119

150 22 6
                                    

Tuk...

"Ini tehnya yah"
"Oh...terimakasih sayang.Hmm...?Ada apa?Kenapa kau cemberut seperti itu?Horaa...Sachi-chan,lihat nenek mu seperti itu kau pasti tidak semangat bukan?"
"Boo...."
"Bagaimana ibu mau tersenyum ayah,Riku-kun sejak tadi menolak untuk makan.Dia tidak akan sembuh kalau tidak menjaga pola makannya"
"Memangnya ada apa?Apa perlu kita bawa dia ke dokter sekarang?"
"Sebenarnya,dia baru saja mendapat surat dari keluarga baru ibunya.Itu adalah surat panggilan untuk pemakaman ibunya.Riku kun ingin saja pergi,Tapi Tenn-kun melarangnya"
"Loh...memangnya Tenn-kun tidak pergi juga?"
"Yah...begitulah,dia tidak ingin pergi.Mungkin karena masalah di masa lalu"
"Bukankah Riku-kun akan pergi dengan Iori juga?Lantas kenapa tetap tidak boleh?"
"Entahlah yah,ibu tidak tau"
"Ini,jaga Sachi-chan,biar ayah yang bicara pada Iori"

Setelah menyerahkan Sachi pada istrinya,ayah itu bergegas pergi ke lantai atas dan mengetuk pintu kamar Iori.

Dok...dok...

"Iori,ini ayah,bisakah kita bicara sebentar?"
"Ya"

Dari dalam,terdengar suara langkah kaki Iori mendekati pintu dan bersiap membukanya.

Cklek...blam...

"Ada apa ayah"
"Apa benar Tenn-kun tidak memperbolehkan Riku-kun pergi ke pemakaman ibunya?"
"Ya"
"Lalu kau menuruti saja apa mau Tenn-kun?"
"Itu karena-"
"Iori,seharusnya kau paham situasinya saat ini.Ibunya Riku-kun itu ibu mu juga.Walau mau bagaimana pun,dia tetap ibu mertua mu.Apkah kau akan diam saja seperti ini?Kau tidak menghormati beliau sebagai ibu mu juga?"
"Bukan begitu ayah,aku hanya tidak ingin Riku-san mendapat ancaman dari Tenn-san"
"Lalu apa gunanya kau sebagai suami jika semuanya di tentukan oleh Tenn-kun?Kau sudah bersumpah untuk menjaga Riku-kun bukan?Kenapa kau tidak bisa membuat keputusan sama sekali?Kau ini kepala keluarga Iori,bukan seorang budak!"
"Ayah-"
"Sekarang beritau Riku-kun dan kalian harus pergi ke pemakaman sekarang.Ayah yang akan bertanggung jawab jika Tenn-kun mengancam nanti"
"B-baik ayah"

Iori tau persis bagaimana ayahnya,dia sangat marah walaupun nadanya tidak meninggi,tapi begitu banyak penekanan.Iori segera masuk dan duduk di dekat Riku.Dia mencium keningnya dan mengusap surau Riku dengan hangat.

"Riku-san,bersiaplah,kita akan pergi ke pemakaman ibu sekarang"
"He?Apa..apa kau yakin mengatakan itu Iori?L-lalu bagaimana kalau Tenn-nii tau?"
"Sstt....aku akan bertanggung jawab penuh jika dia sampai melakukan kekerasan padamu.Baik fisik ataupun mental"
"Kau yakin?"
"Ya,aku yakin dan aku tidak akan menyesali keputusan ku"

Sambil menganggukkan kepala dengan mantap.Riku di bantu oleh Iori untuk bersiap ke pemakaman.Mereka menggunakan pakaian serba hitam untuk menandakan sedang berduka.Iori memakaikan sweater berwarna navy di tubuh Riku supaya tetap hangat.

"Kau sudah siap,Riku-san?"
"Hun.."
"Kita turun sekarang"

Baru beberapa langkah mereka sampai ke pintu,sang ayah sudah tersenyum kepada Iori dan Riku.

"Ayah sudah memesan taxi untuk kalian.Itu sudah ada di depan rumah"
"Ayah..."
"Riku-kun.Sampaikan salam pada keluarga ibu mu di sana ya.Hati-hatilah kalian di jalan.Setelah selesai nanti lebih baik kalian segera pulang,mengingat Riku-kun sedang sakit"
"Iya ayah,terimakasih banyak sudah membantu"
"Ja..kami pergi dulu"

Tap...tap...tapp..

"Riku-kun..."
"Ibu?"
"Jangan lama-lama ya,ibu sangat khawatir kalau kau sampai tumbang"
"Iya,aku janji akan pulang lebih cepat"
"Guu...mama..."
"Jane...Sachi...sampai ketemu nanti"

Senyum lembut milik Sachi,seolah menjadi penyemangat untuk Riku.Dia bergegas masuk ke dalam taxi bersama Iori.Berbekal niat dan alamat yang tertera pada surat,mereka berharap supaya semuanya lancar.

Brumm....

"Heum...??Itu kan-"

Cklek...

"Aku pulang..."
"Ahh...Mi-chan sudah pulang?"
"Ibu,tadi aku melihat Riku dan Iori pergi menaiki taxi,mereka juga berpakaian serba hitam.Memangnya,mereka mau berziarah ke makam siapa?"
"Ibu Riku-kun baru saja meninggal tadi pagi,memangnya Iori tidak memberitau mu?"
"Tidak.Memangnya Riku punya ibu?"
"Hushh....tentu saja punya.Kalau tidak,dia lahir dari siapa?Ayahnya?"
"Maksud aku ibu,kenapa saat pernikahan Riku dia tidak datang?"
"Mitsuki,kau tidak di beritau sama sekali oleh Iori dan Riku?"
"Ckk...apaan sih,sejak tadi hanya aku yang tidak tau apa-apa ayah.Aahhh...sudahlah"
"Gwa...nyu...bobo..."
"Ahaha...kau seperti biasa terlihat imut ya.Sini yuk sama kakak..."
"Paman!"
"Tidak ayah,aku tidak mau di panggil paman dulu.Aku masih muda!"
"Haahh...anak ini!"
"Sini sama aku"
"Mandi dulu Mi-chan.Kau baru datang!"
"Hmpph"
"Lah,kamu tidak bekerja hari ini?"
"Tidak ayah,pinggang aku sakit,semalam aku terbangun dan berakhir pada ritual"
"Ritual?Dengan Yamato-kun?"
"Yah...begitulah,ayah tau sendiri dia seperti apa"

Ibunya yang mendengar hal itu langsung tersenyum sambil melirik pada sang suami.

"Ayah...ayah...sebentar lagi kita akan punya menantu lagi loh"
"Iya,akan jadi perta seperti apa yah nanti?"
"Pasti nya lebih mewah dari yang kemarin.Karena dia kan seorang artis"
"Ibuuuu.....!!!!Aku belum siap untuk menikah!Lagipula siapa yang akan menikah dengan Yamato-san?!"
"Loh...kalian pacaran tapi tidak akan ke jenjang selanjutnya?Lalu untuk apa selama ini kalian memperjuangkan hati kalian satu sama lain?"
"Huh...pokoknya itu bisa di pikir besok-besok kan!Aku mau mandi!"
"Mi....ahaha..."

Prok...prokk....prok..

Seperti tau situasi,Sachi begitu terlihat senang hingga menepuk kan tangannya berulang kali untuk menggoda Mitsuki.

"Heh...diam ya kau bayi,masih belum tau apa-apa kamu.Jangan sampai besok jadi korban juga ya!Hummphh..."
"Ahaha...manisnya anak tertua ibu"
"Aku belum tua!"

.
.
.

"Apa kau kedinginan Riku-san?"
"Tidak,aku baik-baik saja Iori"
"Kita akan segera sampai tuan"

Dari kejauhan,tampak orang-orang yang menggunakan baju berwarna hitam juga.Mereka tampak berlalu lalang di depan maupun di dalam rumah.Di depan gerbang itulah Iori dan Riku turun.

"Maaf pak,bisakah anda menunggu kami sebentar.Saya janji tidak akan lama.Saya akan membayarnya dua kali lipat"
"Baik tuan"
"Ayo Riku-san"

Sambil menarik nafasnya secara perlahan,Riku berjalan dengan menggenggam erat tangan Iori.Walaupun mereka menjadi pusat perbincangan dan tatapan,tapi mereka tetap melangkah ke depan tanpa ragu.

"Oh..apakah ini Nanase Riku?Atau Nanase Tenn?"

Membungkukkan badan dengan sopan,tentu saja Riku juga tidak lupa untuk tersenyum pada seorang laki-laki yang sepertinya suami kedua sang ibu.

"Perkenalkan,nama saya Nanase Riku.Maaf,di karenakan kakak saya Nanase Tenn sedang sakit,dia tidak bisa datang untuk melayat"
"Heum?Tapi sepertinya kau juga sedang terlihat sangat pucat.Kau baik-baik saja Riku?"
"Ya,saya sangat baik"
"Riku-san-"

Greebb...

Walaupun tersenyum,nyatanya Riku sudah mengancam Iori dengan cengkraman tangannya.Dia tidak ingin orang-orang di sana khawatir.

"Kalau begitu silahkan masuk,sebentar lagi kami akan menguburkan mayatnya"
"Terimakasih"

Dengan berjalan pelan di belakang orang itu,Riku bertanya-tanya.Kenapa orang itu tidak memperkenalkan namanya pada Riku atau pun Iori?

"Anoo...kalau saya boleh tau,nama anda-"
"Kenapa?"

Dengan nada bicara yang tiba-tiba berubah,orang itu berbalik arah dan mendekati Riku.Dia sengaja membisikkan sesuatu di telinga surau merah.

"Jangan karena aku mengundang mu ke sini,kau bisa seenaknya mengajakku bicara bocah!Sampai kapan pun,aku tidak akan pernah memberitau nama ku pada orang buangan seperti mu!"

Degh....

'Aahhhh....Tenn-nii.Kini aku paham kenapa kau tidak memperbolehkan ku pergi.Orang ini sangat licik dan berbahaya.Lebih baik menghindarinya daripada terus tertusuk duri'

.
.
.
.
.

TBC...

Today isTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang