148

149 13 1
                                    

"Buka mulut nya sayang,aaaa....pintar sekali cucu nenek.Habis sarapan mandi sama nenek ya?"

Sachi hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya dengan pelan.

"Biar aku yang memandikannya ibu"
"Hemm?"

Riku mencoba menatap Sachi yang masih takut padanya.Dengan refleks,Sachi memeluk tangan sang nenek dan berhenti makan.Ini pertama kalinya Sachi menolak Riku.Rasanya sangat sakit,dan suasana menjadi canggung.

"Mandi sama chichi ya sayang?Nanti setelah mandi main lagi kok sama nenek"

Sachi hanya menggelengkan kepalanya saja.Sang kakek yang ketinggalan cerita hanya bertanya-tanya,sebenarnya apa yang terjadi?Kenapa Sachi sampai bertingkah seperti ini.

Drrtt...drttt...

Ponsel milik Riku bergetar,itu adalah pesan dari Iori.Akhirnya,setelah semalam sulit di hubungi,sekarang bisa tersambung kembali.Isi dari pesan itu hanya singkat.Bertuliskan kalau Iori akan segera menjemput dia dan Sachi.

"Papa akan segera menjemput Sachi,cepat habis kan makanan mu dan mandi dengan Chichi.Harus mau!"

Riku segera berdiri dan membereskan piring miliknya.Dia berjalan ke lantai atas untuk mengambil pakaian milik Sachi dan handuk.

"Nenek...mau mandi dengan nenek.Sachi takut..."
"Sachi sayang....chichi sudah tidak marah kok sama Sachi.Buktinya mau mandi sama Sachi,iya kan?Toh papa sudah mau menjemput.Sana mandi dulu sama chichi"
"Tidak mau!"
"Chichi hanya lelah saja kok sayang,dia kan sedang sakit"

Sachi segera menatap Riku yang sedikit kewalahan pada luka di paha kirinya.Tentu luka miliknya masih belum sembuh,namun dia tetap harus mengurus Sachi.

"Ayok mandi"

Sachi segera berjalan pelan karena masih takut pada Riku.Dia hanya mengangguk dan tidak berani menatap surau merah.Tepat di depan pintu kamar mandi,Sachi membuka baju miliknya sendiri,namun karena kewalahan dan kancing bajunya malah menyangkut di rambut,Riku segera membantunya dan saat itulah Sachi bisa menatap Riku.Mata Riku terlihat sedih dan wajahnya sedikit pucat.Sachi refleks memeluk Riku dan meminta maaf.

"Chichi...Sachi minta maaf ya,chichi jangan menangis..."

Riku masih tetap terdiam walau membalas pelukan Sachi.

"Sachi janji tidak akan nakal lagi chichi...maaf ya chichi..."
"Sachi,dengarkan chichi-"

Riku melepaskan pelukan Sachi dan menatapnya dengan tegas.

"Chichi hanya tidak ingin Sachi menjadi anak yang manja,semua keinginan Sachi harus di penuhi.Kalau papa dan chichi sudah tidak ada,siapa yang akan terus menuruti kemauan Sachi?"
"Tidak mau chichi hiks....chichi jangan pergi hiks....hiks...."
"Chichi tidak ingin Sachi kesusahan seperti chichi.Lihat,chichi tidak bisa membantu bekerja,chichi terus bergantung pada papa mu.Apa Sachi mau menjadi beban terus?Jangan sampai Sachi seperti chichi,Sachi harus sukses,bangga menjadi diri sendiri,mengerti kan sayang?"
"Hiks...iyaaaaa....hiks...."
"Sekarang kita mandi,setelah itu pulang,ya?Jangan menangis lagi,laki-laki harus kuat,tidak boleh cengeng!"
"Hiks..."

Sachi segera mengusap air matanya dan masuk ke kamar mandi bersama Riku.Selesai mandi,mereka menuju lantai atas kembali.Riku memakaikan baju milik Sachi yang beberapa memang sengaja di tinggal di sini untuk berjaga-jaga.

"Chichi...usagi-san mana?"
"Kan ada di rumah sayang,di sini tidak ada boneka milik Sachi"

Walaupun sempat cemberut,Sachi kembali ceria karena teringat pembicaraan Riku tadi.

"Chichi...sepertinya papa sudah datang,ayo ke bawah!"
"Iya sebentar,chichi bereskan kamar dulu"

Cklek....

"Aku pulang-"
"PAPA....!!!"

Sachi berlari menuju pintu dan memeluk Iori kuat-kuat.

"Sachi kangen papa"
"Maaf ya sayang,kita akan segera pulang"
"Tidak mau sarapan dulu,Iori?"
"Nanti saja Riku-san,kita harus segera berziarah"
"He?"
"Nanti di jalan akan aku jelaskan,yuk kita pulang sekarang,keburu siang"
"Ya"

Bertepatan dengan sang ayah dan ibu yang juga akan pergi,Iori berpamitan untuk pulang.Mereka akhirnya keluar rumah bersama,namun dengan jalan berbeda.Di dalam mobil,Sachi senang karena ada boneka kelinci yang dia cari sebelumnya,ternyata Iori sengaja membawakannya untuk putra kesayangannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi semalam Iori?"
"Haaahhh....darimana aku harus menjelaskan?"
"Oh-bagaimana dengan Reina-chan?"
"Dia adalah masalahnya"
"He?"
"Kau ingat waktu itu di tusuk dengan pisau dapur?"
"Tentu saja,luka ku masih belum sembuh kau tau!"
"Saat itu,polisi mencoba mengetuk pintu rumah Asahi-san,namun tidak ada jawaban"
"Memangnya Emi-san tidak ada di rumah?"
"Biarkan aku bercerita!"
"A-baik"
"Saat polisi mencoba membuka,Reina-chan justru semakin memberontak dan sulit di kendalikan.Awalnya kami tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti itu.Tapi saat polisi mencoba masuk ke dalam rumah,bau busuk yang menyengat dari dalam membuat kami semua bertanya.Kenapa tidak ada siapapun di rumah?Kenapa hanya ada suara Rena-chan dari luar.Lalu,kau tau apa yang di temukan polisi di dalam?"
"Apa?"
"Di sana ada mayat Asahi-san dan Emi-san sudah hampir membusuk.Itulah kenapa akhir-akhir ini kita tidak melihat mereka bukan?"
"Mem-membusuk?"
"Ya,keadaan Asahi-san benar-benar buruk.Beberapa organ tubuhnya keluar,terutama usus dan jantung.Sedangkan Emi-san sudah di mutilasi.Beberapa jari tangannya sudah ada di baskom,mungkin saja bermaksud untuk di masak"
"Jaa...waktu Reina-chan menyerangku itu karena dia trauma dengan mayat kedua orang tuanya?"
"Kau salah Riku-san.Justru Reina-chan yang membunuh mereka"
"He?"

Hening sesaat,hanya meninggalkan suara Sachi yang bermain dengan boneka di bangku belakang.

"B-bagaimana bisa?"
"Saat melakukan introgasi,semuanya sangat sulit karena Reina-chan sulit berbicara.Dia hanya terus berteriak untuk minta di lepaskan.Kau pasti juga berfikir,bagaimana bisa gadis sekecil itu sampai bisa membunuh orang tuanya bukan?"
"Hun..."
"Dari cerita Reina-chan.Dia sudah berusia lima belas tahun,hanya saja tubuhnya memiliki kelainan sehingga pertumbuhan tubuhnya terhambat"
"Lima belas tahun?Itu memang cukup matang memiliki pemikiran membunuh"
"Sebenarnya,Asahi-san juga sudah berulang kali mencoba membunuh Reina-chan dengan cara mencekiknya.Namun Emi-san selalu melindunginya,jadilah mereka berakhir dengan adu mulut.Emi-san juga sering di perlakukan kasar karena Asahi-san ringan tangan.Oh...Reina-chan,juga beberapa kali menerima kekerasan seksual dari Asahi-san.Waktu itu,saat Asahi-san pulang dalam keadaan mabuk.Dia dan istrinya bertengkar hebat,bahkan Emi-san berulang kali di banting saat sedang mencuci piring.Itulah mengapa saat itu kita mendengar sesuatu yang jatuh bukan?"
"Aku ingat,jadi saat itu mereka sedang dalam masalah?"
"Ya,karena kesal dengan sikap ayahnya,Reina-chan mengambil pisau dan ingin menikam sang ayah.Hanya saja ibunya melindungi dan justru dia yang tertikam.Asahi-san marah dan menjambak Reina-chan.Namun tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan,sehingga Reina-chan berhasil menusuk dadanya"
"Itu-"
"Selanjutnya dia menyeret Asahi-san di ruang tamu dan mencoba mengeluarkan organ dalam-"
"Hentikan Iori!Cukup,itu terlalu menyeramkan!"

Riku mengalami keringat dingin,padahal dia hanya mendengar ceritanya saja,tapi dia bisa membayangkan dengan jelas bagaimana Reina-chan melakukannya tanpa merasa bersalah.

"L-lalu bagaimana dengan Reina-chan sekarang?"
"Dia masih di tahan oleh polisi.Sepertinya dia akan di jatuhi hukuman penjara seumur hidup"
"I-iori.Apa,semalam kau juga membantu polisi untuk mengurus mayatnya?"

Iori menatap Riku sebentar,lalu mengangguk pelan.Walaupun tidak tau apa yang terjadi,tapi raut wajah Iori terlihat sangat kelelahan.Riku yakin semalam Iori tidak tidur.

"Riku-san,kau tidak perlu khawatir,aku akan baik-baik saja bersama mu"


.
.
.
.
.

TBC...

Today isTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang