku sejak awal, kamu pasti tidak akan seketakutan ini. Setidaknya ceritakanlah hal ini pada Hecate yang sudah lebih kamu percaya."

Persephone tercekat, ia kembali mengangkat kepalanya.
"Apa maksud anda?"
"Terkadang menceritakan masalahmu pada orang lain bisa membantu melegakan hatimu. Aku tidak bersungguh-sungguh untuk meminta tubuhmu, aku hanya mengetes seberapa besar trauma yang kamu alami."
Setelah itu... suasana kembali hening selama beberapa saat. Mereka terlarut dalam pikirannya masing-masing.

"Tolong... jangan beritahu siapa siapa."
Air mata keluar dari pelupuk matanya, mengalir begitu saja seperti air embun di pagi hari.
"A-aku takut. Aku bodoh karena tidak menolaknya! Aku... sangat berdosa! Ibuku akan marah padaku."
Hades merasa bersalah, lalu dengan reflek ia memeluk Persephone. Dan itu membuat Persephone terkejut sekaligus takut kalau Hades akan melakukan hal yang sama seperti apa yang Apollo lakukan kepadanya.

"Dengarkan aku... kamu itu adalah korban, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah."
"Mungkin akan lancang bila aku memgatakan hal seperti ini, tapi aku juga merasa ingin memilikimu. Tapi aku selalu menekan hawa nafsuku sendiri karena aku tidak ingin merenggut sesuatu yang selalu kau jaga selama ini."
"Ingatlah.. walau kamu belum sepenuhnya percaya padaku, tapi aku akan tetus berusaha melindungi dirimu. Pasti!"

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang