Chapter 1

120 16 0
                                    

Matahari sudah terbit, menghiasi bumi. Kini keluarga Sanjaya sedang Sarapan di ruang makan sebelum menjalankan aktifitasnya masing-masing.

"Kakak, nanti sebelum ngantor anterin Diba ya kak" ucap Adiba. Adik perempuan Daffa.

Daffa hanya mengangguk sebagai jawaban. Pasalnya ia paling tidak suka ketika ia lagi makan, di ajak berbicara.

Sekitar 15 menit, akhirnya keluarga tersebut sudah menyelesaikan sarapannya. Setelah sarapan, Daffa langsung bangkit dari duduknya, disusul dengan Adiba. Tidak lupa Daffa dan juga Adiba berpamitan kepada kedua orang tua mereka.

"hati-hati ya kalian" ucap Nina. Mama Daffa dan juga Adiba.

"iya mah. Kalau gitu aku sama kakak berangkat ya" Setelah itu, Adiba dan juga Daffa berjalan keluar.

****
Diperjalanan Adiba terus mengoceh tak ada habisnya. Mau marah? Oh.. Tidak bisa!! Karna, Daffa sangat menyayangi Adiba. Adiba Syakila Falisha, adik perempuan satu-satunya Daffa. Adiba memiliki kepribadian ceria, ramah, dan jangan lupakan dia sungguh sangat cerewet.

Butuh waktu 15 menit untuk sampai di sekolah Adiba.

"yah udah nyampe aja, cepet banget perasaan. Iyaudah kak, Diba pamit ya" ucap Adiba seraya menyalimi tangan Daffa.

"iya. Belajar yang bener ya, jangan kebanyakan bercanda apalagi ngobrol ketika guru kamu lagi ngejelasin" Nasihat Daffa

"siapp boss"

Adiba keluar dari dalam mobil. Daffa memperhatikan Adiba masuk ke halaman sekolah. Setelah itu, Daffa kembali melajukan mobilnya.

Setelah sampai di kantor, Daffa segera memasuki ruangannya. Daffa membuka berkas-berkas yang harus ia tanda tangani.

Di tengah kegiatannya, tiba-tiba Alena masuk tanpa mengetuk pintu. Alena ialah teman Daffa semasa SMA dan juga menjabat sebagai sekretaris Daffa.

"lo mah kebiasaan na. Kalau mau masuk ke ruangan gua itu seharusnya ketuk dulu pintunya" protes Daffa

"Ah ga asik loh Daff, kaya sama siapa aja. Kita kan udah temenan lama"

"terserah lo deh na" putus Daffa

"jangan marah dong Daf. Gua minta maaf deh. Oh, iya gua cuma mau bilang nanti ada meeting jam 9"

"iya. Nanti gua setengah 9 keruang meeting"

Alena mengangguk

"iyaudah gua cuma mau bilangin ini aja. Gua mau ke ruangan gua lagi, ada beberapa yang harus gua kerjain. Ingett jangan telat ya pak bos" ucap Alena. Setelah itu ia keluar dari ruangan Daffa.

****
Tepat pukul 16.00 pekerjaan Daffa sudah selesai. Dia ingin cepat-cepat sampai rumah untuk beristrirahat. Sungguh, hari ini sangat melelahkan bagi Daffa.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di rumah Daffa. Ketika Daffa hendak memasuki rumah, terlihat seorang gadis berkulit putih berambut sebahu dengan pakaian dres selutut berwarna merah, sedang berbincang bersama Nina di ruang tamu.

Daffa seolah tidak memperdulikan itu. Yang terpenting daffa ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, baru saja ingin melanjutkan langkahnya, tiba-tiba Nina memanggil putranya.

"Daffa" panggil Nina. Membuat langkah Daffa terhenti.

"iya mah"

"sini dulu sebentar" ucap Nina. Membuat Daffa menghembuskan nafas lelahnya. Akhirnya Daffa berhenti dihadapan Nina dan duduk bersebrangan dengan nina dan juga gadis itu.

"Daf, kamu inget sama Naura?" tanya Nina. Membuat gadis yang duduk bersebelahan dengan dirinya menunduk seraya senyam-senyum sendiri.

Daffa melirik sebentar gadis tersebut, kemudian Daffa tersenyum sinis.

"Naura? Siapa mah? Aku ga ingat" penuturan Daffa membuat gadis itu mendongakkan kepalanya menatap daffa dengan raut wajah bingung nya.

"hish... Kamu ini, masa lupa sih. Naura yang teman kecil kamu itu"

"aku bener ga inget mah. Setau aku, aku dulu ga punya teman kecil"

"Daf ? Kamu serius lupa sama aku?" kini gadis yang berada disamping Nina bertanya dengan menampilkan raut wajah sedihnya.

"mohon maaf, memangnya Anda siapa ya?"

Mendengar pertanyaan Daffa, seolah membuat hati gadis itu terluka. Gadis itu kembali menundukkan kepalanya dan tak lama dari itu, ia meneteskan air matanya.

"Kamu jahat Daffa" ucap gadis itu di didalam hatinya.

"Daffa ini Naura. Masa kamu lupa sih. Dia ini teman bermain kamu waktu kecil. Dulu, Naura rumahnya tetanggaan sama kita. Tapi, waktu umur dia 9 tahun, pindah rumahnya ke Bandung karna tugas ayahnya di oper ke bandung. Dan tadi mamah ketemu Naura di mall, iyaudah mamah ajak main kerumah" tutur Nina menjelaskan. Seraya mengusap-usap telapak tangan Naura, untuk menenangkannya.

"maaf mah aku lupa"

"ishh... Iyaudah deh terserah kamu. Tapi, mamah mau tanya kamu sesuatu"

"iya kenapa mah"

"sebelumnya kamu lihat dulu deh Naura" ucap Nina membuat Naura kembali mendongakkan kepalanya, kemudian melihat kearah Nina yang tersenyum kepada dirinya.

Daffa hanya menurut perkataan apa kata mama nya tersebut.

"gimana?" tanya Nina

"gimana apanya mah?" Daffa balik bertanya

"cantik ga Naura nya?"

"yang namanya perempuan mah cantik kali ma"

Nina yang mendengar jawaban sang putra tersenyum penuh arti.

"kalau gitu kamu mau ga mamah jodohin kamu sama Naura?" penuturan Nina membuat Daffa sekaligus Naura terkejut. Terutama Daffa.

"mama apa-apaan sih. Aku gamau dijodoh-jodohin kaya gini" Daffa langsung menolaknya. lalu meninggalkan ruang tamu dan berjalan dengan tergesa-gesa menuju kamarnya. Tanpa memperdulikan teriakan Nina yang sedang memanggil namanya berkali-kali.

Brak..

Daffa menutup pintu kamarnya dengan sangat keras, sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Hari ini mood Daffa benar-benar hancur.

"Aaaaaa...." teriak Daffa frustasi seraya menjambak rambutnya.

"ga mama, ga papa .. Kenapa mereka dari dulu ga pernah berubah. Mereka selalu ngatur-ngatur hidup Daffa. YaAllah Daffa cape hidup seperti ini"

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang