H-2

251 17 0
                                    

Sakit.

Mendengar pengakuan langsung dari sang kekasih hati yang bermain api di belakangnya, membuat hati perempuan manapun pasti hancur berkeping-keping termasuk dirinya. Ingin rasanya dia menyuruh kekasihnya itu untuk membujuk sang selingkuhannya untuk aborsi. Namun dia tidak ingin membuat kekasihnya dicap sebagai lelaki tak bertanggungjawab, kasihan anak itu besar tanpa seorang ayah. Semua perempuan pun tidak ingin, begitupun dirinya.
Kalau dia bertindak tanpa berpikir itu sama saja dia dengan si pelaku pemerkosaan. Tidak punya hati. Maka dari itu dia berusaha sebaik mungkin tenang dan tersenyum, untuk menutupi rasa kecewa yang seakan terus menyayat ulu hatinya.

"Segera nikahi dia."ucap Olife dengan nada tenang.

Park Bosung membeliakan matanya, dia memandang lamat-lamat kekasihnya. Mencari kebohongan dalam netra gelapnya. Nihil, berarti Olife tidak main-main dengan ucapannya. dua tahun mereka menjalin hubungan menjadi hal yang mudah untuk mengetahui makna dari setiap ekspresinya.
Mulut bisa berdusta namun mata dapat berbicara.

"Tapi .... "

Bosung menahan napas, dia mengendurkan dasi yang terasa mencekik. Semua pasti ada konsekuensi dan persyaratan. Di dunia ini tidak ada yang gratis.

"Nikahi aku juga."

Bosung menatap Olife dengan pandangan sulit diartikan. Gadis itu meraih tangan Bosung, ibu jarinya mengelus punggung tangannya. Tatapannya berkaca-kaca. "Kumohon eung ... eung."

Sebenarnya Bosung tidak bisa mentolerir hal imut itu, kali ini urusannya lebih penting. Dia harus melangkah pada batu pijakan yang tepat salah sedikit saja, penyesalan akan datang di masa depannya. Bosung menatap Olife intens. "Beri aku waktu."

"Baiklah, aku memaksa."

"Hikssrottt ... andai Sotus bisa mendatangkan Minjunku aku akan dengan senang hati melakukannya."balas Ban Namgyu sembari menarik-membuang cairan hidungnya dengan kaos pacarnya. Stok tisu di rumah keluarga Ban sudah habis oleh si semata wayang-Ban Namgyu.

Lelaki itu sudah lama menggeluti dunia perbudakan contohnya sebagai tisu dadakan.

"Kau mau makan sesuatu yang enak? Aku bisa membuatnya atau kita pesan saja?"

"Tidak Kim Min-ku, sudah ya tolong diam."

*Panggilan sayang buat Kim Minjun pacar Namgyu.

Lelaki itu menghela napas sedih, "Menangis pun butuh energi sayang."
"Demammu akan bertambah parah kalau kau tidak segera minum obat."

Sepulang dari rumah Minjun, Namgyu mengurung diri. Kemudian dia demam ringan. Sedari tadi dia bergerak dari tempat tidurnya sejak kemarin.

"Matamu akan semakin memburuk, walau begitu aku tetap mencintaimu."

Kali ini terdengar menyebalkan di telinga Namgyu. "Iya, baik-baik Kim Min-ku. Aku akan makan dengan baik dan minum obat hihh ... puas?"Namgyu mencubit pipi pacarnya hingga wajahnya jadi jelek.

"Bagus, aku suapi."

Namgyu telah menghabiskan semangkuk bubur. Lelaki itu menyodorkan obat dan satu gelas air, Namgyu hanya menatapnya.

"Ambil."

"Aku bosan pakai cara biasa, jadi .... "

Mengikuti arah pandangan sang gadis pada dirinya. Membuat lelaki itu menyeringai nakal. "Apapun yang kau inginkan honey."bisiknya seduktif. Namgyu meremang saat deru napas pacarnya berhembus menggelitik titik sensitifnya.

Setelah memasukkan obat bersama air ke dalam mulutnya. Lelaki itu menangkup wajahnya dan menghapus jarak diantara mereka. Sepasang netra itu membulat saat sesuatu bertekstur kenyal menyapu bibir miliknya.

Bosung menyantap roti isi yang dia beli dari toserba. Dia belum mengisi lambungnya dengan nutrisi apapun sejak pagi, hari menjelang malam. Namun keberadaan Minjun bagai ditelan bumi. Bahkan anjing pelacak pun tak dapat menemukan jejaknya, trik Minjun sangat mulus dan sempurna pikir lelaki itu.

Percakapannya dengan seseorang itu kembali terputar di kepalanya.

Flashback on.

Dua anak manusia itu sedang duduk berhadap-hadapan, desing mesin kopi yang beroperasi menjadi pengganti alunan ballad yang biasa di tampilkan di cafe pada umumnya. Pelanggan tampak ramai dan datang silih berganti namun hanya meja nomor 09 dekat jendela pojok saja yang tampaknya sepi.

Entah janjian atau hanya kebetulan mereka berdua menghela napas secara bersamaan. Mata yang sedari awal menganggumi jalan raya yang tampak lenggang kini sudah menatap objek di hadapannya.

"Apakah namamu Park Bosung?"

Lelaki itu mengangguk. Dia tidak bisa berbicara suaranya tenggelam dan lidahnya kelu. Aura gelap dari lawan bicaranya sangat kuat. Terlalu mengintimidasi untuk seukuran siswa sepertinya.

"Jadi kau orangnya."matanya memicing.

Glup!

Pria itu menunjuk matanya dengan pisau waffle, tatapanya tajam, "Kau harus bertanggungjawab."

Netra kelabu lelaki itu membesar,
Secara perlahan dia menurunkan tudingan benda berbahaya itu. "Kit-ta bisa bicara baik-baik."

Untung posisi mereka agak jauh, huh ... dia tidak jadi buta ditempat.

"Ouu ... sabar ya! Saat berhadapan dengan pelaku yang melecehkan adikku. Aku perlu hal semacam itu?"tajamnya.

"Kau ....?"

"Ya, aku Kim Mingsu, kakak kandung Kim Minjun."

Deg!

Pantaslah semalam dia didatangi malaikat maut dalam mimpinya.
Sekarang sudah waktunya dia rasa. Dia menatap Mingsu dengan pupil bergetar. "Ak-ku akan membayar perbuatanku."

"Harus! jika tidak, kau benar-benar seorang keparat!"dengus Mingsu.

"Aku tidak tahu keberadaanya, kakak ipar"

Mendengar kata "kakak ipar" membuat Mingsu mendecih. Tidak menyangka akan dipanggil dengan istilah itu secepat ini.

"Inilah tujuan lain kehadiranku bocah, aku akan memberimu sebuah petunjuk untuk dapat menemukannya."
"Distrik Gangnam."lanjutnya.

"Hah?"

"Kulihat ... ? Aku berharap kau dapat mencintainya suatu hari nanti."

Flashback off.

Distrik Gangnam, hanya itu. Apakah ini semata-mata hukuman dari Mingsu? Sejak awal pria itu tidak berniat mempertemukan dia dengan sang adik. Wilayah ini luas, sudah berpuluh-puluh kilometer dia jalan kaki menyusurinya. Mobil tidak dapat masuk area sempit. Wajahnya gosong, kakinya lemas bukan main serta napasnya memberat. Kepalanya pusing karena cahaya terik terus membakar ubun-ubunya. Tudung hoodie pun tampak tak membantu.

Sepertinya besok atau lusa kemungkinan besar. Entah dia akan mati di jalanan distrik ini atau di tangan Kim Mingsu. Hari ini dia sudahi pencariannya. Semoga besok sudah ada titik terang.






















Kalo ada typo, please tell me jangan sungkan gimme a advise n critism for the story.










BIG THANKS.

Gayright Marriage [ FULL ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang