Chapter 23

49 4 0
                                    

Setelah melaksanakan salat magrib, Ameera dan juga Adiba memutuskan untuk mencoba membuat brownis chocalatos yang sempat tadi mereka lihat di tik-tok. Mereka berdua segera memasuki area dapur dan siap untuk bertempur dengan peralatan masak lainnya.

Jika kalian bertanya dimana Daffa. Jawabannya ialah Daffa belum pulang dari masjid. Dan biasanya ia akan pulang sehabis isya nanti.

"kak ayo kita bikin brownis nya" ucap Adiba yang sangat antusias.

Ameera yang melihat itu lantas tersenyum.
"iya dek. Kamu udah mencatat resep-resep nya?"

"pokoknya kakak tenang aja. Aku udah menulis semua resepnya di.... Sini" ujar Adiba bersemangat seraya menunjukkan sebuah kertas di hadapan Ameera.

"pinter banget sih.. Adek siapa ini?" Goda Ameera seraya mencubit pelan hidung Adiba.

Setelah itu mereka asik membuat adonan brownis bersama. Dengan Adiba yang membacakan resepnya dan Ameera yang memasukkan bahan-bahannya.

Setelah semuanya tercampur Semua bahan-bahannya, Ameera mengukus nya selama kurang lebih 20 menit dengan api sedang.

AllahuAkbar...

AllahuAkbar...

Terdengar suara adzan isya berkumandang.

"udah adzan. Kita salat dulu ya dek"

Adiba menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka segera mengambil air wudhu dan setelahnya mereka salat berjama'ah.

Sekitar 5 menit mereka sudah menyelesaikan salat isya. Dan mereka kembali ke dapur.

"wahh.. Wangi banget kak" ucap Adiba ketika sudah sampai di  dapur.

Ameera menyetujuinya. Karna, memang sudah tercium aroma brownis nya di indra penciumannya.

Ameera pun melihat ke brownisnya yang sedang di kukus untuk memastikan bahwa brownis tersebut sudah matang atau belum dengan menusukkan sebuah garpu ke brownis tersebut.

"gimana kak?" tanya Adiba

"sekitar 5 menit lagi dek"

"lama banget.. Diba udah ga sabar pengen makan brownisnya"

Mendengar hal itu, Ameera tersenyum ke arah adik iparnya itu. Kemudian ia mengusap kepala Adiba dengan sayang.
"sabar ya dek"

Adiba mengangguk. Bersamaan dengan itu terdengar suara salam dari arah depan pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat Daffa yang sudah pulang dari masjid. Ameera dan juga Adiba segera menyalimi tangan Daffa bergantian.

"kalian udah pada salat belum?"

Pertanyaan itu membuat Ameera dan juga Adiba menganggukkan kepalanya secara bersamaan. Hal itu membuat Daffa tersenyum bangga kepada mereka.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Aroma brownis yang sedang di kukus itu tercium oleh indra penciuman Daffa.

"hmm... Ini aromanya enak banget. Kamu lagi masak apa ra?" tanya Daffa kepada istrinya.

"kita itu lagi bikin brownis chocalatos tau kak" jawab Adiba

"yeah.. Kakak ga nanya kamu ya. Kakak nanya istri kakak" mendengar penuturan kakaknya itu, membuat Adiba memberengut kesal.

Ameera menghembuskan nafasnya. Memang ya terkadang hubungan  adik-kakak sering sekali yang namanya bertengkar hanya karna hal yang sepele. Tetapi, jika dipisahkan oleh jarak, pasti mereka akan saling merindukan. Ameera jadi merindukan Abizar. Kakak laki-lakinya itu, sedang apa sekarang?. Sudah lama Ameera tidak bertemu kakak laki-lakinya itu.

Melihat istrinya terdiam, Daffa langsung menghentikan aksi debatnya dengan adiknya. Dan beralih kehadapan istrinya.

"Ra.. Kamu kenapa?" tanya Daffa. Membuat Adiba juga melihat ke arah kakak iparnya.

"kak"

Dua panggilan dari suami dan sang adik ipar masih saja tidak membuat Ameera tersadar. Pandangannya masih tetap saja lurus ke depan. Hingga membuat Daffa dan juga Adiba saling pandang satu sama lain.

Adiba coba menyenggol lengan kekar sang kakak seraya berbisik "kak.. Itu kak rara kenapa tiba-tiba diem gitu"

"kakak juga gatau dek" jawab Daffa.

Daffa menepuk bahu Ameera beberapa kali untuk menyadarkannya.
"Ra... Kamu kenapa?"

Dan yeah... Daffa berhasil membuat Ameera tersadar. Ameera menatap manik mata Daffa, dan selang beberapa detik air mata Ameera terjatuh begitu saja. Melihat itu, Daffa dan juga Adiba panik bukan main. Ketika melihat Ameera tiba-tiba saja menangis.

"heyy.. Kamu kenapa ra" tanya Daffa seraya mengusap air matanya. Tak lama dari itu, Daffa langsung menarik Ameera ke dalam pelukannya.

"ahh... Kenapa gue jadi baper ya ngeliatnya. Mending gue ke dapur aja deh, daripada disini jadi nyamuk" batin Adiba berucap.

Daffa mengusap-usap kepala Ameera dengan lembut. Ketika Ameera sudah merasa tenang, Daffa mulai melepaskan pelukannya dan mulai menatap Ameera seraya kedua tangannya menghapus sisa jejak air mata Ameera.

"sekarang sudah tenang?"

Ameera mengangguk

"sekarang bisa jelasin ke aku kenapa kamu tiba-tiba menangis?" lagi-lagi Ameera mengangguk sebagai jawaban. Ia mulai menggerakkan jari tangannya di hadapan Daffa.

"melihatmu berinteraksi sama Adiba, membuat diriku merindukan Abang abi" setelah mengatakan itu, Ameera langsung tertunduk.

Daffa mengangguk mengerti. Ia mulai memegang dagu Ameera dan segera mengangkatnya secara perlahan untuk menatapnya.
"besok kita main ke rumah abang kamu. Mau?"

"beneran?"

" iya sayangnya aku" jawaban Daffa tersebut, membuat Ameera kembali menundukkan kepalanya menyembunyikan senyum salah tingkahnya.

Daffa yang melihat itu, merasa sangat gemas. Ia kembali menarik Ameera ke dalam pelukannya. Dan berkata "jangan menangis lagi ya ra. Aku sudah berjanji kepada Allah dan juga abangmu. Bahwa aku tidak akan membuat kamu bersedih"

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang