Chapter 38

74 5 0
                                    

Ameera terbangun dari pingsannya. Dan ia melihat dirinya yang sedang duduk di kursi dengan kedua tangan diikat ke belakang serta kedua kakinya pun diikat.

Tempat ini sungguh sangat kotor dan banyak sekali debu. Mungkin tempat ini bisa dikatakan sebagai gudang.

Ameera sangat merasa bingung sekali. Ia harus apa sekarang? Dengan kekurangan yang ia punya. Ia tidak bisa berteriak untuk meminta tolong. Jika ia berbicara pun tak akan ada orang yang bisa mendengarnya.

"YaAllah tolonglah hambamu ini" Batin Ameera yang terus berdo'a meminta pertolongan.

Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Lantas Ameera melihat ke arah pintu tersebut. Dan terlihat seorang wanita yang tersenyum sinis ke arah dirinya.

Ameera merasa bingung. Ia benar-benar tidak tau siapa wanita ini. Wanita itu terus melangkah mendekati Ameera.

"Hai" Sapa wanita tersebut kepada Ameera. Ameera menatap wajah wanita itu. Tak lama wanita itu menyodongkan pisau ke depan perut Ameera. Ameera menggelengkan kepalanya ketakutan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tak lama wanita itu melemparkan pisau nya ke sembarang arah.

"Kenapa? Lo takut gue tusuk ya?" Tanya wanita tersebut dengan suara terdengar mengerikan.

Wanita itu sedikit membungkukkan badannya dan mendekati telinga Ameera.
"Gue ga mungkin menggunakan tangan suci gue ini untuk membunuh lo. Tapi!! Nanti bakalan ada orang yang gue suruh untuk membunuh lo dan bayi dalam kandungan lo ini" Bisiknya.

Di lain tempat Daffa terlihat sangat kacau sekali. Ia benar-benar sangat khawatir dengan sang istri yang tiba-tiba saja menghilang.

Satu dipikirannya yaitu hanya ada mamanya. Apakah benar mamanya yang membawa Ameera? Apa mamanya ini mengingkari janjinya?. Lantas saja Daffa pergi ke kantor mamanya.

"Dimana Istri Daffa?" Tanya Daffa to the point ketika sudah sampai di ruangan sang mama.

Nina yang melihat anaknya tiba-tiba saja datang ke kantor dirinya merasa terkejut.

"Maksud kamu apa nak?" Ucap Nina dengan wajah kebingungan.

Daffa yang mendengar itu, lantas memutar bola matanya malas.
"Dimana Ameera mah?" Tanya Daffa dengan menahan amarah.

Brak..

Terdengar pukulan meja yang disebabkan oleh Nina. Lantas ia berdiri dari duduknya seraya berkata "MAMA BENAR-BENAR TIDAK TAU DIMANA ISTRI BISU MU ITU DAFFA!!"

"Tolong jaga ucapan mama" Ucap Daffa dengan menutup matanya seraya nafas nya yang tak beraturan pertanda bahwa ia sedang menahan amarah saat ini.

"Memang benar kan kenyataan"

"STOPP MAH STOPP!!" teriak Daffa.

"Ameera menghilang mah. Dia tidak ada dirumahnya" Daffa menatap mamanya berkaca-kaca.

Seketika Nina terdiam membisu. Ia langsung menatap sang putra sulungnya. Tak lama ia berucap "mama gatau. Lagi pula kenapa kamu masih mencari-cari dia. Bukannya kamu sudah berjanji akan menjauhinya?"

Daffa tersenyum sangat sinis. Tak lama dari itu, Daffa keluar tanpa sepatah katapun. Meninggalkan Nina sendiri di ruangannya.

"Dasar anak durhaka" Gumam Nina menatap kepergian anaknya itu.

***
Ameera sekarang sedang dirundung ketakutan yang ia rasakan. Bagaimana tidak? Dihadapannya ini, terdapat 2 wanita yang dimana salah satu di antara mereka, Ameera mengenalinya.

"Cepat bunuh dia sekarang!!" Perintah wanita itu dengan tegas. Ameera yang mendengar itu, lantas memejamkan matanya. Ia sudah memasrahkan semuanya sama Allah dengan apa pun yang akan terjadi dengan dirinya.

"CEPAT NAURA BUNUH DIA SEKARANG" Bentak wanita itu. Yah.. Wanita yang akan dijadikan kambing hitam oleh wanita yang tak punya hati itu adalah Naura. Sahabat kecil Daffa dan juga yang mempunyai rasa untuk Daffa.

"Maaf Gue gabisa" Ucap Naura seraya membuang pisau tersebut. Perkataan itu membuat Ameera kembali membuka matanya. Dan ia menatap Naura dengan tatapan yang penuh harap.

Wanita itu terlihat sangat marah.
"Kenapa? Bukannya lo membenci dia? Karna udah merebut apa yang seharusnya jadi milik lo?"

Naura tersenyum kecut. Lantas ia beralih menatap wanita itu dengan tatapan tajam.

"Gue memang membenci dia. Tapi gue ga akan sejahat itu Alena" Ujar Naura seraya menatap Ameera yang sudah mengeluarkan air matanya.

Ternyata dalang dibalik semua ini adalah Alena. Rekan kerja Daffa dan juga teman SMA Daffa. Yang ternyata tanpa Daffa ketahui Alena menyimpan rasa untuk dirinya sejak semasa SMA hingga sekarang.

"Lo tuh sadar len! . Apa yang lo lakuin ini udah kelewatan. Gue memang suka dan mempunyai rasa untuk Sahabat kecil gue. Tapi gue ga akan ngelakuin hal yang kelewat batas seperti ini. Dan lo juga harus Sadar len!! Kalau lo lakuin ini, lo sama aja membunuh seseorang hanya karna keegoisan lo. Jangan hanya karna lo tidak bisa memiliki Daffa sepenuhnya, lo jadi manusia pembunuh dan ga punya hati kaya gini"

Plak..

Suara tamparan itu diberikan oleh Alena untuk Naura.
"MUNAFIK LO!!" teriak Alena. Setelahnya ia mengambil pisau yang dimana telah dilempar tadi oleh Naura. Naura yang sadar dengan gelagatnya. Lantas ia segera melepaskan tali yang mengikat tangan dan juga kaki Ameera.

"Kita pergi dari sini. Lo yang tenang. Gue udah hubungin Daffa tanpa sepengetahuan Alena. Sebentar lagi Daffa akan datang ke sini." Ujar Naura yang berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan juga kaki Ameera.

Flashback on

Naura sedang duduk termenung di teras rumahnya. Ia sedang memikirkan dimana ia bertemu Alena 2 hari yang lalu di sebuah supermarket ketika ia sedang belanja.

"Naura" Sapa Alena kepada Naura. Naura mengerutkan keningnya bingung. Siapa? Ia tak mengenalinya.

Naura hanya tersenyum seraya berkata "maaf kamu tau dari nama saya dari mana ya?"

Alena yang mendengar itu tersenyum.
"Lo gaperlu tau itu. Yang terpenting lo mau ga kerjasama gue"

"Maksudnya kerjasama apa ya?"

Alena tersenyum miring.

"Membunuh Ameera" Bisik Alena ke telinga Naura. Naura yang mendengar nya pun sungguh terkejut.

"Tenang Nau. Gausah kaget gitu. Kalau kita tidak bisa memiliki Daffa seharusnya Ameera pun sama"

Naura yang pada awalnya setuju itu pun akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Gadis pintar. Kenalin gue Alena. Salam kenal ya. Nanti gue susun rencananya dan gue kasih kabar ke lo"

Setelah pertemuan itu, dan kini waktunya tiba. Dimana semalam Alena memberikan pesan kepada Naura tentang rencana jahatnya. Dan tiba-tiba pula Naura tersadar bahwa ini sudah terlewat batas. Naura tidak mau itu.

"Gue ga mau jadi pembunuh. Gue harus kasih tau Daffa secepatnya sebelum wanita jahat itu datang"

Naura pun segera mengirim kan pesan kepada Daffa.

Naura
"Daff ini aku Naura. Kali ini penting kamu harus percaya sama aku. Istri kamu dalam bahaya. Secepatnya kamu datang ke tempat xxxx"

Tak lama dari itu, pesan yang Naura kirim sudah terbaca oleh Daffa. Dan suara dering ponsel Naura pun berbunyi bersamaan Alena yang sudah turun dari mobil dan segera menghampiri Naura.

Naura yang melihat itu, langsung saja mematikan ponselnya. Ia tahu yang menelpon tadi adalah Daffa. Kalau saja Alena belum datang, sudah pasti telponnya ia angkat.

Naura berusaha tetap terlihat tenang walaupun dalam hatinya ia sangat merasa takut dengan wanita psikopat di hadapannya ini.

Di lain tempat, terlihat Daffa sedang bingung ketika membaca pesan dari Naura.

"Oke bukan saatnya sekarang mikirin ini. Tetapi secepatnya lo harus datang ke tempat ini tepat waktu Daff" Gumam Daffa kepada dirinya sendiri. Lantas ia segera pergi ke tempat yang di kirim oleh Naura tadi. Dan tidak lupa juga ia membawa polisi sesuai apa yang diperintahkan oleh Naura.

Stay With Me, Ameera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang