Part 19

269 30 23
                                    

Tiba-tiba diputus, tiba-tiba dijodohkan, tiba-tiba menikah, punya mertua, berbagi rumah , dapur sampai tiba-tiba berbagi kamar tidur bahkan kamar mandi. Rani kini sedang melumuri tangannya dengan lulur di dalam kamar mandi milik Rangga, kurang berbagi apalagi mereka? Mereka belum berbagi cairan saja, oh tidak. Jangan sampai itu terjadi! Membayangkannya saja Rani tidak sanggup.

Dulu Rani pikir semuanya hanya tentang uang, kalau keuangan terkendali maka semua aspek akan mengikuti, tapi ternyata tetap saja ada gejolak-gejolak lain dalam kehidupan yang tidak bisa dikendalikan menggunakan uang. Semua peristiwa yang menimpanya beberapa bulan ini, contohnya. Huh, entah sudah berapa kali Rani menghela nafas lelah.

Tok tok tok

"Ran udah belom?! Lama banget." Teriakan Rangga membuyarkan lamunan Rani. Suaminya ini juga termasuk yang tidak bisa dikendalikan dengan uang.

"Bentar po'o! Nggak usah buru-buru." Jawab Rani dari dalam.

"Aku juga mau mandi, jangan mepet-mepet ke bandara nya." Rangga makin tidak sabar, tubuhnya menempel pada pintu seolah ingin menjaga agar orang lain tidak ada yang mendahuluinya masuk, berlebihan sekali.

"Ya mandi aja di kamar sebelah, atau kamar mandi bawah. Repot banget!" Bentak Rani dengan kegiatan yang masih sama malah semakin dibuat santai.

"Buruan Ran!" Teriak Rangga lagi namun tidak ada balasan apapun dari dalam. Setelah dua puluh menit, pintu terbuka dan aroma tubuh Rani langsung memenuhi seluruh rongga di kamar suaminya. Rangga yang memutuskan untuk melanjutkan sisa pekerjaan sambil menunggu, ikut menikmati aroma wangi bunga yang menyegarkan sekaligus menenangkan itu. Ia bangkit dari duduknya untuk segera menuju walk in closet namun tertahan karena bisa jadi Rani sedang berganti pakaian, akhirnya Rangga duduk lagi di tepi tempat tidur.

Tak lama setelah itu Rani keluar dengan kemeja putih motif bunga-bunga kecil dan rok warna ungu pastel sebetis, tapi rambutnya masih berantakan dan basah. Tiba-tiba saja Rangga membayangkan Rani keluar kamar mandi mengenakan bath robe dan talinya Rangga le- ah tidak-tidak! Stop! Itu tidak masuk akal.

"Kamar mandi itu bukan cuma punya kamu, harusnya kamu tahu diri." Tutur Rangga tanpa melihat istrinya, lebih tepatnya enggan melihat karena bahaya sekali.

"Iya-iya, nggak sabaran banget. Tenang aja cuma seminggu." Balas Rani tak mau disalahkan, ditariknya kursi dengan kasar sambil terus menggerutu sedangkan Rangga sudah tidak tampak. Rani memakai bando telinga beruang dan memulai rutinitasnya menggunakan skincare sambil bersenandung.

"Aduh.. cantik banget sih aku..." pujinya pada diri sendiri, kedua telapak tangannya menepuk-nepuk pipi dengan lembut sambil tersenyum.

Setelah selesai merawat wajah, Rani berganti merawat rambut dengan memberinya beberapa vitamin sebelum dikeringkan. Tapi Rani harus mencari-cari hair dryer karena tidak berada pada tempat yang biasa, ia membuka satu persatu laci tetap dengan senandungnya. Rani menutup laci terakhir tapi tak sampai sedetik, dibuka lagi. Keningnya berkerut bersamaan dengan senandungnya yang berhenti. Rani melihat satu bingkai foto. Dengan hati-hati, Rani mengambil bingkai foto itu dan terlihat di sana Rangga sedang tersenyum bersama seorang perempuan yang menampakkan senyum manis.

"Ini pasti mantannya." Gumam Rani yakin sambil memperhatikan wajah dengan satu lesung pipi kecil di pipi sebelah kanan. Hanya melihat fotonya saja, Rani sudah bisa menilai pasti perempuan ini lemah lembut dan sabar. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Ia membalik bingkai itu perlahan.

"Nindi." Gumam Rani. Detik berikutnya ia menoleh ke belakang, was-was kalau Rangga tiba-tiba muncul. Hah, aman batin Rani. Segera ia kembalikan foto dalam bingkai itu pada posisi semula dan menutup laci dengan cepat. Harusnya Rani lanjut mencari hairdryer, tapi ia malah termangu. Rangga pernah mengatakan bahwa Rani bukan tipenya itu berarti tipenya seperti Nindi ini. Rangga masih menyimpan foto itu, sudah pasti juga ia masih menyimpan kenangan tentang perempuan ini dan kebersamaan mereka di hati dan pikiran, berbeda dengan Rani yang sudah membuang semuanya. Apa yang menyebabkan mereka putus? Apa yang belum selesai diantara mereka? Apa Rangga masih mengharapkan mantannya ini? Apa mungkin mantannya ini sudah meninggal pas Ramgga lagi cinta-cintanya? Apa, apa dan apa muncul di benak Rani dan entah mengapa ada rasa kurang nyaman di hatinya.

RaniberumahRanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang