Klek.
Asti muncul dari balik pintu masuk ke kamar kakaknya, Rani yang sedang menghitung pengeluaran bulanan pribadinya serta menghitung budget printilan pernikahan teralihkan oleh kehadiran adiknya. Dengan wajah datar tapi manis itu dia meletakkan satu mangkuk baso favorit langganan Rani lengkap dengan es campur nya di atas meja tepat di depan kakaknya.
"Maaf." Ucap Asti singkat sambil menyelipkan rambut ke belakang daun telinga, ia sudah akan berbalik meninggalkan kamar tapi ditahan oleh Rani. "Maaf buat apa? Ngomong yang jelas."
Asti menghela nafas lalu duduk di samping Rani. "Mbak katanya dijodohin ya sama anaknya temen ayah bunda?" Tanya nya hati-hati.
Rani memutar bola matanya. "Iya..." Dua tangan Asti mengepal di atas paha karena merasa bersalah. Rani yang menyadari ketidak nyamanan adiknya, menggenggam tangan itu dengan lembut.
"Kamu minta maaf gara-gara itu?" Tanya Rani pelan.
Asti mengangguk dengan kepala tertunduk. Hehm, Rani tidak kuat kalau sudah seperti ini. Dari awal Asti marah padanya saja Rani sangat merasa bersalah dan sedih. Ditambah sekarang Asti meminta maaf, sudahlah Rani tidak tega.
"Ngapain merasa bersalah, bukan salah kamu kok. Ya mungkin emang jalannya mbak gini." Ucap Rani membesarkan hati adiknya.
"Tapi mbak, mbak kan nggak cinta sama si Rangga-Rangga itu nggak kenal juga kan, waktu itu adek cuma kebawa emosi mbak. Adek udah mikir...." Asti melipat bibirnya ke dalam. "Adek nggak apa-apa kok nikahnya diundur nunggu sampai mbak Rani nikah-
"Eh eh eh ngomong apa kamu?" Potong Rani cepat. "Nggak, kamu harus tetap nikah sesuai rencana. Udah nggak usah mikirin mbak, mbak nggak apa-apa kamu juga nggak perlu minta maaf, kamu nggak salah." Lanjut Rani cepat meyakinkan Asti yang wajahnya sudah memerah menahan tangis. Rani pun lekas mendekap si bungsu erat sambil mengusap rambut ikalnya. Usia mereka hanya terpaut tiga tahun tapi karena Asti bungsu, rasanya tetap seperti anak kecil. Sudahlah biar Rani saja yang sakit hati dan bermasalah adiknya jangan.
"Udah jangan nangis, kamu tetap nikah sesuai rencana. Emang kalian betah ldr terus?" Asti langsung menggeleng cepat mendengat pertanyaan Rani. Kekasih adiknya itu bekerja di Kalimantan, mereka menjalani long distance relationship sejak pendekatan sampai berpacaran.
"Nah itu nggak kuat, gitu mau sok-sok diundur nikahnya." Asti mengurai pelukan, masih sambil terisak ia membersihkan air matanya menggunakan punggung tangan.
"Tapi mas Randy bilang nggak apa-apa juga kalau emang nikahan kita harus mundur, kayak yang mbak bilang kalau emang jalannya gitu ya udah." Lanjut Asti.
"Bilang ke dia, mbak sebulan lagi nikah, suruh cuti agak lama buat bantu-bantu disini." Rani menaik turunkan alisnya dengan cepat membuat Asti mencebik.
"Ya iyalah masa kalian mau pacaran doang, nggak boleh." Tambah Rani, ia sangat berusaha santai dari tadi padahal ia serasa dicekik sampai susah bernafas. Lagi-lagi Rani harus berusaha damai dengan keadaan, wedding dream nya benar-benar hanya berhenti di mimpi saja.
"Tapi mbak..." Asti menggigit bibir bawahnya ragu-ragu.
"Apa?" Rani tahu arah pembicaraan adiknya.
"Mbak kenapa sih putus sama mas Ardi? Kalian tuh serasi banget lhoh, udahlah sama-sama bucin, mas Ardi juga romantis banget dan selalu nunjukin ke semua orang kalau dia cinta banget ke mbak." Nah kan, Rani sebisa mungkin menyembunyikan raut muka sendunya mendengar itu, ya Ardi selalu menunjukkan ke semua orang kalau dia mencintai Rani sekaligus menunjukkan ke semua orang kalau dia bisa mencampakkan Rani dengan kejam.
"Yah, manusia kan bisa punya sisi yang berbeda juga dek, yang kamu lihat gitu tapi kan beda sama yang mbak lihat. Sebenarnya aku juga nggak tahu apa yang terjadi sampai disakitin kayak gini. Intinya kita udah nggak cocok dan yah daripada diterusin mending putus sebelum semuanya makin jauh." Jawab Rani tanpa beban padahal hatinya yang mulai keropos ini seperti ditekan benda berat ratusan kilo.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniberumahRangga
Tiểu Thuyết Chung*Ini hanya cerita klasik tentang benci jadi cinta.* Rani diputus secara sepihak oleh tunangannya dengan alasan tidak masuk akal tepat seminggu sebelum acara pernikahan mereka digelar. Namun demi melindungi ego dan harga dirinya yang tersakiti, Ran...