𝓟𝓮𝓸𝓷𝔂 𝑋𝑉

69 11 0
                                    

𝙾𝚗𝚌𝚎 𝚄𝚙𝚘𝚗 𝚊 𝚃𝚒𝚖𝚎,
𝙷𝚎 𝙻𝚘𝚜𝚝 𝚑𝚒𝚜 𝙼𝚘𝚝𝚑𝚎𝚛

Dan benar saja, karena ke-esokan harinya...
"Aduh... Zeus! Kalau sudah selesai menebang pohon, kotak senjatanya di letakkan di tempat semula dong!" bentak Hera dari lantai bawah sambil membawa kotak berukuran cukup kecil di tangannya.
"Apa maksudmu? Zeus baru saja bangun tadi." sela Hestia dari arah dapur.
"Apa? Lalu siapa yang menggunakan kotak peralatan ini?" gumam Hera dalam diam.

Lalu Adamas datang dari arah tangga, sepertinya ia baru saja selesai mandi.
Namun ia menatap Hera dengat tatapan terkejut.
"Hera... Apa isi kotak yang kamu bawa?" tanya Adamas sedikit gemetar.
"Hah? Ini kotak senja-"
Hera sedikit mengangkat kotak yang ia bawa, lalu ia terkejut bukan main. Pasalnya, kotak itu mengeluarkan darah dari dalam isinya.
"A-apa ini?! Apa ini hewan buruan?!" tanya Hera gemetar.

Mendengar seruan Hera dari arah depan, Hestia menjadi penasaran dan menghampirinya.
"Diantara kita semua... Belum ada yang keluar dari rumah pagi ini." jelas Hestia.
"L-lalu apa ini?" tanya Hera sambil menunjuk kotak yang sudah ia letakkan di bawah lantai tadi.

Terdiam sebentar, Adamas memberanikan diri untuk membuka kotak itu.
"Minggir, biar aku buka." ucapnya angkuh.
Ia pun membukanya perlahan, kotak itu cukup sulit untuk dibuka.
'ctak'
"Oh... bisa."
Tutupnya dibuka dan--
"AAAAAAA!!!" -Hera
--mereka terkejut dengan isi kotak itu.

Hestia memeluk tubuh Hera yang langsung pingsan setelah berteriak. Hestia pun terduduk lemas disana dan perlahan air mata mulai membasahi pipinya.
"Ada apa sih pagi-pagi begini sudah teria- aakh!"
Zeus datang dan selang beberapa detik, Poseidon datang bersama Demeter.

Demeter menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat, ia menutup mulutnya dan memejamkan matanya.
Zeus menghampiri kotak itu dan langsung menangis setelah melihatnya dari dekat.
Sementara itu Poseidon terdiam dengan tatapan sendu.
"D-dimana kak Hades? Cepat... panggil ia kemari." ucap Hestia di sela-sela tangisannya sambil memeluk Hera dengan erat.

Poseidon hendak berbalik dan memanggil kakak tertuanya yang saat ini masih ada dikamarnya.
Namun Demeter menarik tangannya.
"Biar aku saja." tawarnya dengan suara yang gemetar.
"Baiklah." jawab Poseidon.

Demeter segera berlari ke lantai dua, menuju kamar sang kakak. Lalu ia mengetuk pintu kamar Hades secara berulang-ulang dengan ritme yang tak beraturan.
'tok, tok, tok'
"Kak Hades! Kak Hades!!!"
Dan tak lama Hades membuka pintu kamarnya.
"Ada ap-"

Hades terkejut melihat wajah Demeter yang sudah pucat dan dengan ekspresi yang ketakutan.
"Demeter, apa kau baik-baik saja?"
"Ke bawah..."
"Ke bawah? Untuk apa?"
Demeter tak menjawabnya.
Hades meringkuh pundak adiknya, berharap ia bisa merasa sedikit tenang.
"Tenanglah... Aku temani kebawah ya?" tawarnya.
"Umh..."
Demeter hanya menjawabnya dengan anggukan.

Mereka pun berjalan kebawah dengan perlahan, itu karena Hades menyamakan langkahnya dengan langkah adiknya yang lemah dan gemetar sembari menopang tubuh Demeter agar tidak jatuh. Padahal ia ingin sekali berlari dan melihat langsung apa yang terjadi dibawah.

Dan sesampainya mereka di bawah, Hestia langsung merangkul tubuh Demeter dan memberinya minum.
"Ada apa ini?" tanya Hades kebingungan.
Awalnya ia pikir salah satu adiknya terluka karena ulah para titan, namun saat ini seliruh adiknya justru berada di sana dalam keadaan baik-baik saja.
Hanya saja... mereka sedang menangis di hadapan sebuah kotak yang ia tak tau apa isinya karena ia berdiri cukup jauh dari sana.

"Kakak! Ibu..." ringis Adamas.
"Ada apa dengan ibunda?!"
Poseidon melempar pandangnya pada kotak yang ada di depannya dan dengan cepat Hades langsung menghampirinya.

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang