Menuntut

285 16 0
                                    

Ruangan kelas 2-7.

Sekarang dalam kelas tersisa 4 orang sekawan. Ketiganya menunggu Minjun yang sedang mencatat dengan sabar. Sudah biasa, jika salah satu dari mereka  tidak bisa istirahat, maka mereka akan tetap disana. Sangat setia. Orang-orang pun pasti iri melihatnya.

"Kalian duluan saja."ucap Minjun sambil memainkan ponsel.

"Tidak boleh, kau harus ikut kami."sahut Namgyu cepat.

Dong geon mencibir.

"Sok sibuk."

"Tumben, biasanya kau yang paling bersemangat."ujar Kim Min.

"Bosung-ssi."

BUGHH!

Bogem mentah menghantam hidungnya, pembuluh darah pada alat pernapasannya pecah hingga banyak darah yang keluar. Serangannya sangat cepat. Dia tidak bisa memberi perlawanan pada lawannya yang satu ini. Firasatnya mengatakan situasi akan semakin buruk kalau dia gegabah.

"Ad - "

"SIALAN!"

BUGHHH!

"KEPARAT!"

Kali ini, Bosung sampai jatuh terduduk, pipinya memar.

Kala sosok itu kembali melancarkan serangan, detik itu juga Bosung menahan lengannya dan menatap tajam sosok itu.

"Kau pikir, aku samsak tinju."kata Bosung dingin.

Sosok itu balik menatapnya, matanya di selimuti kabut kemarahan. Entah apa yang membuatnya begitu. Bosung pun tak paham dengan situasi ini. Terlalu mendadak sampai dia tidak bisa berpikir.

"Sebelum kita bicara, aku harus memberimu pelajaran."balasnya datar.

Park Bosung melepaskan cekalannya terhadap sosok itu. Sembari menyeka hidungnya, dia berkata.

"Kita masih baik-baik saja saat itu. "ucap Bosung dengan gelombang dahi yang dalam.

"Secepat itu kau melupakannya."ucapnya sinis

"Apa aku telah melakukan sesuatu? Menyinggungmu mungkin."ucap Bosung meminta penjelasan.

"Sialan! Kau percaya, ada pria bisa hamil?"ucapnya tanpa ekspresi sambil melempar lembaran putih yang langsung menampar wajah Bosung.

Sepasang netra abu-abu itu terbeliak setelah membaca deretan kalimat pada kertas itu.  surat hasil tes DNA, rahangnya jatuh.

"Minjun, kau ...."

"Begitulah." Minjun mendengus, ternyata dia satu-satunya yang  baru tahu dia rasa.

"Hanya satu kali, aku tidak menduga dampaknya begini."ucap Bosung santai.

Rahang Minjun mengetat, "ENTENG SEKALI MULUTMU! AKU YANG HARUS MENANGGUNG SEMUANYA!"

"Pulanglah bersamaku, aku akan bicarakan ini pada orang tuamu."

Bukannya terkesima karena Bosung tak menyuruhnya untuk aborsi. Minjun justru ingin menonjoknya. Menurutnya itu hal yang  sia-sia,

"Aku tidak butuh belas kasihan darimu!"bentak Minjun.

Bosung berjalan mendekati Minjun.

"Aku ayah dari anak itu."bisik Bosung sembari menatap perut Minjun datar. Bisa bahaya kalau ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Minjun mendorong Bosung, tapi lelaki itu sama sekali tak bergeser. Minjun menatapnya nyalang.

"Aku hanya ingin bilang itu, terima kasih telah menambah beban dalam hidupku."ucap Minjun sarkas sebelum pergi dari sana.

Gayright Marriage [ FULL ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang