DimasRangga_88 mulai mengikuti anda.
"Hemm?" Mata Rani yang masih setengah menutup langsung terbuka lebar ketika melihat pemberitahuan. Ia langsung melihat daftar akun yang menyukai unggahannya ini, tidak mungkin Rangga mengikutinya tanpa sebab, bukan? Ia pasti melihat unggahan Rani dan benar saja, ada nama Rangga di daftar suka.
Rani mencebik, berarti Rangga sengaja melihat unggahan Rani bukan? Keputusan Rani benar untuk tidak menandainya, gengsinya terselamatkan.
Semalam, Rani memang bingung menulis caption serta bingung menandai Rangga atau tidak. biasanya Rani selalu menyebut nama Naila atau karyawannya kalau memang mereka yang memotret sebagai bentuk terimakasih tapi gengsi Rani membuatnya enggan melakukan itu. Akhirnya Rani memutuskan untuk tidak menandai Rangga tapi menulis kalimat terakhir tersebut sebagai bentuk terimakasih, ya begitu saja sudah lebih dari cukup.
Klek
Rani menurunkan ponsel dan melihat Rangga keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah, rambut yang biasanya tersisir rapi itu terlihat berantakan sekarang. Mata Rani sempat tidak berkedip untuk beberapa detik, berikutnya Rani mengusap wajah agar segera sadar. Rangga sudah mengenakan kaus hitam dan celana panjang warna khaki, kenapa dia tidak muncul dengan bertelanjang dada saja? Heh, hush! Rani memaki otaknya yang mendadak kotor.
"Rajin banget udah mandi." Komentar Rani dengan suara malas, ia mengucek mata lalu kembali meregangkan tubuh dan sesekali menguap.
"Aku emang rajin, beda sama kamu males." Rangga menjawab sambil merapikan perlengkapannya lalu merawat diri.
"Ya emang lagi libur kenapa harus rajin?" Ucap Rani sambil menguap lagi lebih lebar dan suara keras.
"Kalau nguap tuh ditutup Ran, terus usahain jangan bersuara. Nggak sopan." Tegur Rangga lagi sambil memakai deodoran.
"Perkara nguap doang aja diatur, ribet banget hidup." Kini Rani mengambil posisi miring dan menopang kepalanya dengan satu tangan, melihat Rangga bersiap. Ini bukan pertama kalinya Rani melihat laki-laki bersiap karena dulu ia cukup sering melihat ayah, mas Danu dan Ardi melakukannya. Tapi ini kali pertama dengan status sebagai seorang istri. Dulu ketika melihat Ardi sedang bersiap untuk pergi, Rani selalu membayangkan betapa bahagianya bisa melihat Ardi setiap hari, menikmati pahatan indah wajahnya setiap saat setiap ia mau. Tapi nyatanya sekarang yang ia lihat adalah Rangga, seseorang yang tidak Rani inginkan dan suaminya ini pun tidak menginginkannya.
"Bukan ribet itu sopan santun dasar." Jawab Rangga lalu menyemprot parfum dan kembali menyisir rambutnya ke kanan, aroma tubuhnya yang khas langsung memenuhi isi kamar. Meskipun kesal pada orangnya, tapi Rani suka pada aroma parfumnya. Kini Rangga menyandarkan bokongnya pada tepi meja sambil bersedekap.
"Aku tahu, aku juga nggak mungkin kayak gini di depan umum." Rani membenarkan diri.
"Tapi kebiasaan yang biasa dilakuin di dalam rumah, sedikit banyak pasti kebawa pas di luar juga. Orang lain bis-
"Berisik." Potong Rani kesal, ia duduk dengan kaki menendang-nendang membuat selimutnya berantakan. "Perkara nguap doang sampek ceramah segala." Gerutuan Rani membuat Rangga hanya bisa menghela nafas.
"Susah banget ya bilang 'iya?' Ngeyel terus kalau dibilangin."
"Yang ngeyel itu aku atau kamu?" Tukas Rani. "Aku udah bilang kalau di depan umum aku nggak kayak gitu, tapi kamu masih aja sok nasihatin perkara kebiasaan seolah aku tuh orang yang nggak bisa menempatkan diri. Aku tahu harus ngapain, nggak usah sok tahu." Cerocos Rani cepat dengan wajah masam, ya Tuhan ini masih pagi! Dan mereka sudah adu mulut perkara menguap, menguap! Harusnya mereka memperdebatkan hal yang lebih tidak penting lagi daripada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniberumahRangga
Tiểu Thuyết Chung*Ini hanya cerita klasik tentang benci jadi cinta.* Rani diputus secara sepihak oleh tunangannya dengan alasan tidak masuk akal tepat seminggu sebelum acara pernikahan mereka digelar. Namun demi melindungi ego dan harga dirinya yang tersakiti, Ran...