Chapter 8

62 9 0
                                    

Terlihat Ameera dan Adiba sedang asik bertanding bermain Street Basketball. Dimana mereka memasukkan bola basket ke dalam Ring. Keduanya tampak sangat serius, berbeda dengan Daffa yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Daffa tidak menyangka, adiknya ini bisa cepat akrab dengan Ameera. Tetapi dilain sisi Daffa sungguh sangat merasa senang akan hal itu.

"yeayy... Aku menang. Kak Rara kalah" Adiba berucap dengan sangat ceria. Karna, permainan ini dimenangkan oleh dirinya. Ameera yang melihatnya hanya tersenyum. Begitupun dengan Daffa.

"kak kita coba main capit boneka yuk" Adiba menarik tangan Ameera ke tempat permainan capit boneka. Daffa dibuat melongo oleh adiknya, mengapa sekarang ia yang dicueki ?.

"Untung sayang" batin Daffa berucap seraya mengusap dadanya.

Setelah itu Daffa berjalan menghampiri Adiba dan juga Ameera.

"kakak duluan deh yang maininnya" ucap Adiba kepada Ameera. Ameera mengangguk setuju, kemudian ia mulai mencoba untuk memulai permainan nya. Dan ternyata hasilnya nihil, Ameera tidak berhasil mendapatkan boneka nya.

"yahh ga dapat. Coba deh sekarang giliran aku" ucap Adiba. Kemudian Adiba mencoba untuk memulai permainan nya. Dengan Ameera yang memperhatikannya dengan sangat serius. Begitupun dengan Adiba. Membuat Daffa sangat ingin tertawa melihat ekspresi mereka berdua.

Dan yeah..hasilnya sama seperti Ameera. Adiba tidak berhasil mendapatkan boneka.

"yahh.. Aku juga gagal ternyata" ucap Adiba dengan Ameera yang terus mengelus-ngelus pundak Adiba untuk bersabar.

"biar kakak yang coba" ucap Daffa. Membuat Ameera dan Adiba menggeser ke samping untuk memberikan kesempatan Daffa mencoba permainannya.

Daffa segera memasukkan koinnya, Ameera dan juga Adiba langsung memperhatikan kearah mesin pencapit itu dengan serius. Daffa pun mulai menggerakkan tombol tersebut untuk mengarahkan pencapit agar posisinya pas dengan boneka. Ketika Daffa merasa posisi nya sudah merasa pas, Daffa langsung menekan satu tombol yang berada di samping kanannya. Dan yeah, tepat sekali sasarannya. Daffa mendapatkan sebuah boneka sapi berwarna pink.

Prok..prok..

Ameera dan Adiba memberikan tepuk tangan ketika Daffa berhasil mendapatkan sebuah boneka.

"yeay... Kakak berhasil.." ucap Adiba kegirangan. Dan Daffa mengambil boneka tersebut, kemudian ia mencoba lagi permainan pencapit boneka tersebut.

Entah ini keberuntungan, atau memang sudah takdir Daffa. Ternyata ia berhasil lagi dalam mencoba permainan ini, ia mendapatkan boneka sapi berwarna hitam.

"wahhh... Kakak hebat bangett. Keren" tutur Adiba dengan bangga. Ketika menyaksikan kakaknya berhasil membawa dua boneka dalam permainan tersebut.

"Daffa Dzuhairi Ashauqi gitu loh" ucap Daffa seraya memukul dadanya dengan bangga.

Hal itu membuat Ameera dan juga Adiba tertawa. Daffa segera mengambil boneka tersebut. Kini Daffa memegang dua boneka sapi berbeda warna tersebut.

"buat kamu dek" ucap Daffa seraya memberikan boneka sapi berwarna pink kepada Adiba.

"makasih kakakku" ucap Adiba seraya mengambil boneka tersebut. Daffa menganggukkan kepalanya.

Dan kini tersisa boneka sapi berwarna hitam di tangan Daffa. Daffa melihat ke arah Ameera yang sedang merangkul Adiba.
"Dan ini untuk.... Kamu Ameera" Daffa memberikan boneka tersebut kepada Ameera.

Ameera tersenyum, dan ia segera mengambil boneka pemberian Daffa.

Terimakasih Daffa.

Daffa tersenyum. "iya sama-sama Ra"

"yeay... Kita punya boneka sama. Gimana kalau kita kasih nama bonekanya" usul Adiba. Ameera mengangguk setuju.

"hmm... Gimana boneka kak Rara namanya Miki kalau boneka aku namanya Miko" usul Adiba membuat Daffa menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya. Sedangkan Ameera menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Aku setuju. Namanya sangat bagus.

"yeay... Berarti kalau menurut kakak bagus namanya, berarti fiks ya nama boneka kita Miki dan Miko. Aaaa... Gemes banget dehh" ucap Adiba Antusias.

"Loh..loh.. sejak kapan Diba ngerti bahasa isyarat? Kok gua baru tau ya?" batin Daffa bertanya-tanya.

***
Setelah mengantarkan Ameera pulang, kini di dalam mobil tinggallah Adiba dan juga Daffa. Daffa yang sedang fokus menyetir, sedangkan Adiba sedang asik mengobrol bersama si Miki boneka sapinya.

"Selamat datang ?Mikidi kehidupan Diba. Nanti kalau udah sampai di rumah bakalan aku kenalin sama bombom, coco, sama cookie"

Daffa yang mendengarnya mengerutkan keningnya. Merasa bingung, dengan apa yang diucapkan sang adik. Akhirnya ia menanyakannya.

"Bombom, Coco, sama Cookie siapa dek?" tanya Daffa melihat kearah adiknya sebentar setelah itu pandangannya fokus ke depan.

"itu loh kak... Bombom itu nama boneka beruang aku, kalau coco nama boneka kucing aku, dan kalau cookie itu nama boneka monyet aku" jelas Adiba. Membuat Daffa mengelus dadanya, seraya beristighfar di dalam hati. Aneh sekali adeknya ini. Masa boneka saja dikasih nama.

"untung punya ade kaya gini satu doang YaAllah" batin Daffa berucap

"oh iya dek.. Kamu bisa bahasa isyarat?" tanya Daffa

"bisa"

"serius?"

"iya serius. Soalnya aku juga punya sahabat Tunawicara kak. Namanya Nisha" jelas Adiba

"kok kakak baru tau teman kamu yang ini. Kamu ga pernah cerita sama kakak"

"hehehe.. Maaf kak. Sebenernya Nisha itu udah sahabatan sama aku dari SMP. Berawal dulu, Nisha yang selalu nolong aku ketika aku di bully sama teman-teman yang lain dengan caranya sendiri. Hingga pada saatnya aku merasa bingung ketika ia selalu merespon ucapan ku hanya dengan gelengan ketika ia jawab tidak dan anggukkan kepala ketika ia jawab iya. Dan pada suatu hari aku tanya kan hal ini. Akhirnya aku tau bahwa dia seorang Tunawicara. Ia kehilangan suaranya ketika umurnya 8 tahun akibat kecelakaan yang menimpanya. Ketika aku sudah tahu bahwa ia seorang Tunawicara, Nisha selalu membawa buku kecil beserta pulpen untuk berkomunikasi denganku. Ketika aku bertanya 'kenapa kamu baru membawa buku kecil ini beserta pulpen?' dan kakak tau apa jawabannya.." Adiba berhenti sejenak, sungguh ia sangat merindukan sahabatnya ini. " Nisha menulis 'karna aku sudah mempunyai teman kembali'. Berat banget kan kak jadi Nisha. Mulai saat itu aku memutuskan untuk menjadikan Nisha sahabat ku dan aku mulai belajar bahasa isyarat. Tapi... Semenjak lulus, aku sudah tidak bertemu lagi dengan Nisha. Terakhir dia bilang katanya kalau dia ingin pindah ke bandung. Dia akan melanjutkan sekolahnya disana. Maka dari itu, ketika aku melihat kak Rara, aku teringat Nisha. Sahabat aku yang sekarang entah bagaimana kabarnya sekarang " Adiba meneteskan air matanya. Sungguh ia sangat merindukan sahabatnya.

Daffa yang melihat adiknya menangis, menepikan mobilnya dan berhenti. Lalu ia mengusap kepala adiknya untuk menenangkannya.
"kakak tau apa yang kamu rasakan saat ini. Yang sabar ya cantik. Suatu saat pasti kamu bertemu dengan Nisha" ucap Daffa

"hiks...ta-tapi apa di sekolah baru Nisha bakalan dapat teman ga kak? Aku takut Nisha gapunya teman disana. A-aku juga takut kalau Nisha merasa kesepian lagi. Nisha pernah bilang ke aku katanya 'setelah sekian lama aku tidak mempunyai teman, akhirnya aku bisa merasakan mempunyai teman kembali' aku takut kalau disana dia merasa sendiri lagi" ucap Adiba

Daffa langsung menarik adik nya kedalam dekapan nya. Daffa mengelus-ngelus kepala adik nya yang tertutup hijab.

"sutt.. Udah ya cantik jangan nangis. Kamu do'ain aja yang terbaik buat Nisha" ucap Daffa menenangkan Adiba

"Maafin abang ya dek, belum bisa jadi abang yang baik buat kamu" Ucap Daffa di dalam hati. Sungguh, ia merasa sangat gagal ketika adiknya ini pernah Jadi korban Bully waktu masih duduk di bangku SMP.

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang