Prolog

424 24 0
                                    

Dibawah langit sore, terlihat seorang pria yang sedang berjalan tanpa arah. Terlihat dari sorot mata nya yang menandakan bahwa ia tengah berputus-asa. Pria itu bernama Daffa Dzuhairi Ashauqi.

Daffa yang banyak orang lain kenal adalah seorang pengusaha muda yang sukses. Namun, siapa sangka dibalik itu semua seorang Daffa justru malah tertekan. Sedari kecil, ia selalu dituntut untuk menjadi yang sempurna oleh kedua orang tuanya. Tidak sampai disitu saja, Bahkan sampai ia beranjak dewasa pun kedua orang tuanya selalu memberikan penekanan bahwa dirinya harus melanjutkan perusahaan keluarganya hingga ia harus merelakan cita-citanya menjadi seorang Dokter.

Daffa berhenti berjalan disebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai yang Mengalir sangat deras. Entah apa yang ingin ia lakukan.

"percuma gue hidup. Apa Lebih baik gue mati aja kali ya!!" batin Daffa berucap.

Detik itu juga, ia bersiap ingin melompat dari jembatan ini untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi, ketika ia ingin meloncat, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya. Hal itu membuat dirinya terkejut dan sedikit merasa kesal. Daffa membalikkan badannya, ia hendak memarahi yang sudah berani menggagalkan rencananya itu.

"Ma-"

Plakk..

Satu tamparan mendarat dipipinya. Pelakunya ialah seorang gadis yang memakai kemeja lengan panjang berwarna putih dengan setelan rok berwarna hitam dan juga balutan jilbab berwarna hitam yang menutupi dadanya.

Tapi, tunggu... ada sebuah buku catatan kecil beserta pena yang menggantung di lehernya. Tidak lama dari itu, ia memperhatikan gadis tersebut sedang menulis sesuatu disana. Hingga yang tadinya Daffa ingin memarahinya, tetapi melihat apa yang dilakukan gadis dihadapannya ini membuat kening Daffa berkerut kebingungan.

tidak lama dari itu, gadis tersebut memperlihatkan tulisannya kepada Daffa. Dengan raut wajah kesal.

APA KAU SUDAH GILA?

Membaca apa yang dituliskan gadis itu, Daffa berdecak kesal.
"Ck. Gue tidak gila. Hanya saja Dunia ini yang selalu tidak adil. Dengan cara gue Mengakhiri hidup, gue bisa terlepas dari semuanya. Dan mungkin itu bisa membuat gue jadi tenang" Jawab Daffa.

Mendengar perkataan Daffa, membuat Gadis tersebut sangat terkejut dan tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut pria di hadapannya ini. Tak lama kemudian Gadis tersebut kembali menuliskan sesuatu lagi dibukunya. Daffa hanya menunggu apa yang sedang gadis itu tulis untuknya.

"Ameera" panggilan tersebut membuat keduanya menoleh dan terlihat seorang pria berjalan ke arah mereka berdua. Setelah selesai menulisnya, ia merobek kertas tersebut dan memberikannya kepada Daffa. Daffa pun menerimanya.

"Abang cariin ternyata kamu ada disini. Ayo kita pulang" ucap pria tersebut ketika sudah berada di dekat mereka berdua. Gadis yang bernama Ameera itu menganggukkan kepalanya. Dan kemudian tak lama dari itu mereka pergi meninggalkan Daffa sendiri. Terlihat Ameera melambaikan tanggannya kepada Daffa. Sedangkan Daffa yang melihat itu menatap gadis itu dengan tatapan tajam. Setelah mereka mulai menjauh, Daffa mulai membuka kertas nya.

Aku tidak tahu, seberat apa masalahmu. Tetapi aku berpesan kepadamu Jangan coba-coba untuk mengakhiri hidupmu. Ingat Masih ada Allah yang selalu senantiasa ada bersamamu. Dan siap mendengarkan semua keluh kesah mu.

Degg..

Hanya membaca kalimat yang dituliskan untuk dirinya, Daffa terasa amat tersentuh. Entah bagaimana bisa secepat itu. Yang pada awalnya ia sangat kesal dengan gadis tadi. Tiba-tiba rasa kesal itu hilang sirna.

"Aku berharap Allah mempertemukan kita kembali" gumam Daffa diakhiri dengan senyuman.

****
"DAFFA KAMU DARI MANA AJA HAH?" teriakan seseorang menggema di dalam rumah, menyambut kepulangan Daffa.

"aku cape pah" lirih daffa

"apa kamu bilang? Cape? Heh Daffa, kamu harus ingat ya!! Kamu disekolahin tinggi-tinggi hanya untuk meneruskan perusahaan papa!! Lalu kenapa kamu tadi kabur ketika ada jadwal meeting yang sangat penting? Apa kamu tahu Daffa clain ini sangat penting untuk perusahaan kita. Dengan kamu tidak datang, Gimana kalau mereka semua membatalkan kerja sama dengan kita?" tutur Fahmi. Papa Daffa.

Daffa yang mendengar penuturan papa nya, Hanya tertawa dan tersenyum sinis. Miris sekali hidupnya. Yang selalu diatur-atur oleh kedua orang-tuanya.

"Aku cape pah!! Aku cape dengan semua ini!! Kenapa kalian selalu mengatur-ngatur hidup Daffa. Daffa sudah besar pah.. Daffa ingin merasakan kebebasan. Karna, selama ini mama dan papa selalu mengekang dan ikut campur dengan kehidupan Daffa " ucap Daffa menggebu-gebu mengeluarkan isi hatinya.

Plakk

Fahmi menampar Daffa.

"SIAPA YANG MENGAJARKAN KAMU MELAWAN papa? SIAPA DAFFA?"

Daffa hanya melengos pergi menuju kamar dirinya yang berada di lantai dua. Meninggalkan papa nya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan papanya tersebut. Terdengar suara cacian dan makian yang dilontarkan sang papa.tetapi Daffa tidak memperdulikannya.

Memang ini adalah pertama kalinya bagi Daffa membantah perkataan sang papa. Karna, Daffa dari kecil tidak pernah sama sekali membantah apa yang diucapkan oleh kedua orang tuanya. Terutama papanya.

Daffa sudah memasuki kamarnya sekarang, ia tidak lupa mengunci pintunya. Dan kemudian Daffa langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Adzan magrib mulai berkumandang. Daffa segera menggelar sajadahnya dan setelah itu Daffa memulai salatnya. Saat Takbir pertama, setetes air mata jatuh membasahi pipi Daffa. Daffa menangis.

Tiga raka'at salat magrib sudah Daffa kerjakan. Kini Daffa sedang beristighfar kepada Allah SWT dan memohon Ampunan kepada-NYA.

"YaAllah... Maafkanlah Hamba-Mu ini yang tidak pernah bersyukur atas Rahmat yang telah Engkau berikan.

YaAllah... Hamba hanya ingin dikuatkan dalam menjalani takdir yang sudah Engkau tetapkan. Ya Rabb.. Maafkan Hamba yang sudah hampir menyerah dengan ini semua. dan terimakasih Engkau telah menyadarkan Hamba lewat gadis yang ku ketahui bernama Ameera. ketika Hamba nekat untuk mengakhiri semuanya.

Hamba memohon YaRabb.. Tolong pertemukanlah Hamba lagi dengan Ameera. Izinkan hamba mengenalnya dan berteman baik dengannya YaRabb.. " Do'a Daffa dengan tangisnya. Sungguh, Daffa sangat menyesali dengan keputusannya itu.

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang