Kotak misterius

109 7 0
                                    

Ruang makan keluarga Park.

Hening.

Biasanya sangat berisik oleh percakapan ketiga Park di rumah ini. Candaan khas ayah-anak antara Bosung dan tuan Park tidak lagi terdengar sekarang.
Ekspresi ceria nyonya Park saat sarapan dengan dua pria kesayangannya itu kini tertutupi wajah datar. Bosung menatap orang tuanya dengan helaan napas lesu, sarapan pagi ini hampa, Bosung meletakkan alat makannya lalu menyambar tas yang tergantung di kursi.

Park Bosung bangkit dari tempat. "Aku selesai."

Dua orang itu tampak bergeming, fokus menyantap makanannya. Tak berniat memberi ucapan apapun.

Tepat pada langkah kelimanya, Bosung berhenti. Dia menoleh saat nyonya Park memanggil dirinya.Wanita setengah baya itu berbicara, "Pulang sekolah, temui ibu di halaman belakang."

Bosung membungkuk empat puluh lima derajat bergantian untuk memberi salam pada ibu dan ayahnya "Baik, bu."


































"Paket siapa ini?"ujar Minjun sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mengambil kotak berukuran sedang yang tergeletak di depan pintu flatnya.

Tidak ada siapa-siapa.

"Mungkin salah antar."tambahnya.

Kim Minjun tidak merasa membeli barang di online shop.
Dia baru saja membeli beberapa kebutuhan di swalayan bawah, saat itu tiba dia sudah kejutkan oleh kotak misterius tersebut. Dia mengguncangkan benda kubus itu ke atas-bawah, lumayan berat. Apa ini ...? Minjun terbelalak, lalu dia menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran negatifnya. Minjun menempelkan telinganya ke kotak kardus itu, tidak ada suara mencurigakan. Berarti isinya bukan bom.

Minjun kembali keluar, setelah meletakkan belanjaannya di dalam.

"Kutanyakan sajalah, mungkin ini milik bibi lee."ujar Minjun sambil berjalan menuruni tangga, setelah menuruni lima anak tangga. Dia menghela nafas.

"Huft ... sabar ya gokuma, kita akan bertemu kasur segera."ucap Minjun sambil mengusap perutnya.

Minjun melanjutkan langkahnya,
kemudian berbelok ke kiri jalan.
Rumah minimalis bercat oranye itu dengan hiasan cemara di sampingnya. Minjun mengetuk pintu berwarna seperti buah jeruk itu, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan seorang wanita cantik dengan sedikit garis kerutan di dahi itu menyambutnya dengan ramah.

"Ada apa Minjun-ssi? Keran rusak? Pendingin ruangan mu tidak berfungsi?"tanyanya bertubi-tubi. Minjun tersenyum sembari menggeleng.

"Aku menemukan sebuah kotak di depan flat, ini milik bibi kurasa."terangnya seraya menyodorkan kubus cokelat itu ke bibi Lee.

Bibi Lee tertawa, "Hahaha ... aku sedang tidak menunggu paket apapun, siapa nama pengirimnya?"

Minjun dan bibi Lee melihat ke kotak itu, "Bibi bisa melihatnya dengan jelas tidak ada keterangan yang di tinggalkan."

Bibi Lee, tiba-tiba mencolek lengan Minjun dengan centil. "Itu hadiah dari pengagum rahasiamu, kurasa."terkikik geli dengan asumsinya.

"Aku tidak punya hal semacam itu."

Bibi Lee masih saja terkekeh, "Ya sudah, pokoknya itu milikmu karena sudah jelas ada di depan pintumu."

"Kalau be—"

"Tunggu disini!"potong bibi Lee.

Bibi Lee kembali dengan wadah bening, "Aku sengaja membuat banyak Kimchi, semua orang sudah mendapat satu. Kebetulan kau kemari."

Kim Minjun menerima dengan senang hati, "Aku mau pulang, silahkan kembali beraktivitas bi."

Bibi Lee membalas lambaian tangan Minjun. Di pertengahan jalan Minjun mengeluarkan ponselnya. dia sedang menghubungi seseorang. Tak lama panggilannya dijawab.

"Halo kak."

"Apa kau baik-baik saja? perutmu kram lagi? Kau butuh sesuatu?" nadanya khawatir.

Kim Minjun merotasikan matanya malas, kenapa hari ini orang-orang suka sekali memberondongnya dengan pertanyaan. Dia berkata, "Tidak. Apa kau mengirimkan sesuatu?"

"Kau tahu, aku selalu bilang padamu jika ingin memberi apapun."ujar Mingsu bingung.

Minjun mengernyit, "Lantas, siapa?"

"Kau sudah melihat isinya? Coba buka."

"Oke, jangan tutup teleponnya. Akan kubuka di rumah."

Giliran Mingsu di seberang sana, kembali diserang kebingungan.

"Memangnya, sekarang  dimana?"

"Di luar, aku baru saja menanyakannya pada Bibi Lee. Dia juga tidak tahu. Lalu kuputuskan untuk menelponmu."ucap Minjun sambil berjalan di tangga.

Setibanya di dalam, Minjun segera mengganti alas kakinya dengan selop rumah. Kemudian duduk di sofa. Sepasang mata madu itu membulat sempurna saat kotaknya terbuka. "Isinya susu bergambar orang hamil."ucapnya dengan kaki menyilang.

Di Amerika sana, Mingsu tersenyum misterius. dia terpikirkan satu orang.

"Percayalah, itu khusus untukmu. Kau harus meminumnya."

"Tidak mau, aku takut ini berbahaya. Aku akan membuangnya. "lirih Minjun.

"Firasat kakak bagus tentang ini, susu itu bagus untuk tumbuh kembang keponakanku."

"Ya sudah, kututup. Semangat bekerja Kak Mingsu."ucap Minjun.

































































Kalo ada typo, please tell me jangan sungkan gimme a advise n critism for the story.




















BIG THANKS.

Gayright Marriage [ FULL ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang