88

248 22 0
                                    

"Ini makanan ringannya,oh ini juga untuk makan siang kalian.Lalu ini karpet dan berbagai minuman-"
"Ibu?"
"Ya,ada apa sayang?"
"Sungguh ibu,aku dan Riku-san hanya akan berlibur hari ini saja.Kenapa rasanya mau pindahan rumah?"

Ibu cantik itu begitu semangat mendengar Iori dan Riku akan berbulan madu hari ini.Jadi dia sengaja membawakan bekal yang banyak dan terkesan berlebihan.

"Aku hanya akan berkeliling kota saja,jadi tidak perlu ini semua"
"Hee?Padahal ibu sudah siapkan semua ini loh untuk Riku-kun juga"
"Ahaha....terimakasih ibu,tapi ini terlalu berlebihan.Aku dan Iori akan membawa makanan ringan dan air mineralnya saja"
"Tapi Riku-kun,kau itu kurus dan sepertinya kurang gizi"

Degh....

'Menusuk sekali ucapan mu wahai ibu mertua!'

"Aku yang akan memberikannya gizi nanti.Jaa...kami berangkat dulu,ayah...ibu...nii-san"
"Hati-hati di jalan ya.Jaga Riku-kun dengan baik ya Iori!"
"Iya..iya..."
"Iori,jangan lupa oleh-oleh untuk ku!"
"Akan aku bawakan nii-san"
"Riku-kun,tetap jaga kondisi mu supaya tidak kambuh ya"
"Baik ayah"

Mereka berdua segera berjalan bersama meninggalkan rumah,dan segera menuju stasiun kereta.Walaupun terlihat sedikit lelah,Riku tetap terlihat ceria dengan adanya Iori di sampingnya.Selama perjalanan,banyak sekali hal yang mereka bahas,hingga tidak terasa sudah sampai di tempat tujuan mereka,pantai.

"Uwaahhh....banyak sekali pengunjungnya.Aku pikir kita akan pergi ke taman atau gunung"
"Tidak,aku tau kau akan mengeluh kalau terlalu lama berjalan"
"He?Kenapa?"

Iori dengan cekatan memegang pinggang Riku,dan membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Kau pasti akan merasa sakit di sini kalau terlalu sering berjalan.Makanya aku bilang kau akan mengeluh"

Tanpa kata-kata,Iori paham dengan ekspresi wajah Riku yang memerah padam.Itu sudah cukup untuk menjawab semuanya.

"Oke,kita cari tempat supaya bisa mendapat tempat yang tidak terlalu ramai.Ah-sepertinya di sana ada.Ayo,Riku-san!"

Riku yang hanya menunduk itu segera mendapat tatapan dari sang suami.Maka tangan mungilnya itu segera di genggam Iori dan dia pun mulai berjalan bersama kembali.Iori memilih tempat yang memang sedikit jauh dari kerumunan orang.Paling ujung dan dekat dengan karang.Dia memang sengaja menghindar dari kerumunan orang,supaya bisa terus bersama Riku.Tetapi bukan berarti di sana sangat sepi,hanya ada segerombolan orang berbadan besar sedang bermain bola pantai dan piring terbang.

"Ano..Iori.Ini tidak terlalu jauh kah?Bagaimana kalau terjadi sesuatu?"
"Tidak,ada aku di sini bukan?Tenang saja"

Laki-laki tampan itu hanya tersenyum,dan segera membuka payung,lalu menancapkan nya ke pasir.Sedangkan Riku menyiapkan tikar,dan mengambil makanan yang mereka bawa di keranjang rajutan dari bambu.

"Kau tidak ingin bermain air dulu Riku-san?"
"He?Bagaimana dengan Iori?"
"Boleh,ayo kita main bersama?"

Setelah mendapat anggukan dari istrinya,Iori mengambil sebuah pelampung berbentuk donat,dan memompanya dengan alat pompa kecil yang dia masukan ke dalam ransel.

"Ini,untuk berjaga-jaga"
"Ah,hunn..."

Iori membantu Riku melepaskan baju milik Riku,dan langsung mendapatkan sambutan blushing dari surau merah.

"A-aku bisa melakukannya sendiri!"
"Tunggu,kalau mau main air harus pemanasan dulu.Supaya tidak terjadi apa-apa pada otot mu"
"He?Apa perlu melakukan itu?Sepertinya aku tidak pernah pemanasan kalau bermain air bersama Tenn-nii dulu"
"Makanya kau ini salah.Sudah!Ikuti saja perkataan ku!"

Dengan pelan namun pasti,mereka melakukan pemanasan ringan,dan mereka segera main air bersama.

"Uwahh...airnya dingin.Ah...Iori coba lihat,ada kepiting kecil"
"Heum?"
"Ahaha...kalau kepiting ini di goreng pasti enak ya?"
"Tidak boleh!Kasihan dia masih kecil!"
"Heee?"

"OIII AWAS KALIAN...!!"

Sebuah piring terbang melaju sangat cepat,tepat di belakang kepala Riku.Iori berusaha menarik tubuh Riku,tapi sayangnya terlambat.

Duakk....

Piring terbang itu mengenai kepala Riku,sehingga dia tersungkur dan pingsan.

"Riku-san....RIKU-SAN..!!!Bangun Riku-san!RIKU-SAN...!!!"
"Cepat bawa dia ke tempat medis terdekat!"

Dengan cekatan,Iori segera menggendong Riku yang sudah mengalami pendarahan di hidungnya.Iori sangat takut kalau terjadi pendarahan juga di otak Riku.Dia takut,sangat takut.Bahkan Dia menggendong Riku sambil menangis dan tangannya gemetar hebat.

"S-siapa saja tolong Riku-san!"
"Apa yang terjadi?!"
"Pak tolong anak ini,tadi teman saya tidak sengaja bermain piring terbang dan terlalu jauh melemparnya.Sehingga mengenai kepala bagian belakang anak ini dan dia langsung terpingsan"
"Kalau begitu cepat bawa dia masuk,kami akan menanganinya"

Dengan anggukan kepala yang mantap,Iori segera membawa Riku masuk ke dalam ruangan kecil dan menyerahkannya pada tim medis di pantai ini.

"S-sebelumnya kami semua meminta maaf atas kejadian ini.Tapi sungguh kami tidak bermaksud mengarahkannya ke sana"

Empat orang yang bisa di bilang lebih dewasa daripada Iori itu sangat menyesal atas kejadian ini.Iori hanya bisa terdiam sambil menahan air matanya yang sangat sulit di bendung.Seharusnya dia juga lebih berhati-hati dalam menjaga Riku.Padahal dia sudah berjanji pada sang ibu.Padahal dia sudah berjanji pada Riku,kalau dia bisa menjaganya dengan baik.Tapi kenapa tragedi ini malah terjadi?Kenapa dia sangat bodoh dan lalai?

"Kami,akan membantu membiayai pengobatannya.Kami sangat menyesal karena kurang berhati-hati"

Empat orang itu segera membungkuk di depan Iori.Jangankan marah,Iori malah memeluk orang yang ada di depannya itu dan mengatakan sesuatu.

"Aku juga bersalah karena kurang menjaga Riku-san di sampingku.Tolong jangan menyalahkan diri sendiri.Doa kan saja semoga Riku-san baik-baik saja"

Mereka serempak mengangguk dan memeluk Iori bersama.Hampir satu setengah jam mereka menunggu,tidak ada kabar dari dalam ruangan itu.Iori terus mengepalkan tangannya,terus berdoa semoga Riku baik-baik saja.

"Tidak-ku mohon hiks"

Dari sekian banyak nya orang berlalu lalang,Iori mendengar suara tipis milik Riku di dalam sana.Apakah Riku sudah terbangun?Karena penasaran,Iori segera berdiri dan mendekati pintu.Berharap pendengarannya masih berfungsi normal.

Cklek...

"Iori!"

Laki-laki bermarga kental Izumi itu kaget karena pintu tiba-tiba terbuka,dan menampakkan wajah Riku yang menangis di depannya.Surau merah itu langsung memeluk Iori dengan gemetar.

"Iori...hiks....aku takut...hiks...aku tidak mau di sini lagi...hiks....hiks...."
"Iya...a-aku minta maaf ya,Riku-san.Iya...kita akan pergi dari sini oke?"

Dengan suara yang bergetar karena menahan tangis,Iori terus memeluk erat Riku dan mengusap surau merah yang sudah terbalut perban.

"Lukanya tidak terlalu serius,hanya sobekan kecil saja.Kami juga sudah memeriksa bagian dalam,dan tidak ada suatu keretakan di tengkoraknya.Jadi semuanya aman.Hanya butuh kurang lebih satu minggu untuk pemulihan luka luarnya.Tadi kami hanya perlu menjahitnya saja"
"Terimakasih banyak dokter"
"Sama-sama"

Empat orang yang berdiri di belakang Iori turut senang mendengar jawaban dari sang dokter.Untung saja Riku tidak mengalami cedera serius.Mereka segera pergi dan mencari tempat yang sekiranya aman untuk Riku.Sebenarnya Iori memutuskan untuk pulang,namun Riku menolak dan masih ingin tetap berlibur.

"Kau yakin kepala mu tidak pusing?"
"Hun..."
"Kalau begitu jangan cemberut dong,sini coba aku periksa"

Iori mengusap surau merah itu dengan pelan sambil terus menyesali perbuatannya yang kurang berhati-hati.

'Maafkan aku,Riku-san'

.
.
.
.
.

TBC...

Today isTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang