Chapter 24

39 4 0
                                    

Di tengah suasana malam ini, terlihat sepasang kakak-beradik sedang berjalan bersama. Mereka adalah Daffa dan juga Adiba.

Walaupun hari sudah gelap, Daffa menyuruh Adiba agar secepatnya pulang. Bukan, bukan karna ia tak mau adiknya menginap dirumahnya. Tetapi ia hanya kepikiran kalau saja mama dan papanya mencari adiknya ini. Padahal kenyataan yang daffa tidak ketahui, kedua orangtuanya tidak akan perduli dengan adiknya sekalipun adiknya ini tidak pulang.

"dekk.. Kita duduk dulu disana ya. Ada yang pengen kakak omongin sama adek" ujar Daffa seraya menunjuk ke sebuah bangku panjang kosong berwarna putih di depan sana. Adiba mengangguk setuju.

"kakak mau ngomong apa?" Tanya Adiba ketika mereka sudah duduk berdampingan.

"huftt" suara helaan keluar dari mulut Daffa. Membuat sang adik menatapnya dengan tatapan bingung.

"cowo kemarin malam itu siapa?"

Degg..

Mendengar pertanyaan dengan nada tegas dari sang kakak, membuat jantung Adiba berdetak dengan sangat kencang dari biasanya.

"Siapa cowo itu diba?" Daffa mengulang pertanyaan nya kala tidak mendengar jawaban dari sang adik. Ia beralih menatap manik mata adiknya dengan tatapan seolah meminta penjelasan dari sang adik.

Tak kunjung mendapat jawaban dari sang adik, Daffa mulai beralih menatap lurus ke depan.

"kamu tau kan dek. Dalam islam berdua-dua'an dengan yang bukan mahramnya itu haram. Sudah berapa kali kakak selalu ngingetin adek, agar selalu jaga batasan dengan lawan jenis. Tapi itu semua ga adek dengerin. Dan kali ini, kamu sudah membuat kakak kecewa sama kamu"Mendengar itu, Adiba sangat terkejut.

"kak. Aku bisa jelasin" ucap Adiba sangat pelan. Tetapi masih bisa di dengar oleh Daffa.

"apapun itu alasannya, kamu sudah buat Allah murka dan kakak kecewa" ucap Daffa tanpa melihat ke arah adiknya. Membuat air mata Adiba meluncur seketika.

"Maafin aku kak" Daffa hanya terdiam kala mendengar permintaan maaf dari sang adik.

Adiba merasa sedikit sangat kesal dengan kakak nya ini. Ia merasa disalahkan di sini, tanpa kakaknya ketahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku hampir saja di perkosa asal kakak tau" setelah mengatakan itu, Adiba mulai menundukkan kepalanya bersamaan dengan itu air mata Adiba meluncur begitu saja.

Bagaikan di sambar petir, Daffa sangat terkejut dan sakit hati kala mendengar penuturan sang adik. Daffa langsung beralih menatap adiknya dan memegang ke dua bahu sang adik dengan sangat erat.

"BILANG SAMA KAKAK SIAPA YANG HAMPIR MAU MEMPERKOSA KAMU"

"SIAPA DIBA? SIAPA"

Adiba mulai menepis kedua tangan Daffa dengan kasar. Ia mulai mengangkat kepalanya dan menatap Daffa dengan tatapan tajam dan.. Penuh luka.

"APA KAKAK TAU? MALAM ITU, MALAM YANG SANGAT BURUK BAGI AKU" Ucap Adiba dengan menggebu-gebu. Daffa yang melihat itu ia hanya diam saja. Ia akan menunggu sampai adiknya itu selesai berbicara.

Adiba mulai menghembuskan nafasnya. Dan ia kembali mulai berbicara.
"malam itu, aku di kejar-kejar sama dua orang preman yang badannya sangat besar. Dan apa kakak tau? Aku sudah berkali-kali menelpon kakak. Tapi apa? Kakak ga mengangkat satu panggilan pun dari aku. Hingga pada saatnya, aku merasa lelah preman itu berhasil menangkapku. Dan malam itu hampir saja aku di.." sungguh sangat sakit bagi Adiba ketika harus mengingat kejadian malam buruk itu.

Daffa mulai menarik Adiba ke dalam pelukannya. Tanpa Adiba ketahui, Daffa juga menangis kala mendengar penjelasan Adiba. Ia sungguh sangat sakit sekali mendengarnya dan ia merasa sudah gagal menjadi seorang kakak yang baik karna tidak bisa melindungi adiknya.

" hampir saja a-aku di perkosa kak. Sama dua preman bejat itu. Tapi beruntung nya ada laki-laki yang Allah kirimkan untuk menolong aku. Dan laki-laki itu juga yang nganterin aku sampai pulang ke rumah" Adiba kembali menjelaskan di dalam pelukan Daffa.

Daffa mengangguk. Dan masih setia mengusap-usap kepala sang adik. Pasti adiknya ini sangat ketakutan saat malam itu. Ia benar-benar merasa sangat gagal menjadi seorang kakak.

"ma-maafin kakak ya dek. Kakak bukan kakak yang baik untuk kamu"

Adiba menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang Daffa ucapkan. Ia mulai melepaskan pelukannya. Dan mulai menatap sang kakak.

"kakak gausah menyalahkan diri kakak sendiri atas apa yang sudah terjadi. Malam itu, aku memang sempat kesal dengan kakak karna kakak tidak mengangkat telpon ku. Tapi, aku yakin kakak bukannya sengaja untuk tidak mengangkatnya. Bagi aku, kakak ini sudah berhasil menjadi kakak yang baik untuk aku. Karna, kakak selalu mengingatkan ku dalam hal yang kebaikkan. Aku sudah memaafkan kakak" Adiba kembali memeluk Daffa dengan sangat erat.

"oh iya kenapa kakak bisa tau dengan kak marvel?" tanya Adiba yang masih berada di pelukan Daffa.

"Marvel?" Adiba mulai melepaskan pelukannya dan kembali menatap Sang kakak.

"iya kak Marvel. Laki-laki yang udah nolongin aku" Daffa mengangguk mengerti. Dan ia mulai menjelaskan semuanya kenapa ia bisa mengetahui tentang ini. Dari berawal ia sering berkunjung ke rumah pada malam hari ketika ia sedang merindukan keluarganya tanpa keluarganya mengetahui. Karna, Daffa selalu berdiri di belakang pohon besar dekat rumahnya dan selalu memperhatikan rumah yang ditinggali oleh Mama, papa, dan juga adik kesayangannya.

Mendengar hal itu, membuat Adiba kembali menangis.
"kenapa kakak ga masuk aja? Kenapa kakak harus sembunyi-sembunyi kaya gitu"

Daffa menggelengkan kepalanya.
"ketika kakak merindukan kalian, cukup kakak melihat rumah yang kalian tempati itu sudah mengobati sedikit rasa rindu kakak. Kalau kakak masuk itu ga akan mungkin. Karna, sama saja kakak mengakui kalau kakak sudah menyerah dengan semua ini. Dan pastinya mama papa akan selalu meremehkan kakak maupun kak rara"

Adiba lagi-lagi kembali menangis ketika mendengar ucapan sang kakak.
"semangat ya kak. Aku do'ain semoga mama dan papa cepet berubah dan bisa menerima kak rara sebagai keluarga baru kita. Agar kita semua bisa kumpul kaya dulu lagi"

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang