𝓟𝓮𝓸𝓷𝔂 𝑋𝑉𝐼𝐼𝐼

57 9 0
                                    

𝙾𝚗𝚌𝚎 𝚄𝚙𝚘𝚗 𝚊 𝚃𝚒𝚖𝚎,
𝙷𝚎 𝚛𝚘𝚜𝚎 𝚏𝚛𝚘𝚖 𝚝𝚑𝚎 𝙳𝚎𝚊𝚍

Mereka menghampirinya, kenapa rasa senang hanya menghampiri mereka dalam sekejap mata?
"Hades... kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau begitu bertekad melindungi kami?" tanya Hestia di sela-sela isak tangisnya.

"Padahal aku sudah lega perang ini berakhir dengan kita yang tak kehilngan siapa pun. Tapi akhirnya malah begini?!" pekik Adamas.
Poseidon juga... kini wajahnya yang dingin berubah menjadi gelisah.
Mungkin sedikit memalukan untuk mengungkapkannya, tapi sebenarnya ia menyayangi sosok kakaknya.

Namun tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian serba hitam menghampiri mereka.
"Bangunlah, anak-anak Kronos." titahnya.
Hestia mengenalnya, ia adalah Nyx sang Dewi Malam.

"Aku terkesan padanya yang berusaha sekuat tenaga untuk melindungi saudara-saudaranya."
"Pantas saja Rhea begitu menyayanginya."
"Karena itulah..."
Sang Dewi mengelus surai putihnya dan kulit pucatnya yang mulai mendingin.
"Kau belum boleh mati sekarang."

Hestia mundur dan memberikan kepala Hades pada sang Dewi Malam.
"Apa yang ingin anda lakukan?" tanya Hestia.
"Hei kalian, kenapa diam saja? Bawa tubuhnya kemari." alih Nyx.
"Baik." jawab Poseidon dan Adamas bersama.

Tubuhnya di sejajarkan dengan kepalanya, membentuknya seperti halnya tubuh yang utuh seperti sedia kala hanya saja dengan kepala yang tak menyatu dengan badan.

"Kalian, mundurlah." titah Nyx.
Tanpa pikir panjang ketiganya mundur beberapa langkah sambil berharap kalau Dewi Malam itu bisa membantu mereka.

"Demi kegelapan yang menyelimuti semesta."
"Cahaya tetap bersinar, namun kegelapanlah yang abadi."
"Mereka yang tercipta untuk melihat cahaya akan mati dan hanya bisa melihat kegelapan."
"Malam tak berujung dengan kegelapan yang abadi."
"Geniá"


Seketika cahaya ungu bersinar, membutakan pengelihatan mereka secara mendadak.
"Sialan! Apa kita bisa percaya padanya?!" tanya Adamas yang menutup mata dengan pungggung tangannya.

Lalu cahaya itu meredup, memberi mereka izin untuk kembali membuka matanya.
Namun nampaknya tidak semudah itu.
Gelombang kejut pada cahaya tadi benar-benar mempengaruhi pengelihatan mereka.
Mata mereka telah terbuka, namun hanya ada kegelapan di hadapan mereka. Sehingga jalan terakhir adalah dengan mengedip-kedipkan mata berkali-kali atau menggosok-gosokkannya sampai kembali normal.

Disaat mereka bertiga sedang sibuk dengan mata masing-masing. Tiba-tiba terdengar sebuah suara.
Suara yang baru mereka dengar beberapa menit yang lalu, namun entah kenapa mereka sudah merindukannya.

"Ukh... leherku sakit sekali... uhuk."
Suara bariton yang lembut itu seakan menyembuhkan mereka.
Saat itu mereka melihat, seorang pria muda dengan surai putih dan iris ungu sedang terduduk sambil mengelus-elus leher jenjangnya.

"Hades!!"
"Kak Hades!!!"
Ketiganya langsung melesat dan menghampirinya.
Hestia memberikannya pelukan hangat, kedua saudaranya pun saat ini kehilangan rasa gengsinya dan ikut memeluknya.

"Syukurlah... hatiku benar-benar hancur saat melihatmu mati tadi!"
"Kakak kau bener-benar baik-baik saja kan?!"
"Sebaiknya kita harus menjauh dulu darinya."

Disaat ketiga saudaranya sedang memeluknya sembari diiringi dengan tangisan bahagia, Hades justru mengerutkan dahinya.
"Mati? Apa maksudmu?" tanyanya bingung.
Hestia menatapnya sambil memiringkan kepalanya.
"Kau tidak ingat?" tanya Hestia memastikan.

Dan Hades hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Ah ya aku lupa!" seru Nyx.
Ia menepuk jidatnya dengan tetap memasang senyumannya.

Sang Dewi Malam kini menjentikkan jarinya.

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang